Taman Nasional di Jepang Rugi Puluhan Juta Yen karena Ulah Karyawannya

7 November 2018 19:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan di Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr/Tomoaki Saito)
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan di Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr/Tomoaki Saito)
ADVERTISEMENT
Tepat di jantung Kota Tokyo, Jepang, ada salah satu taman yang menjadi tempat terbaik untuk menyaksikan bunga Sakura bermekaran. Ya, taman tersebut adalah Shinjuku Gyoen National Garden.
ADVERTISEMENT
Sialnya, nasib naas sedang menimpa taman yang berada di Shinjuku dan Shibuya itu. Taman ini harus merugi lantaran salah satu karyawannya tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Dilansir dari This is Insider, petugas laki-laki yang tidak disebutkan namanya itu membiarkan turis asing masuk ke dalam tempatnya bekerja. Padahal, wisatawan mancanegara seharusnya dikenakan biaya sebesar 200 Yen untuk dewasa dan 50 Yen untuk anak-anak.
Hamparan Bunga di Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr / Harvey Quamen)
zoom-in-whitePerbesar
Hamparan Bunga di Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr / Harvey Quamen)
Petugas berusia sekitar 70 tahun itu melakukannya lantaran terlalu takut untuk meminta biaya kepada para pelancong.
"Saya tidak bisa berbicara bahasa lain dan saya takut ketika orang asing mulai berteriak kepada saya," ucap karyawan itu.
Rupanya ia melakukan ini karena tidak bisa berbahasa asing. Dirinya juga takut karena pernah diteriaki oleh pengunjung asing.
ADVERTISEMENT
Pria ini menjalani aksinya sejak April 2014 hingga Desember 2016. Karena perbuatannya, setidaknya ada 160 ribu wisatawan asing yang bebas masuk tanpa bayar sepersen pun.
Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr @udie wijayadi )
zoom-in-whitePerbesar
Shinjuku Gyoen National Garden, Jepang (Foto: Flickr @udie wijayadi )
Dua setengah tahun membiarkan turis masuk tanpa membayar, auditor setempat memperkirakan Shinjuku Gyoen National Garden merugi hingga 25 juta Yen.
Saat menjalani 'pekerjaanya' ia meminta rekannya yang punya akses data untuk membatalkan penjualan. Sehingga tidak ada kejanggalan antara pendataan yang tercatat dan pendapatan sebenarnya.
Namun, aksinya terbongkar saat staf lain memperlihatkan sikap yang aneh. Alhasil karyawan itu diminta untuk mengembalikan setengah dari bonusnya demi menutupi kerugian.
Bagaimana menurutmu?