Perempuan Afghanistan 'Berubah' Jadi Pria Lewat Tradisi Bacha Posh

26 Maret 2018 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/Lola Gracia-Ajofrin)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/Lola Gracia-Ajofrin)
ADVERTISEMENT
Apabila kamu sedang merencanakan liburan ke Afghanistan untuk melihat dan menikmati suasana Islam dan berbagai bentuk peninggalannya seperti Istana Tajbeg, Masjid Shrine of Ali atau melihat kota Kabul yang menjadi kota terbesar dan terpadat di negara ini, jangan kaget jika melihat anak-anak perempuan berwajah manis yang menggunakan pakaian anak laki-laki.
ADVERTISEMENT
Fenomena Bacha Posh atau mendandani anak perempuan seperti anak laki-laki kian marak terjadi di Afghanistan. Bacha Posh adalah sebuah tradisi yang berasal dari bahasa Dari yang berarti anak perempuan yang memakai baju laki-laki. Anak laki-laki di Afghanistan menjadi simbol prestige dan membawa derajat kehormatan bagi keluarga.
Anak-anak Afghanistan. (Foto: Flickr/Silvia Alessi)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Afghanistan. (Foto: Flickr/Silvia Alessi)
Tekanan yang didapat keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki membuat keluarga di Afghanistan melakukan tradisi ini. Belum lagi perbedaan perlakuan yang didapatkan oleh anak perempuan dan terbatasnya kesempatan bagi anak perempuan.
Di Afghanistan, perempuan tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang dimiliki oleh perempuan Indonesia, misalnya belajar, traveling, atau berolahraga. Bahkan Afganistan tercatat sebagai salah satu negara yang tidak nyaman bagi perempuan karena dominasi laki-laki di negara ini.
ADVERTISEMENT
Bacha Posh ditempuh oleh banyak keluarga karena berbagai alasan, untuk membantu anak-anak perempuannya mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan, dan membantu keluarganya dari segi ekonomi.
Bukan hanya itu, menjadi Bacha Posh membuat anak-anak perempuan bisa traveling, berolahraga, dan bekerja selayaknya anak laki-laki di Afghanistan. Menjadi Bacha Posh bukan hanya berarti menggunakan pakaian seperti laki-laki, tetap juga mengganti nama, memotong rambut, bersikap, bertingkah layaknya laki-laki Afghanistan.
Bacha Posh juga punya kesempatan untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan air minum dan jajanan seperti permen karet hingga membantu ayahnya bekerja. Ada pula keluarga yang melakukan Bacha Posh sebagai simbol permohonan pada Tuhan agar diberikan anak laki-laki.
Bagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, mereka memilih cara Bacha Posh untuk membuat keluarganya memiliki nilai lebih dalam mata masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tidak semua anak perempuan senang dengan cara ini, banyak di antara mereka yang memilih menjadi Bacha Posh hanya ketika berada di luar rumah dan kembali menjadi anak perempuan di dalam rumah. Namun ada pula yang menjadi Bacha Posh karena keinginannya pribadi.
Sayangnya Bacha Posh hanya bisa dilakukan hingga anak perempuan tersebut mencapai masa pubertas, karena ketika pubertas terjadi maka anak laki-laki tersebut kembali berubah menjadi anak perempuan yang siap untuk dinikahkan.
Masa transisi dari perempuan menjadi laki-laki lalu kembali lagi menjadi perempuan seringnya meninggkalkan kesan traumatis pada anak perempuan. Terutama bagi yang tidak siap untuk kembali pada kebiasaan lama sebagai anak perempuan karena sudah merasakan kebebasan sebagai anak laki-laki.
Anak laki-laki Afghanistan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak laki-laki Afghanistan (Foto: Pixabay)
Anak-anak yang 'lulus' dari Bacha Posh biasanya merasa kesulitan ketika harus bertingkah laku seperti anak perempuan pada umumnya. Karena mereka harus siap untuk menjadi seorang istri, seperti memasak, menggunakan burqa, berlaku selayaknya wanita Afghanistan. Tak jarang, banyak Bacha Posh yang tidak ingin kembali menjadi wanita.
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/United Nations Peacekeeping)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/United Nations Peacekeeping)
Meski menjadi fenomena yang awam bagi masyarakat Afghanistan, namun pada praktiknya pelaku Bacha Posh sering mendapat hal-hal yang tidak menyenangkan seperti sindiran karena banyaknya masyarakat yang tidak menyukai fenomena atau tradisi ini. Selain itu pemerintah juga belum menyadari hal ini sehingga belum ada tindak lanjut maupun solusi dari tradisi ini.
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/Robert Mark)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Afghanistan. (Foto: Flickr/Robert Mark)
ADVERTISEMENT