Mencari Hangat di Hainan

24 Januari 2018 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lobi salah satu hotel di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lobi salah satu hotel di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Riuh menyambut begitu kami tiba di Mangrove Tree Resort Sanya, Hainan. Suasana macam pasar malam yang digelar dadakan di penginapan itu, membuat kami ragu apakah benar ini hotel yang dituju atau bukan. Atau menduga apakah ada acara penting berlangsung di sana, sehingga para kontestan antre registrasi ulang.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang lalu berbisik, “Ini bukannya sedang ada ajang adu bakat, kontes kecantikan, atau apa, melainkan tamu-tamu hotel yang berasal dari utara China. Kebanyakan yang datang ke Sanya orang China juga, dari daratan.”
Tak berarti Hainan bukan daratan. Hanya saja, ia terpisah dari China Daratan oleh Selat Qiongzhou. Ia sebuah pulau berukuran enam kali luas Bali yang mengapung di selatan China, gerbang Tiongkok di Laut China Selatan.
Hainan ramai diserbu orang China Daratan yang melarikan diri dari musim dingin menggigit. Hawa Hainan--dengan temperatur rata-rata cenderung stabil sepanjang tahun antara 23-26 derajat Celcius--terasa sejuk dibanding negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Indonesia; namun lebih hangat ketimbang China Daratan yang dihantam cuaca dingin ekstrem.
ADVERTISEMENT
Ini membuat Hainan menjadi surga tropis bagi penduduk China. Bayangkan saja, saat suhu di Beijing awal tahun ini mencapai -13 derajat Celcius, Tianjin -11 derajat, Shanghai -7 derajat, bahkan Harbin dan Mohe di Provinsi Heilongjiang timur laut China yang berbatasan dengan Rusia dan Mongolia menyentuh angka -33 dan -39 derajat, cuaca Hainan sejuk di kisaran 19-21 derajat, malah cenderung hangat di kota paling selatan pulau itu, Sanya, pada rata-rata 27-29 derajat Celcius.
Hainan yang terletak di daerah tropis, berseberangan dengan Vietnam, tak pernah diterpa musim dingin keras seperti daerah-daerah di China Daratan. Ketika salju menyerbu utara China November hingga Maret, Hainan tetap sejuk dan hangat.
Ini pula sebabnya lobi hotel kami di Sanya sore itu bak lokasi pengungsian, dengan puluhan hingga seratusan orang utara China tiba dalam satu waktu untuk check-in. Kamar hotel yang mencapai lebih dari 3.700 unit itu bahkan seluruhnya telah ludes terpesan. Fully booked.
Pantai di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Bagi warga China, Hainan ialah Bali mereka, dengan kombinasi cuaca hangat dan hidup santai di pesisir.
ADVERTISEMENT
Selain bisa bermain di pantai, wisatawan bisa menikmati ragam pertunjukan malam, berjalan-jalan ke sejumlah lokasi wisata keluarga, berpose penuh gaya di Movie Town Haikou--kota buatan untuk lokasi syuting film yang juga menjadi objek wisata, sekaligus menyambangi Guanyin of Nanshan untuk berdoa agar berlimpah berkah sepanjang tahun.
Guanyin of Nanshan, patung Dewi Kwam Im di Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Guanyin of Nanshan, patung Dewi Kwam Im di Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Para turis juga mendapat “bonus” berupa udara bersih sepanjang hari. Bukan rahasia lagi, kota-kota besar di China Daratan kerap dipenuhi polusi pabrik. Maka, keluar dan menjauh dari pengap udara tercemar menjadi salah satu “destination goal” bagi penduduk China.
Enam tahun lalu, 2012, China Daily melaporkan Hainan memiliki kualitas udara tertinggi seantero China. Rekor itu masih terjaga hingga kini. China Highlights pada Juli 2017 menempatkan Sanya, kota wisata di selatan Hainan, pada urutan pertama kota dengan udara terbersih di China.
