Mengenal Tau-tau & Tradisi Pembuatannya yang Luntur Dimakan Zaman

5 Januari 2018 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kuburan Batu Lemo yang berisi Tau-tau (Foto: Instagram @visit_sulsel)
zoom-in-whitePerbesar
Kuburan Batu Lemo yang berisi Tau-tau (Foto: Instagram @visit_sulsel)
ADVERTISEMENT
Kekayaan budaya yang dimiliki Suku Toraja tak pernah ada habisnya untuk dibahas. Salah satu yang cukup populer adalah Rambu Solo, upacara pemakaman yang digelar selama berhari-hari oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Namun tak hanya itu saja, ada pula patung Tau-tau. Patung ini telah ada sejak abad ke-19 dan dibuat untuk 'mewakili' kehadiran orang yang telah meninggal. Tau-tau yang terbuat dari kayu atau bambu ini biasanya ditemui di dekat tempat mayat diletakkan.
Tau-tau juga dianggap sebagai penjaga makam sekaligus sebagai pelindung makluk hidup. Cara ini dianggap dapat menjaga hubungan antara orang hidup dan yang telah meninggal.
Dilansir Wonderful Indonesia, kata Tau sendiri berasal dari istilah "Tau" yang berarti manusia. Pengulangan kata dalam bahasa lokal ataupun Bahasa Indonesia berarti 'sesuatu yang menyerupai'. Hingga tak heran, Tau-tau berarti sesuatu yang menyerupai manusia.
Tau-tau juga mewakili semangat orang yang telah meninggal dan diyakini semangatnya tak luntur di alam baka. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, orang yang telah meninggal akan memasuki Poyo atau alam baka, tempat semua arwah akan berkumpul.
ADVERTISEMENT
Mereka hanya bisa masuk Poyo ketika melewati upacara pemakaman dengan benar sesuai dengan status sosial. Karena itu Tau-tau harus dibuat dari bahan yang sesuai dengan status sosial mereka.
Untuk yang status sosial lebih rendah biasanya menggunakan bambu, sedangkan yang menegah bisa menggunakan kayu cendana atau randu. Untuk kalangan kelas atas bisa menggunakan bahan dari pohon nangka asli Toraja, namun kini kayu nangka telah didatangkan dari luar Toraja.
Ketika memulai pembuatan Tau-tau, masyarakat biasanya menggelar ritual. Namun kini, hal itu sudah tak sama lagi seperti zaman dulu karena berbagai alasan.
Bagi orang Toraja, proses pembuatan Tau-tau dan upacara pemakaman harus benar dan sempurna agar nantinya orang yang meninggal tidak akan 'terdampar' di dua alam.
ADVERTISEMENT
Proses pertama ialah penebangan pohon nangka. Sebelum menebang dilakukan ritual di bawah pohon dengan pemotongan seekor ayam jantan yang disebut manuk sella' (ayam jantan yang berwarna merah sedangkan kakinya berwarna putih). Tetapi karena terkadang kayu nangka yang digunakan berasal dari luar Toraja, maka ritual ini tak dilakukkan.
Untuk proses pengukirannya, petugas yang mengukir juga harus berada di dekat tubuh almarhum.
Zaman dulu, pembuatan anggota tubuh yang terpisah dari badan seperti tangan, kaki dan alat kelamin dibuat ritual dengan pemotongan satu ekor babi sebagai syarat kelengkapan ritual. Sekarang, ritual tersebut sudah tak lagi dijumpai.
Ketika Tau-tau sudah selesai dibuat, akan digelar upacara yang disebut Massa'bu Tau-tau dengan sajian kurban babi. Upacara ini mengharuskan Tau-tau mengenakan kostum tradisional.
ADVERTISEMENT
Untuk laki-laki biasanya memakai sarung sedangkan wanita menggunakan kebaya tradisional yang menyimbolkan dirinya berasal dari strata sosial tinggi. Namun hal ini sudah tak dilakukan lagi.
Ketika upacara telah usai, nantinya Tau-tau ditempatkan di balkon di atas tebing atau di bagian luar gua tempat tubuh almarhum ditaruh. Tebing gantung sendiri bisa kamu kunjungi di desa Londa.
Kini membuat Tau-tau sudah menggunakan besi, namun pada zaman dahulu menggunakan tanduk kerbau.
Masyarakat juga percaya jika roh orang mati akan memasuki Tau-tau dan terus hidup.
Perubahan yang terjadi pada proses pembuatan Tau-tau ini karena adanya kebudayaan baru, penyesuaian antara paham atau nilai-nilai tradisi lama dengan tradisi baru.
Masyarakat Toraja hanya menerima perubahan jika menguntungkan atau bermanfaat untuk mereka. Hal-hal yang dianggap menyulitkan dalam proses pembuatan Tau-tau akan ditinggalkan oleh mereka dan disesuaikan dengan keadaan sekarang.
ADVERTISEMENT