Sin Tek Bio, Kelenteng Historis yang Makin Terhimpit di Pasar Baru

18 Mei 2018 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di dalam Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di dalam Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tidak mudah menemukan Sin Tek Bio jika matamu tidak jeli. Apalagi jika kamu terburu-buru saat menelusuri Pasar Baru untuk kali pertama. Kamu harus masuk ke gang-gang sempit untuk mencapai kelenteng yang berdiri sejak 1698 itu.
ADVERTISEMENT
kumparanTRAVEL baru menemukan papan petunjuk menuju Sin Tek Bio ketika berbelok ke Jalan Kelinci Raya dari Jalan Pasar Baru. Kami mengikuti petunjuk menuju gang sempit yang berkelok. Sempat bingung, kami bertanya pada warga yang tengah bercengkrama.
Petunjuk Menuju Sin Tek Bio di Jalan Kelinci Raya. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petunjuk Menuju Sin Tek Bio di Jalan Kelinci Raya. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Akhirnya kami melihat warna merah mencolok terhimpit di antara bangunan-bangunan di Jalan Pasar Baru Dalam. Gantungan lampion berwarna senada memenuhi langit-langit ruangan. Itulah kelenteng Sin Tek Bio atau yang bernama resmi Vihara Dharma Jaya.
Gedung kelenteng itu merupakan salah yang tertua di kawasan Pasar Baru. Menurut buku Riwayat Singkat Sin Tek Bio yang ditulis oleh Bambang S. dan terbit pada Juli 2016, Sin Tek Bio dibangun saat kawasan Pasar Baru masih berupa hutan belantara serta rawa. Baru pada awal pada ke-18, gedung-gedung megah mulai dibangun di sana, seperti Stadtsshouwburg yang kini jadi Gedung Kesenian Jakarta.
ADVERTISEMENT
Meski makin terhimpit dengan gedung-gedung bertingkat yang memadati Pasar Baru, Sin Tek Bio tak kehilangan penggemarnya. Banyak umat dan peminat sejarah yang tertarik untuk menengok langsung kelenteng bersejarah yang diduga dibangun oleh petani-petani Tionghoa yang tinggal di tepian Ciliwung itu.
Pintu masuk Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pintu masuk Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
“Di sini selalu ramai karena tuanya. Orang dari 9 negara juga tau tentang Sin Tek Bio dan sembahyang di sini. Ada dari Hong Kong, Singapura, Malaysia, China, Thailand, Australia, bahkan Belanda. Dari dalam negeri juga banyak,” papar Santoso Witoyo yang menjaga kelenteng sejak 37 tahun lalu.
Sin Tek Bio di Pasar Baru terdiri atas dua gedung yang dibedakan berdasarkan dewa ‘tuan rumahnya’. Gedung yang paling besar ditempati oleh Hok-tek Ceng-sin atau Dewa Bumi dan Rejeki atau Dewa Dagang. Menurut Santoso, tiap-tiap pasar kebanyakan memiliki wihara Dewa Dagang, di mana warga berdoa meminta keberkahan dan keselamatan.
ADVERTISEMENT
Hok-tek Ceng-sin di Kelenteng Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hok-tek Ceng-sin di Kelenteng Sin Tek Bio. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Sementara gedung yang lain ditempati oleh Dewi Kuan In yang dipercaya sering menolong manusia di saat-saat sulit. Dewa utama yang menempati kelenteng tampak dari patung terbesar yang dipajang di altar.
Pengunjung umum pun boleh masuk ke dalam Vihara Dharma Jaya dan mengambil foto. Tentu saja, dengan meminta izin dahulu dan tetap menjaga kesopanan.
“Tiap hari ada saja yang datang, bisa 50-60 orang. Ada yang untuk sembahyang.Turis yang melihat-lihat saja juga banyak,” tambah Santoso.
Kwan Im Bio di Vihara Dharma Jaya, Pasar Baru. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kwan Im Bio di Vihara Dharma Jaya, Pasar Baru. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Meski telah berusia lebih dari tiga abad, kelenteng Sin Tek Bio masih menampakkan pesona sekaligus sisi kunonya. Sejak pertama kali dibangun, tempat beribadah itu menjaga bentuk aslinya dan hanya beberapa kali dipugar.