Strategi Menpar untuk Capai Target Devisa Pariwisata 2019

18 Maret 2019 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Pariwisata bersama Bank Indonesia dan Pemerintah melakukan sejumlah strategi untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan dan juga devisa pariwisata khususnya pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya juga menargetkan mampu mendatangkan sebanyak 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). dengan target devisa sebesar 17,6 miliar dolar AS.
"Dari target 20 juta kunjungan wisman. Devisanya itu sekitar 17,6 miliar Dolar AS," ujar Perry dalam konferensi Pers Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (18/3).
Menpar Arief Yahya (kanan) bersama Menko Maritim Indonesia Luhut Binsar Panjaitan (tengah) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) pada Konferensi Pers Rakor Strategi Akselerasi Pencapaian Devisa Pariwisata 2019, Senin (18/3). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Menpar Arief Yahya, kita sebelumnya menargetkan jumlah wisman itu 20 juta dengan devisa 20 juta miliar dolar AS.
"Jadi angka 20 juta wisman dan 20 miliar dolar AS itu adalah target, jadi angka 20 juta dan 17,6 miliar dolar AS itu adalah proyeksi. Jadi kenapa seperti itu karena seperti tahun lalu juga targetnya 17 juta 17 miliar tercapainya hampir 16 juta wisman dengan devisa 16 miliar," ujar Menpar Arief Yahya dalam sambutannya pada acara Rapat Koordinasi mengenai Strategi Akselerasi Pencapaian Target Devisa Pariwisata 2019.
ADVERTISEMENT
Pada tahun ini, untuk mencapai hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Pemerintah melakukan sejumlah strategi yang masih di dalam koridor 3A yaitu Akses, Atraksi, maupun Amenitas dan 2 B yang terkait dengan promosi dan pelaku usaha. Kita juga lebih memfokuskan quality tourism atau pariwisata yang berkualitas untuk meningkatkan spending wisman di dalam negeri.
Menurut Arief Yahya, ada dua poin penting untuk meningkatkan jumlah spending wisman di dalam negeri. Yang pertama adalah mengetahui wisatawan mana saja yang terjauh dan juga meningkatkan MICE sektor pariwisata.
"Jadi kita track orang yang lebih jauh negaranya dan kedua MICE. MICE itu spendingnya besar," tambah Arief Yahya.
Ia pun juga mencontohkan bagaimana wisatawan Australia yang meskipun negaranya berada tidak jauh dari Indonesia tapi wisatawan Australia cenderung spendingnya lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Australia itu meskipun dekat tapi spendingnya besar karena rata-rata length of staynya 10 hari orang Australia. Average spending per arrival itu 1.500 dolar AS sedangkan wisatawan yang lain rata-rata 1.100 dolar AS. Rata-rata yang jauh seperti Middle East itu long stay dia sekitar 2 mingguan," ujarnya.
Tak hanya meningkatkan length of stay wisatawan, ada beberapa negara yang menjadi fokus Menpar untuk mendongkrak jumlah wisatawan. "Lima negara tersebut adalah China, Eropa, Malaysia, Singapura, dan Australia," tambahnya.
Langkah selanjutnya yang dilakukan Kemenpar adalah terkait promosi-promosi event di 100 Calendar of Event (CoE) Wonderful Indonesia. "Untuk meningkatkan jumlah wisatawan juga akan dilakukan langkah-langkah promosi atau advertising, kita ada branding melalui festival-festival. Tapi juga ada promosi melalui 100 Calendar of Event (CoE) Wonderful Indonesia, jadi itu kita promosikan terus," ujar Arief Yahya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut juga diamini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan menurutnya digitalisasi juga penting untuk promosi pariwisata di Indonesia.
"Digitalisasinya kita tingkatkan penggunanya dan target 20 juta wisatawan mancanegara tahun ini bukanlah angka yang mustahil dan mungkin bisa lebih dari itu," ucap Luhut.
Selain itu, yang terpenting adalah kita juga akan menghadirkan lebih banyak penerbangan LCC (Low Cost Carrier) dan juga menjadikan Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta sebagai terminal LCCT untuk men-track lebih banyak LCC di Indonesia.
"Tahun 2019 yang paling besar nanti dari strategi kita yaitu yang pertama adalah kita set Singapura sebagai tourism klub dan kedua LCCT. Kita ingin proyeksikan terminal 2F agar jadi LCCT untuk men-track lebih banyak LCC," ujar Arief Yahya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Indonesia belum banyak lcc padahal pertumbuhan LCC 20 persen dan full service carrier hanya 10 persen, jadi kalau kita tidak mendatangkan LCC itu tidak akan pernah tercapai target 20 juta itu.
Dengan hal tersebut, diharapkan apa yang menjadi target Kemenpar, BI, dan juga pemerintah diharapkan dapat tercapai. "Tahun ini kita perkirakan 17,6 miliar dolar AS dan diharapkan dengan 17,6 miliar itu pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar negara," tutupnya.