news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tak Selalu Menyenangkan, Ini Suka Duka Membuka Jasa Open Trip

23 Agustus 2018 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal-kapal wisatawan yang sedang mengunjungi pulau tersebut.

 (Foto: Doc: Flickr/Bane Novitovic)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal-kapal wisatawan yang sedang mengunjungi pulau tersebut. (Foto: Doc: Flickr/Bane Novitovic)
ADVERTISEMENT
Alam Indonesia yang begitu cantik membuat segelintir orang memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan dengan membuka jasa open trip. Ya, saat ini mulai menjamur jasa open trip yang bertebaran di media sosial.
ADVERTISEMENT
Open trip sendiri 'menjual' keindahan alam bumi pertiwi atau negara tetangga. Kepada mereka yang ingin menikmati keindahan, keberagaman, kekayaan bumi tanpa ingin repot.
Di balik jasa open trip, tentu ada mereka si penggerak pariwisata yang punya segudang cerita sedih sekaligus seru. Misalnya Azmi Shidqifauzi, salah satu owner dari wirtravel.
Usaha yang dirintisnya sejak 2016 lalu itu memberikan banyak pelajaran berharga. Pekerjaan yang dilakoninya bersama dua kerabatnya ini menuntutnya untuk jalan-jalan tapi dibayar. Siapa yang tak suka?
Selain membuat kantong makin tebal, rupanya Azmi juga dituntut secara tidak langsung untuk belajar. Azmi dipaksa belajar untuk mengetahui, memahami, memaklumi dan mengatasi berbagai karakter peserta yang dibawa.
Selain ada sisi manis, tentu pahitnya menjalani bisnis pun pernah dirasakan. Alumni Universitas Indonesia itu kerap membuat badannya letih. Wajar saja, ia harus sering pergi keluar kota dengan waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga diutarakan oleh Ayu Galuh Anggraini, travel blogger sekaligus pemilik @funfearlesstrip itu mengatakan bila pekerjaanya bisa membuatnya kenal dengan banyak orang. Pundi-pundi rupiah yang masuk ke rekening hingga bolak-balik ke negeri seberang jadi bonus tambahan yang kerap membuat banyak orang iri.
Sama seperti Azmi, Ayu juga memiliki cerita sedih di balik usaha jalan-jalannya. Contohnya saat ada sebuah airlines yang mengalami kecelakaan. Dampaknya, beberapa peserta membatalkan perjalanan karena takut hal serupa menimpanya.
"Pernah waktu itu ada salah satu maskapai yang jatuh. Langsung ada yang ngebatalin karena takut juga," cerita Ayu, ketika dihubungi kumparanTRAVEL melalui sambungan telepon, Rabu (22/8).
Tak hanya masalah maskapai saja, adanya perang dan wabah penyakit juga menjadi penyebab dibatalkannya perjalanan. Tentu hal ini menuntutnya untuk mampu menghadapi segala jenis sifat dan watak seseorang.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu, open trip juga tak akan berjalan mulus bila tidak ada campur tangan pemandu wisata atau tour leader. Beberapa waktu lalu, kumparanTRAVEL pernah bertemu dengan seorang tour leader yang kerap kali membawa wisatawan untuk menikmati keindahan alam di ujung Jakarta.
Pria bernama Samlawi atau akrab disapa Sam ini nampaknya bukan warga lokal. Tak peduli dari mana asalnya, first impression kami kepadanya sangat positif.
Selain mudah akrab dengan pelanggannya, Sam juga melindungi 'tempat'nya bekerja. Ya, Sam melarang penggunaan fin atau kaki katak untuk peserta yang ingin snorkeling.
Kala itu Sam mengatakan bila tak ingin terumbu karang rusak karena terkena fin. Dirinya mau terumbu karang yang ada bisa dinikmati para penikmat bawah laut Kepulauan Seribu.
ADVERTISEMENT
Di balik senyum ramahnya, Samlawi juga menyimpan cerita pedih. Ia sempat curhat kepada kami bila pekerjaan yang dijalaninya sebenarnya tak mendapat untung besar.
"Alasan utama mengapa saya tetap menjalankan profesinya ini demi mendapat tambahan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menunggu di rumah," tutur Sam.
Sam menambahkan, bila laba yang didapat guna membayar biaya sekolah, untuk jajan anaknya dan belanja kebutuhan sehari-hari.
"Untungnya biasanya untuk membayar biaya sekolah, untuk jajan anak dan belanja kebutuhan sehari-hari," tutup Sam.