Sati, Bentuk Pengorbanan Janda di India untuk Mendiang Suaminya

12 Maret 2018 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Tradisi menjadi salah satu elemen yang selalu ada dalam setiap daerah atau bahkan negara. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya tradisi yang hadir di Indonesia, seperti tradisi potong jari di Papua atau gigi runcing di Mentawai.
ADVERTISEMENT
Di berbagai negara juga memiliki beragam tradisi yang tak kalah menariknya. Salah satunya adalah yang terdapat di India.
Adalah Sati atau dalam bahasa Sansakerta disebut Sutee, sebuah bentuk pengabdian dan pengorbanan wanita di komunitas Hindu yang baru saja ditinggal mati suaminya. Dalam praktik Sati, para istri akan melakukan bunuh diri dengan cara membakar diri di rumah pemakaman suaminya, menenggelamkan diri, atau dikubur hidup-hidup dengan jenazah suami secara sukarela.
Meski praktik ini tidak umum dilakukan, tetapi masyarakat kasta Brahmana dan kerajaan tertentu menganggap Sati sebagai bentuk pengorbanan yang ideal untuk dilakukan. Kesulitan yang dihadapi oleh para janda menjadi alasan tersebar dan berkembangnya praktik Sati.
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
Istilah Sati berasal dari nama Dewi Sati, dikenal juga sebagai Dakshayani yang mengorbankan dirinya dengan cara membakar diri. Ia memunculkan api dengan kekuatan yoganya, karena tidak mampu menahan hinaan sang ayah kepada suaminya, Dewa Siwa.
ADVERTISEMENT
Praktik sati terbesar terjadi sekitar tahun 1100 di Bengali, yang berlangsung karena sistem hukum Dayabhaga. Pada masa ini, para janda didorong untuk melakukan Sati agar harta warisan yang mereka miliki dapat dialihkan ke keluarga lainnya.
Di abad ke-16, praktik ini sempat dilarang oleh penguasa India bernama Mughal Humayun, meskipun akhirnya sempat disahkan secara tidak sengaja pada saat Pemerintahan Inggris di India dan akhirnya dilarang lagi pada tahun 1829.
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Sati (Foto: Wikimedia Commons)
Praktik Sati umumnya dilakukan secara sukarela, namun beberapa di antaranya sering ditemukan praktik ini terjadi karena pemaksaan atau pelarian. Kasus yang terkenal adalah Sati yang dilakukan oleh Roop Kanwar, yang terjadi pada tahun 1987. Ia merupakan seorang janda berusia 18 tahun dari suaminya yang meninggal di usia 24 tahun dan meninggalkannya tanpa anak. Saat itu, pernikahannya hanya bertahan selama delapan bulan.
ADVERTISEMENT
Sati tersebut dilakukan di desa Deorola di disrik Sikar, Rajasthan. Menurut cerita yang beredar, Roop Kanwar dibakar dengan mayat suaminya yang ia peluk di pangkuannya, memberi berkat kepada orang-orang yang datang melihat pembakarannya sambil mengucapkan mantra Gayatri. Praktik Sati yang dilakukan oleh Roop menjadi tontonan menyeramkan bagi warga, sehingga warga yang tidak kuat untuk menonton berpaling dan pergi dari tempat Roop membakar diri.
Tradisi Sati (Foto: Wkimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Sati (Foto: Wkimedia Commons)
Insiden ini menjadi kontroversi karena pada saat itu praktik Sati sudah dilarang dan adanya kelompok-kelompok yang berada pada sisi pro-kontra. Yaitu membela Sati yang dilakukan Roop Kanwar dan mencurigai bahwa Roop Kanwar dibunuh, karena wanita muda ini terlahir dari keluarga yang berpendidikan.
Hmm...bagaimana menurutmu?