Ngurek, Tradisi Menusuk Diri di Bali yang Menegangkan

6 Februari 2018 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Ngurek di Bali  (Foto: Flickr @AKP_Agus Kurniawan Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Ngurek di Bali (Foto: Flickr @AKP_Agus Kurniawan Putra)
ADVERTISEMENT
Corak budaya yang otentik adalah salah satu alasan Bali masih menjadi destinasi wisata nomor satu di Indonesia. Sejumlah tradisi sakral yang membangkitkan suasana mistis masih dipertahankan hingga sekarang. Seperti ngurek, misalnya.
ADVERTISEMENT
Tradisi ngurek bisa dibilang ngeri sekaligus menarik ditonton. Bagaimana tidak, dalam proses ritual itu pelaku menusuk tubuhnya sendiri dengan keris. Diyakini, mereka melakukannya dalam keadaan tak sadarkan diri atau kerasukan.
Ngurek berasal dari kata ‘urek’ yang berarti melubangi atau menusuk. Disebut pula dengan ngunying. Ritual itu merupakan wujud persembahan seseorang kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang dilakukan dengan tulus ikhlas.
Bagian tubuh yang ditusuk bisa sangat random. Kadang perut, dada, kening, hingga alis. Yang menarik, tak ada goresan atau setitik darah pun yang keluar. Padahal ujung keris yang dipakai tampak tajam. Sakti!
Menurut penelitian Purwanto yang berjudul Etnografi Dampak Bom Bali terhadap Atraksi Wisata Teater Sekaa Tetekan Calonarang di Desa Kelating, Tabanan, Bali, pelaku ngurek bukan sembarang orang. Etnografi yang dipublikasi oleh Journal of Urban Society’s Art (Volume 13, Oktober 2013) itu menyatakan pemula biasanya akan berdarah saat ngurek karena tingkat kesadarannya masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Bahkan pelaku ngurek juga harus suci secara jasmani maupun batin. Jika habis berhubungan suami-istri, ia harus dimandikan dulu di laut dalam upacara penyucian. Semakin sering ngurek, kualitas kerasukan pelaku semakin bagus sehingga makin kebal saat menusukkan diri dengan benda tajam.
Saat kerasukan, pelaku hanya merasa ada yang menggerakkan tangannya. Semua di luar kendalinya. Jika pelaku berhasil kerasukan, umat Hindu Bali percaya bahwa dewa-dewi berkenan turun dan telah hadir di antara mereka untuk menyaksikan ritual.
Untuk membantu pelaku menjadi kerasukan, dilakukan beberapa proses. Tahapan itu dimulai dengan menyalakan kemenyan demi menyebarkan aroma harum kemudian disusul memainkan gamelan yang untuk mengiringi tarian pelaku.
Mereka biasanya keluar dari pura dalam kemudian mengelilingi wantilan--semacam pendopo-- pura sebanyak tiga kali. Setelah itu, pelaku akan mencapai titik spiritualitas tinggi dan siap melakukan ritual ngurek.
ADVERTISEMENT
Ngurek ditampilkan sebagai bagian dari upacara keagamaan Dewi Nyadnya. Namun kini, ngurek juga disuguhkan sebagai atraksi pertunjukan yang tetap bernafaskan spiritual.