ADVERTISEMENT
Perpaduan udara bersih dan cuaca sejuk hangat jelas bagus untuk kesehatan. Dari 365 hari dalam setahun, Sanya disinari matahari 300 hari lebih. Angka harapan hidup warga Sanya pun mencapai 80 tahun, dengan jumlah penduduk berusia 100 tahun lebih dari 70 orang.
Hainan, China. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Hainan, China. (Foto: Pixabay)
Bila Hainan saat ini menjadi destinasi wisata utama turis China, tak demikian dengan dahulu kala. Hainan di masa kekaisaran China bak ujung dunia, tepi negeri yang tak perlu dikunjungi. Ia tak lebih dari tempat pembuangan tahanan politik.
Milenium berganti, dan pada periode 1920 dan 1930-an, Hainan menjadi sarang kegiatan komunis. Banyak komunis bersembunyi di pulau itu pasca-pembantaian Shanghai 12 April 1927, saat Partai Komunis China dibasmi oleh militer pimpinan Chiang Kai Shek dan faksi konservatif di Partai Nasionalis Tiongkok (Kuomintang).
ADVERTISEMENT
Kelompok komunis bersama suku Li, penduduk asli Pulau Hainan, kemudian melakukan perang gerilya melawan pendudukan Jepang di Hainan pada 1939 hingga 1945--yang dibalas Jepang dengan membantai desa-desa suku Li.
Selepas Jepang menyerah kepada Sekutu, Hainan berada di bawah kontrol pemerintah China yang dikuasai nasionalis. Namun melalui sebuah operasi, pulau itu jatuh ke tangan komunis--yang ketika itu telah merebut China Daratan dari Kuomintang, dan membuat kubu nasionalis di bawah Chiang Kai Shek mundur ke Pulau Taiwan di tenggara China.
Di bawah pemerintahan komunis, Hainan tak langsung bersinar. Ia mempertahankan reputasinya sebagai pulau tepian dan lokasi pengasingan yang terisolasi pula berbahaya, serta tak terjamah industrialisasi.
Baru pada akhir 1970-an, seiring perubahan kebijakan ekonomi China untuk membuka diri terhadap dunia luar secara terencana, terukur, dan bertahap, Hainan masuk sorotan pemerintah pusat.
Kota Sanya di selatan Hainan dari ketinggian. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Sanya di selatan Hainan dari ketinggian. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Dikutip dari China.org.cn, Hainan--bersama Shenzhen, Zhai, dan Shantou di Provinsi Guangdong, serta Xiamen di Provinsi Fujian--dirancang menjadi zona ekonomi khusus sejak 1980. Dan Hainan merupakan zona ekonomi khusus terbesar di China.
ADVERTISEMENT
Peningkatan status Hainan sebagai provinsi pada 1988 makin melecut pembangunan di pulau berlimpah sumber daya alam itu. Bukan berarti pabrik-pabrik dibangun besar-besaran di Hainan, namun turisme dipacu menjadi sektor unggulan dalam pertumbuhan ekonomi Hainan. Tak heran, mengingat Hainan memiliki pantai-pantai tropis dan hutan-hutan lebat.
Desember 2009, Beijing mengumumkan rencana untuk menetapkan Hainan sebagai destinasi wisata internasional pada 2020--dua tahun dari sekarang. Kabar itu langsung membuat perekonomian Hainan melonjak signifikan, dengan peningkatan investasi sebesar 136,9 persen pada tiga bulan pertama 2010, yang sepertiganya disumbang dari sektor real estate.
Harga rumah di Haikou--ibu kota Hainan--dan Sanya melejit, menjadi yang paling tinggi seantero China selama tiga bulan berturut-turut pada awal 2010. Penjualan properti naik hingga 73 persen.
ADVERTISEMENT
China Daily mencatat, pada kuartal pertama 2010, Hainan mencetak rekor kenaikan produk domestik bruto (PDB) tertinggi di antara seluruh provinsi di China, pada angka 25,1 persen.
