Monumen Seulawah, Bukti Perjuangan Rakyat Aceh di Dunia Dirgantara

12 Juli 2018 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Dunia dirgantara Indonesia memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Baik pesawat milik pemerintah atau swasta, keduanya sering kali mendapat prestasi di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Sebelum memperoleh prestasi yang gemilang seperti sekarang, dahulu burung besi juga pernah membantu pemerintah Indonesia untuk menjaga kedaulatan bangsa. Salah satu saksi bisunya berada di Kota Banda Aceh, tepatnya di Lapangan Blang Padang, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Banda Aceh.
Di sana kamu akan menemukan sebuah monumen dengan pesawat di atasnya. Ya, monumen ini bernama Seulawah atau yang biasa disebut Monumen Replika Pesawat Seulawah RI 001.
Walau tidak menggunakan pesawat asli, tapi monumen ini dibangun untuk mengenang perlawanan rakyat Aceh saat melawan Belanda pada agresi militer 1948 silam.
Saat itu, distribusi logistik sangat dibutuhkan dengan cepat. Salah satu solusinya memiliki kendaraan yang mampu menjangkau suatu daerah dengan cepat. Maka dari itu, Presiden Soekarno memutuskan untuk membeli pesawat.
ADVERTISEMENT
Pesawat pertama yang dimiliki Indonesia ini didapat dari bantuan dana para saudagar dan rakyat Aceh dengan sukarela. Kala itu, terkumpul dana 20 kg emas yang setara dengan 130 ribu dolar Singapura.
Dana yang terkumpul langsung dibelikan sebuah pesawat dari Singapura. Pesawat itu diboyong oleh seorang perwira penerbang bernama Wiweko Soepono.
Burung besi itu diberi nama Seulawah, yang dalam bahasa Aceh berarti gunung emas. Pesawat ini juga yang menjadi cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways, sekaligus menjadi angkutan udara pertama yang dimiliki Indonesia.
Pesawat jenis Dakota DC-3, memiliki panjanga 19,66 meter dengan rentang sayap 28,96 meter. Produksi dari perusahaan Douglas Aircraft Company ini dapat melakukan penerbangan nonstop sejauh 2.430 km dengan kecepatan 346 km/jam.
Replika Pesawat di Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Replika Pesawat di Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
Selain menjadi pesawat pertama yang dimiliki Indonesia, Seulawah juga mengemban tugas penting. Beberapa di antaranya adalah mengantarkan Soekarno untuk menembus blokade-blokade Belanda, menggangkut senjata, membawa alat-alat kesehatan, hingga menyebarkan berita perjuangan.
ADVERTISEMENT
Dilansir Banda Aceh Tourism, supaya musuh tidak mengetahui jika Indonesia memiliki pesawat, maka penerbangan dilakukan malam hari. Sedangkan, siangnya tubuh pesawat ditutup dengan rumput dan daun agar tidak terlihat.
Sementara itu, jika ingin melakukan pendaratan, para pemuda Aceh membakar daun kelapa kering sebagai tanda bahwa lokasi siap menerima landing. Biasanya, pesawat akan melakukan pendaratan di Lapangan Udara Lhok Nga atau Blang Bintang, Aceh Besar.
Jika berkesempatan berkunjung ke sini, kamu akan menemukan sebuah prasasti. Prasasti yang berdiri di dekat tiang penyangga itu berisi sejarah perjalanan pesawat RI-001. Di dekatnya, ada pula prasasti lain yang bertulis pernyataan jika monumen ini merupakan penghargaan TNI terhadap jasa masyarakat Aceh.
Prasasti di Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Prasasti di Monumen Seulawah, Aceh (Foto: Wikimedia Commons)
Monumen Seulawah diresmikan tanggal 30 Juli 1984 silam, oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Sukardi dan Hadi Tajeb, Gubernur Aceh saat itu. Walau pernah diterpa tsunami, monumen ini tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
ADVERTISEMENT