Peringkat Kunjungan Turis Asing yang Datang ke Negara di Asia Tenggara

17 Maret 2019 8:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kuil Wat Arun di Thailand saat festival Krathong Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kuil Wat Arun di Thailand saat festival Krathong Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sebuah perusahaan analisis bernama GlobalData memperkirakan bila negara di kawasan ASEAN akan terus mengalami peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 4,72 persen. Tercatat pada 2018, negara-negara di kawasan ini berhasil mendatangkan 129,2 juta pengunjung dan diperkirakan akan naik menjadi 155,4 juta untuk tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, GlobalData juga membuat laporan terbarunya bertajuk Tourism Destination Market Insights: ASEAN, dan menemukan jika kenaikan jumlah wisatawan di Asia Tenggara terjadi karena banyak pelancong yang senang dengan petualangan. Hal ini juga didukung dengan banyaknya maskapai berbiaya murah sehingga membuat perjalanan lebih mudah.
Pasar malam Luang Prabang, Laos Foto: Shutter Stock
Untuk lebih jelasnya, berikut daftar kunjungan wisatawan asing yang masuk ke negara-negara di Asia seperti dilansir dari Good News From Southeast Asia:
Thailand dengan 38,3 juta wisatawan asing
Malaysia dengan 25,8 juta wisatawan asing
Singapura dengan 18,5 juta wisatawan asing
Indonesia dengan 15,8 juta wisatawan asing
Vietnam dengan 15,4 juta wisatawan asing
Filipina dengan 7,1 juta wisatawan asing
Kamboja dengan 6,2 juta wisatawan asing
Laos dengan 4,1 juta wisatawan asing
ADVERTISEMENT
Myanmar dengan 3,6 juta wisatawan asing
Brunei dengan 1,4 juta wisatawan asing
GlobalData juga mengindikasikan bila arus wisatawan akan sangat bermanfaat bagi negara-negara di kawasan Asia. Namun, pariwisata yang berlebihan juga harus menjadi perhatian utama pemerintah dan perusahaan perjalanan.
Sebagai contoh, penutupan Maya Bay di Thailand karena kunjungan wisatawan yang tidak dibatasi. Atau kasus di Jepang yang tengah dibuat frustasi karena wisatawan asing besikap tak sopan saat berkunjung ke negaranya.
"Ketika jumlah pengunjung meningkat, mereka perlu 'dialihkan' untuk menghindari 'punumpukan' di kawasan wisata populer," kata Laura Beaton, analis perjalanan dan pariwisata di GlobalData.
"Sudah ada langkah positif ke arah ini di beberapa negara dan daerah yang kurang populer harus dapat memanfaatkan ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT