Pesta Kerja Tahun, Cara Masyarakat Karo Ucap Syukur Atas Hasil Panen

16 Juli 2018 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan muda-mudi ini dipilih secara khusus sesuai marga pendiri kampung sebagai simbol pemimpin acara. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan muda-mudi ini dipilih secara khusus sesuai marga pendiri kampung sebagai simbol pemimpin acara. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setiap bulan Juli, warga Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo, Sumatera Utara menggelar acara bertajuk Pesta Kerja Tahun atau yang juga dikenal sebagai Pesta Merdang Merdem.
ADVERTISEMENT
Pesta Kerja Tahun merupakan bentuk ucapan syukur masyarakat Karo yang berdomisili di Desa Munte, untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas hasil panen yang didapatkan dalam setahun.
Bagi masyarakat Karo, Pesta Kerja Tahun atau Merdang Merdem merupakan tradisi tahunan yang sangat dinantikan.
Pada Pesta Kerja Tahun biasanya setiap anggota keluarga yang sedang rantau biasanya pulang kampung untuk berkumpul dengan anggota keluarga.
Meski dilakukan setiap desa di Kabupaten Karo, tetapi tanggal acara ini bisa saja berbeda di setiap daerahnya. Acara ini diselenggarakan sesuai dengan hari baik yang dipercaya daerah masing-masing.
Kecamatan Munte sendiri biasanya merayakan Pesta Kerja Tahun pada hari ke-26 Beraspati Medem sesuai Kalender Karo.
Ilustrasi tanaman padi (Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tanaman padi (Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Pesta Kerja Tahun, dulunya dilakukan setelah masa tanam padi berakhir. Sehingga selain mengucap syukur masyarakat Karo juga mendoakan tanaman yang ditanam agar dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang baik.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga diungkapkan oleh Wakil Bupati Kabupaten Karo, Corry Sebayang saat acara pembukaan pada 9 Juli 2018 lalu.
"Ini menjadi waktu yang tepat untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, meski sebenarnya di setiap harinya pun kita bersyukur atas hasil panen yang kita terima," tuturnya.
Berlangsung selama kurang lebih seminggu lamanya, seluruh lapisan masyarakat dapat ikut merayakan Pesta Kerja Tahun, kecuali yang baru saja berduka. Misalnya keluarga yang baru kehilangan anggota keluarganya kurang dari jangka waktu setahun. Dalam hal ini, keluarga tersebut tidak diperbolehkan merayakan pesta kerja tahun.
Ilustrasi Landek Karo (Foto: Flickr/Anton Eder)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Landek Karo (Foto: Flickr/Anton Eder)
Setiap hari dalam masa Pesta Kerja Tahun diberi nama berbeda sesuai dengan hewan yang dicari untuk dijadikan lauk.
Misalnya hari pertama yaitu Cikor-kor, yaitu mencari serangga bernama kor-kor, hari kedua dinamai Cikurung untuk mencari serangga bernama kurung, hari ketiga masyarakat Karo akan mencari ikan, dan hari tersebut disebut sebagai Ndurung.
ADVERTISEMENT
Sedangkan hari keempat diberi nama Motong atau Mantem. Pada hari tersebut, penduduk setempat akan menyembelih hewan berkaki empat seperti kerbau, sapi, atau babi. Hari kelima dinamai Matana, yaitu waktu saat setiap orang saling mengunjungi satu sama lain, dan dilanjutkan dengan Nimpa di hari keenam.
Di masa Nimpa, masyarakat setempat akan membuat kue tradisional bernama cimpa, dan diakhiri dengan Rebuna di hari ketujuh. Pada masa Rebuna, setiap orang akan beristirahat setelah melakukan Pesta Kerja Tahun.
Cimpa, kue tradisional Karo (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cimpa, kue tradisional Karo (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Mirip dengan tradisi Lebaran, saat Pesta Kerja Tahun setiap keluarga akan bersilaturahmi dengan cara saling berkunjung ke rumah masing-masing. Dan ketika berkunjung, pengunjung diwajibkan makan di rumah orang yang ia kunjungi.
Puncak acara dari Pesta Kerja Tahun adalah Gendang Guro-guro Aron. Yaitu acara budaya tradisional Karo yang berlangsung selama dua malam di aula desa. Gendang Guro-guro Aron biasanya dilakukan pada hari keempat dan kelima.
Perkolong-kolong adalah sebutan bagi biduan wanita dan pria sebagai pengisi acara. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perkolong-kolong adalah sebutan bagi biduan wanita dan pria sebagai pengisi acara. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Dalam acara ini, setiap orang diberikan kesempatan untuk menari tari tradisional Karo atau landek di atas panggung. Acara ini kemudian dimeriahkan oleh biduan wanita dan pria yang disebut sebagai perkolong-kolong dengan lagu dan tarian tradisional.
Tak hanya muda-mudi saja, orang tua juga punya kesempatan untuk menari bersama di atas panggung. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tak hanya muda-mudi saja, orang tua juga punya kesempatan untuk menari bersama di atas panggung. (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Di masa lampau, Gendang Guro-guro Aron menjadi ajang bertemu bagi muda-mudi sekaligus ajang perkenalan. Bukan hanya para remaja yang diperbolehkan untuk menari bersama, tetapi juga orang tua, sesuai arahan dari pembawa acara.
ADVERTISEMENT
Sehingga Pesta Kerja Tahun menjadi pesta budaya yang masih ramai dikunjungi dan selalu dinantikan, terutama bagi para perantau.