Ogoh-ogoh, Patung Menyeramkan yang Identik dengan Hari Raya Nyepi

6 Maret 2019 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pawai Ogoh-ogoh di Bali. Foto: Antara/Wira Suryantala
zoom-in-whitePerbesar
Pawai Ogoh-ogoh di Bali. Foto: Antara/Wira Suryantala
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjelang Hari Raya Nyepi, biasanya umat Hindu akan menjalani beberapa ritual khas yang rutin dilakukan. Misalnya, saat H-1 Nyepi yang biasanya digelar Ngerupuk.
ADVERTISEMENT
Ngerupuk adalah pembersihan yang dilakukan di desa, banjar, maupun rumah dengan cara mecaru. Sementara mecaru merupakan korban suci yang diperuntukkan bagi bhutakala yang dipercaya dapat menimbulkan penyakit, malapetaka, hingga kematian. Dalam ajaran Hindu Dharma, bhutakala mempresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Pawai Ogoh-ogoh di Bali. Foto: Antara/Fikri Yusuf
Bhutakala sendiri digambarkan besar dan menakutkan menyerupai raksasa, serta biasa disebut Ogoh-ogoh. Dilansir dari website resmi Humas Sekertaris Daerah Kabupaten Buleleng, Bali, nama Ogoh-ogoh diambil dari Bahasa Bali, yaitu ogah–ogah yang artinya sesuatu digoyang-goyangkan.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, Ogoh-ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel beraneka ragam dengan bentuk menyeramkan. Berbeda dengan Laura Noszlopy yang meneliti “Pesta Kesenian Bali; budaya, politik, dan kesenian kontemporer Indosnesia” untuk Yayasan Arts of Afrika, yang mendefinisikan Ogoh-ogoh sebagai patung berukuran besar yang tebuat dari bubur kertas dan bahan lainnya.
Pawai Ogoh-Ogoh Menjelang Hari Raya Nyepi Foto: Shutter Stock
Bagaimana pun definisinya, Ogoh-ogoh selalu sukses mencuri perhatian wisatawan lokal maupun asing. Ogoh-ogoh kerap diajak berkeliling desa atau kota sambil diiringi irama gamelan khas Bali yang diberi nama baleganjur.
ADVERTISEMENT
Biasaya sebelum dibawa keliling desa atau kota, peserta pawai akan minum minuman keras tradisional bernama arak. Sementara di akhir acara, Ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol pemurnian dan membuktikan sudah siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci
Pawai Ogoh-ogoh di Ancol Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Cendekiawan Hindu Dharma menyimpulkan bahwa proses perayaan Ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat.
Terlepas dari itu, rupanya, Ogoh-ogoh sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan upacara Hari Raya Nyepi. Namun, sejak tahun 1980-an, umat Hindu mengusung agar Ogoh-ogoh dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa untuk memeriahkan upacara Ngerupuk, tetapi tidak mutlak ada dalam upacara tersebut.