Menimba Ilmu di Ponpes Cheng Hoo Banyuwangi

17 Februari 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bicara soal pondok pesantren (ponpes), tak terhitung berapa banyak ponpes yang tersebar di Indonesia. Ponpes merupakan tempat belajar para santri untuk mendalami agama Islam. Karena disebut pondok, jadi para santri harus menginap atau tinggal sementara di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.
ADVERTISEMENT
Alizha Amalia Rohmana (21), salah satu santri yang berasal dari Kalibaru, Banyuwangi, sudah setahun tinggal di Ponpes Adz-Dzikra Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, Jawa Timur.
Alizha, santri di Ponpes Cheng Hoo Banyuwangi. (Foto: Andam Annisa/kumparan)
Saat ditemui kumparan (kumparan.com) pada November 2017, mahasiswa semester empat di Universitas PGRI, Banyuwangi, ini menceritakan pengalamannya tinggal di Ponpes Cheng Hoo Banyuwangi.
“(Saya) awal mula masuk ke sini tahun 2016 sampai sekarang. Masuk ke sini juga keinginan saya sendiri sama orang tua,” ujar perempuan yang kerap disapa Icha.
Menurutnya, ponpes ini berbeda dengan ponpes lainnya. Di ponpes lain, membaca kitab kuning memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan di sini membaca kitab kuning menjadi hal utama.
Bagaimana tidak? Para santri harus menyelesaikan kitab kuning selama enam bulan.
Masjid Cheng Hoo Banyuwangi. (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Selain itu, sistem belajar di ponpes menggunakan metode Teman Antar Teman alias TAT.
ADVERTISEMENT
“Ketika teman (santri) mengajari, (santri) itu harus mengajari teman satunya yang tidak bisa,” kata Icha.
Ponpes Pertama Cheng Hoo di Banyuwangi. (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Di samping sibuk dengan kegiatan kampus, saat Icha kembali ke ponpes dirinya harus membagi waktu antara tugas kuliah dan tugas di ponpes.
“Kalau saya sendiri itu belajarnya setelah ngaji. Kalau nggak setelah salat tahajud itu belajar pelajaran kuliah saya,” pungkas Alizha.
Selain mengaji, para santri di sini juga membagi tugas untuk membersihkan lingkungan ponpes agar tetap bersih. Hal ini dilakukan agar para santri dapat hidup mandiri dan tidak bergantung hidup dengan orang lain saat pendidikan di ponpes selesai.
Ponpes Pertama Cheng Hoo di Banyuwangi. (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Ponpes Adz-Dzikra Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi juga memiliki aturan yang berlaku untuk semua santri. Mereka diperbolehkan pulang ke kampung halamannya tiap satu tahun sekali dan itu wajib.
ADVERTISEMENT
Jadi, selama masa belajar di ponpes, para santri tidak diperbolehkan untuk pulang. Kecuali, jika ada keperluan mendesak atau suatu hal penting, mereka harus meminta izin terlebih dahulu kepada kiai dan ustaz.
“Kalau alasannya tepat pasti cepat juga diiizinkannya (oleh kiai),” tutur Alizha.
Perempuan yang diberikan tanggung jawab menjadi ketua ponpes putri Adz-Dzikra Muhammad Cheng Hoo ini pun memiliki harapan untuk ponpes ini.
“Semoga Ponpes Adz-Dzikra Muhammad Cheng Hoo dapat lebih maju dan baik serta dapat mencetak generasi muda yang akhlaqul karimah. Para alumni juga bisa mengamalkan ilmunya saat terjun ke masyarakat,” tutupnya.
Masjid Cheng Hoo Banyuwangi. (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Masjid Cheng Hoo ke-10 di Banyuwangi. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)