news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengulik Asal-Usul Kelinci dan Telur dalam Tradisi Paskah

21 April 2019 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi telur dan kelinci Paskah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi telur dan kelinci Paskah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bagi umat Nasrani, Hari Raya Paskah menjadi momen berharga yang penuh makna untuk mengenang kebangkitan Yesus Kristus dari dunia kematian menuju surga. Jatuh pada tanggal 21 April bersamaan dengan Hari Kartini, semarak Paskah tetap tidak berkurang.
ADVERTISEMENT
Walau tak dirayakan secara besar-besaran selayaknya hari raya lain seperti Natal, Paskah kerap kali diasosiasikan dengan tradisi yang meriah seperti menghias telur, menyembunyikan dan mencari telur, serta kelinci paskah yang selalu membawa keranjang. Dalam berbagai film animasi, kelinci paskah bahkan menjadi salah satu karakter yang menarik bagi anak-anak.
Lantas, dari mana sebenarnya kelinci dan telur yang hadir saat Paskah? Dilansir Readers Digest, walau tidak ada dokumentasi historis yang menjelaskan bagaimana kelinci menjadi ikon Hari Raya Paskah, bulan April diyakini menjadi waktu terbaik kelinci berkembang biak dan melahirkan bayi-bayinya.
Ilustrasi Telur Paskah Foto: Unsplash
Diane Shane Fruchtman, Asisten Profesor Agama di Universitas Rutgers, New Jersey mengungkapkan bahwa hal itulah yang menjadikan musim semi dan kelinci dijadikan sebagai simbol pembaruan dan juga kelahiran.
ADVERTISEMENT
"Kelinci adalah simbol kesuburan yang telah lama dikaitkan dengan kedatangan musim semi, karena mereka sangat produktif dan melahirkan saat cuaca mulai menghangat," katanya seperti yang dikutip dari Readers Digest. Selain itu, pada zaman sebelum abad ke-17, orang-orang Jerman di Eropa juga memperkenalkan Osterhase pada anak-anaknya.
Ilustrasi kelinci. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Osterhase diyakini sebagai karakter kelinci yang membawa hadiah bagi anak-anak saat paskah. Dari laman History dijelaskan bahwa saat imigran Jerman meninggalkan kampung halamannya dan menetap di Amerika Serikat pada tahun 1700-an, mereka membawa tradisi paskah ini ikut serta. Termasuk kebiasaan meninggalkan wortel untuk Osterhase pada malam Paskah.
Selain itu, pada saat masyarakat Jerman masih menyembah dewa-dewi, mereka juga menyembah dewi musim semi dan kesuburan yang dikenal sebagai Dewi Teutonik Eostra. Masyarakat menyimbolkannya sebagai kelinci, karena hewan bertelinga panjang itu memiliki tingkat reproduksi yang tinggi.
Ilustrasi anak sedang menghias telur paskah Foto: Shutter Stock
Lalu bagaimana dengan telur? Ketika Hari Raya Paskah dilaksanakan, telur seakan sudah menjadi salah satu bagian yang tak boleh ditinggalkan. Dalam Paganisme, telur dianggap sebagai simbol kuno kehidupan yang baru yang dikaitkan dengan Festival Pagan dan dirayakan tiap musim semi.
ADVERTISEMENT
Di masa lampau, sekitar abad kedua saat agama Kristem mulai disebarkan, para misionaris mendatangi Suku Teutonic, Roma Utara. Mereka menggunakan adat istiadat setempat saat mengajar agar dapat diterima dengan baik. Salah satunya adalah dengan mentransformasikan festival musim semi mereka, dengan ajaran kekristenan yang juga bertepatan dengan Hari Raya Paskah.
Telur paskah. Foto: Pixabay
Pada masa yang sama, Bangsa Romawi juga memiliki pepatah bahwa semua kehidupan berasal dari telur, dan pandangan ini diadaptasi oleh banyak budaya. Sebab menurut beberapa budaya, telur dianggap sebagai lambang kelahiran dan kebangkitan, yang juga dapat mewakili kebangkitan Yesus dari alam maut.
Walau begitu, dari kedua simbol ikonik tersebut sebenarnya tidak ada satupun yang tercantum dalam Alkitab. Sementara umat Kristiani merayakan Paskah sebagai momentm bangkitnya Yesus, masyarakat Yahudi lebih memaknainya sebagai perayaan eksodus orang Israel dari Mesir yang dipimpin oleh Musa.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurutmu?