Nushu, Satu-satunya Aksara dari China yang Dirancang untuk Wanita

26 November 2018 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan Nushu di kipas wanita China (Foto: Flickr/Pedro Serapio)
zoom-in-whitePerbesar
Tulisan Nushu di kipas wanita China (Foto: Flickr/Pedro Serapio)
ADVERTISEMENT
Jika Indonesia mengenal sosok Kartini sebagai tokoh emansipasi yang memperjuangkan hak wanita untuk mendapatkan pendidikan, China punya cara lain bagi wanitanya untuk dapat belajar membaca dan menulis.
ADVERTISEMENT
Adalah Nushu, sebuah sistem penulisan yang didesain secara eksklusif bagi para perempuan di China untuk membaca dan menulis. Nushu menjadi cara para bangsawan China di masa lampau untuk memberikan pendidikan bagi putri mereka. Sebab, pada masa itu para perempuan di China tidak memiliki akses untuk menikmati pendidikan.
Berasal dari daerah Jiangyong, Nushu diperkirakan muncul pada abad ke-19. Secara harafiah, 'Nushu' dalam bahasa China diartikan sebagai 'Tulisan Perempuan'.
Naskah Nushu, Tulisan Perempuan di China (Foto: Flickr/UN Women)
zoom-in-whitePerbesar
Naskah Nushu, Tulisan Perempuan di China (Foto: Flickr/UN Women)
Dilansir dari Pulse, Nushu diklaim merupakan satu-satunya naskah dunia yang sengaja dibuat untuk para wanita. Konon, aksara ini dikembangkan oleh para wanita pedesaan di kawasan yang memadukan budaya Han dan kisah rakyat Yao, tepatnya di lembah Sungai Xiao, Jiangyong, Provinsi Hunan.
ADVERTISEMENT
Nushu umumnya digunakan untuk menulis surat antara saudara perempuan, otobiografi, merekam lagu rakyat, menuliskan teka-teki, menerjemahkan puisi Cina kuno, dan membuat lagu.
Nushu tidak hanya dapat kamu temukan di kertas, para wanita China kuno biasanya juga menuliskannya di kipas mereka. Terkadang, ada pula yang menuliskan Nushu dalam bentuk sulaman di pakaian, sapu tangan, atau ikat pinggang.
Nushu, Tulisan Perempuan di China (Foto: Flickr/UN Women)
zoom-in-whitePerbesar
Nushu, Tulisan Perempuan di China (Foto: Flickr/UN Women)
Menuliskan Nushu dalam berbagai media menjadi kebiasaan bagi para perempuan China tempo dulu. Mereka biasanya akan berkumpul untuk menjahit dan bernyanyi bersama.
''Adanya Nushu memberikan perempuan China di masa lampau ruang ekspresi dan 'curhat' untuk menuangkan isi hati serta mengeringkan air mata'', kata Tan Dun, seorang komposer dan konduktor ternama asal China yang juga Duta Besar Kehormatan UNESCO pada Pulse.
ADVERTISEMENT
Tan Dun juga mengungkapkan bahwa ketika ia mendengar lagu-lagu Nushu, ia yang seorang komposer ternama seakan mampu merasakan tangis para wanita China di masa lalu. Itu juga yang menjadi alasan Tan untuk kembali ke Hunan pada tahun 2008 untuk meneliti Nushu.
Tak hanya menjadi media surat-menyurat dan berpuisi, Nushu ternyata pernah mengambil bagian dalam reformasi sosial China. Hal ini dibuktikan dari sebuah temuan artefak di Nanjing, Ibu Kota Provinsi Jiangsu.
Artefak tersebut berupa koin perunggu yang dicetak oleh kerajaan pemberontak di China selama Taiping Heavenly Kingdom pada 1851 hingga 1864. Dalam koin itu terdapat delapan ukiran karakter Nushu yang jika memiliki arti 'Semua Wanita di Dunia adalah Anggota dari Keluarga yang Sama'.
ADVERTISEMENT
Sayang, Nushu saat ini berada dalam ambang kepunahan. Selain karena tak banyak lagi orang yang menggunakannya, pemegang budaya Nushu sekaligus penulisnya yang paling terkenal, Yang Huanyi telah meninggal pada 20 September 2004 silam.
Penyerahan Nushu dari Pemerintah China pada UN Women  (Foto: Flickr/UN Women)
zoom-in-whitePerbesar
Penyerahan Nushu dari Pemerintah China pada UN Women (Foto: Flickr/UN Women)
Menyadari nilai sejarah dan budaya dari tulisan perempuan tersebut, pemerintah lokal dan nasional secara sigap langsung berupaya untuk menghidupkannya kembali. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan Nushu ke dalam Daftar Dokumentasi Nasional China pada tahun 2002.
Mengenalkan Nushu dalam bentuk workshop di daerah asalnya, yaitu Jiangyong, dan mendaftarkannya sebagai warisan budaya bukan benda nasional. Cara ini dianggap mampu menarik lebih banyak orang untuk menghidupkan dan menjaga kelangsungan Nushu di China.