Menpar Targetkan Pariwisata Jadi Penghasil Devisa Nomor 1 di Indonesia

1 Mei 2019 9:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Arief Yahya. Foto: Dok. Kemenpar RI
zoom-in-whitePerbesar
com-Arief Yahya. Foto: Dok. Kemenpar RI
ADVERTISEMENT
Bak malaikat, sawit menjadi penghasil devisa nomor wahid di Indonesia. Meski begitu, sektor lainnya pun terus digejot agar bisa merebutnya, termasuk pariwisata.
ADVERTISEMENT
Di bawah komando Arief Yahya, menteri asal Banyuwangi itu menargetkan sektor pariwisata mampu mendatangkan devisa yang lebih banyak lagi. Apalagi beberapa tahun terakhir pariwisata Indonesia tumbuh sebesar 25,68 persen.
“Naik signifikan dari tahun 2018 yang tumbuh 13 persen. Artinya naik dua kali lipat dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan di ASEAN yang hanya 7 persen,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima kumparan.
Peselancar wanita yang mengenakan kebaya bersiap berselancar untuk memeriahkan peringatan Hari Kartini di Pantai Kuta, Bali, Sabtu (20/4). Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Oleh karena itu, ia menargetkan sektor pariwisata bisa menjadi penghasil devisa terbesar dengan angka proyeksi 17,6 miliar dolar Amerika. Angka tersebut mengalahkan devisa dari Crude Palm Oil (CPO) sebesar 16 miliar dolar AS.
“Kalau target pencapaian 20 juta wisman pada 2019 belum tercapai, dengan penghasilan devisa pariwisata akan jadi nomor satu, melebihi CPO yang kini devisanya 16 miliar dolar," kata Menpar.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai mimpi itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tentunya punya tiga jurus. Pertama adalah pengembangan pemasaran, kemudian pengembangan destinasi, dan terakhir peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pariwisata.
“Di bidang pemasaran 70 persen menggunakan digital, karena saat ini sudah era digital (dan) costumer kita juga 70 persen sudah menggunakan digital. Tidak hanya itu, ada juga Crossborder Tourism, Low Cost Carrier Terminal, dan Tourism Hub,” jelas Arief.
Ringgo, bersama sang istri dan anaknya menikmati Labuan Bajo dari atas jembatan. Foto: Instagram @ringgoagus
Untuk pengembangan destinasi sendiri, pemerintah Indonesia sudah menetapkan 10 destinasi prioritas. Dari 10 destinasi, 4 di antaranya telah ditetapkan menjadi destinasi super prioritas yang akan dipercepat pengembangannya, yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
“Untuk SDM, pada 2019 kami targetkan ada 500 ribu orang yang tersertifikasi level ASEAN,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mencoba menikmati fasilitas The Kaldera Nomadic Escape dengan view Danau Toba. Foto: Dok. Istimewa
Dalam mencapai itu semua, tentu tak selalu berjalan sesuai keinginan. Salah satu tantangannya adalah kebijakan tarif di industri penerbangan yang mempengaruhi sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
“Kalau ingin menaikan tarif jangan langsung besar dan mendadak. Sesuatu yang mendadak dan besar dampaknya relatif tidak bagus, apalagi kalau itu kenaikan harga suatu barang atau jasa. Jadi kalau mau naik 100 persen proyeksikan saja naiknya secara bertahap,” jelas Arief.
Untuk itu, Arief berharap ada “price elasticity” atau harganya fleksibel. Sebab, bila harga tiket penerbangan domestik naik, otomatis berpengaruh pada permintaan tiket. Jika terjadi penurunan permintaan tiket, maka berdampak pada sektor pariwisata Indonesia.