Salah satu sudut di Haikou, Hainan. (Foto: Denny Ryanto/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu sudut di Haikou, Hainan. (Foto: Denny Ryanto/Unsplash)
Enam tahun kemudian, 2016, sektor properti Hainan terus menggeliat. China News Service, mengutip data Biro Real Estate Provinsi Hainan, melaporkan penjualan rumah di pulau itu meningkat 44 persen, sedangkan apartemen naik 15,75 persen.
Dari 20 pengembang properti terkemuka di China, 18 telah menanamkan investasi di Hainan pada 2016. Shong Liansheng, Direktur Umum Hainan Sunac Properties Co Ltd--salah satu pengembang ternama yang berinvestasi di Hainan, menyatakan investasi properti di Hainan kini berubah dari jangka pendek ke jangka panjang.
Properti di sektor turisme juga berubah fokus dari berlibur singkat menjadi perjalanan wisata panjang. Bila dulu orang-orang membeli rumah di Hainan untuk investasi murni, kini sebagian besar dari mereka membeli rumah untuk berlibur, tempat tinggal di masa pensiun, atau untuk orang tua maupun anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Wang Lu, pemimpin Jincheng Management Consultancy, penyedia informasi real estate berbasis di Haikou, mengatakan data perusahaannya mencatat bahwa terkecuali di Haikou, 90 persen rumah dan apartemen di 17 kota dan kabupaten di Hainan telah dibeli oleh orang-orang dari luar pulau.
“Iklim yang ramah dan transportasi yang baik di Hainan, mendorong orang-orang yang mampu untuk membeli rumah kedua atau rumah berlibur di sini,” kata Wang.
Hainan, China. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hainan, China. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Li Gongmei, seorang profesor dari wilayah otonomi Mongolia Dalam--yang sedang dihantam cuaca dingin -21 derajat Celcius--menceritakan banyak kawannya, termasuk dia sendiri, membeli apartemen di Sanya karena iklimnya yang hangat bersahabat.
Li bukan satu-satunya. Menurut Wang, terdapat kecenderungan yang kian meningkat bahwa akan lebih banyak orang China Daratan yang terbang ke selatan untuk menikmati masa liburan atau melarikan diri dari cuaca ekstrem di musim dingin.
ADVERTISEMENT
Sudah tentu Hainan di tepi selatan China jadi salah satu tujuan utama. “Hainan telah menjadi pusat liburan nasional,” ujar Wang.
Tapi, label jantung pariwisata nasional saja tak cukup. Hainan, seperti disinggung di atas, hendak menjadi destinasi wisata internasional, dan karenanya melakukan ragam hal untuk menggaet turis asing, termasuk dari Indonesia.
Pembangunan infrastruktur dan properti di sana sini misalnya terlihat di Haikou, dan pulau reklamasi diuruk untuk membangun resor megah seperti Pulau Phoenix di Sanya yang dijuluki Oriental Dubai.
Gedung-gedung megah di Pulau Phoenix, Hainan. (Foto: Denny Ryanto/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung-gedung megah di Pulau Phoenix, Hainan. (Foto: Denny Ryanto/Unsplash)
Untuk wisatawan Indonesia, otoritas Hainan mencarter pesawat khusus untuk membawa rombongan mereka bolak-balik Jakarta-Haikou, dengan penawaran paket liburan hemat. Setiap bulan, ada saja turis Indonesia yang menyambangi Hainan. Sebagian murni untuk berlibur, lainnya untuk berdoa kepada Dewi Kwam Im di Nanshan.
ADVERTISEMENT
Maka ketika kami hendak pulang, Bandara Meilan Haikou penuh orang Indonesia. Betul-betul tak tampak seperti berada di luar negeri. Sampai-sampai seorang turis Indonesia yang akan check-in menceletuk, “Tak usah khawatir kalau agak berantakan buka-buka koper dulu untuk masukkan oleh-oleh. Ini seperti bandara punya kita sendiri kan, hahaha…”
Bái bái, Hainan!
Salah satu pantai di Hainan, China. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pantai di Hainan, China. (Foto: Pixabay)