Ternyata, Aktivitas Jalan-jalan Punya Dampak Buruk buat Lingkungan

18 Juli 2018 12:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveling sendirian di Singapura. (Foto: Instagram @maryann2311)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveling sendirian di Singapura. (Foto: Instagram @maryann2311)
ADVERTISEMENT
Traveling memang sedang menjadi tren masa kini. Rasanya liburan tidak lengkap tanpa traveling. Membaca tren tersebut berbagai jenis akomodasi seperti maskapai penerbangan, penginapan, hingga aplikasi teknologi membuat terobosan baru untuk mendapatkan pasar.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pasar terutama kaum milenial yang memang 'sedang sangat gemar-gemarnya' jalan-jalan.
Namun dibalik segala manfaat positif, traveling ibarat pedang bermata dua yang juga punya sisi negatif.
com-Full Time Traveler (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Full Time Traveler (Foto: Thinkstock)
Mengutip Newser, traveling punya efek yang tidak disadari oleh para pelakunya, seperti mempercepat proses perubahan iklim.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, para peneliti mengungkapkan bahwa pariwisata menyumbang sekitar 8 persen emisi karbon global. Jumlah emisi karbon ini diperkirakan lebih banyak tiga kali dan tumbuh empat kali lebih cepat dari pada ekspektasi para peneliti dalam kurun waktu 2009 hingga 2013.
Emisi karbon global dihasilkan dari berbagai aktivitas wisata, seperti transportasi lokal, makan, belanja, dan aktivitas penerbangan.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian tersebut, negara dengan wisatawan terbanyak yang menjadi peringkat pertama penyebab peningkatan emisi karbon global adalah Amerika Serikat. Kemudian diikuti China, Jerman, dan India.
5 langkah menjadi green traveler. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
5 langkah menjadi green traveler. (Foto: Shutterstock)
Dr. Arunima Malik, seorang peneliti dari University of Sydney menuturkan bahwa 80 persen emisi di pulau-pulau kecil seperti Maladewa dan Seychelles dihasilkan oleh pariwisata.
Sehingga akan lebih baik jika pariwisata dikelola dengan cara ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga mampu meminimalisir besar emisi karbon.
"Pendapatan dari negara dengan pulau-pulau kecil umumnya sangat bergantung pada jumlah wisatawan. Sayangnya, mereka juga semakin rentan terhadap naiknya permukaan laut dan perubahan iklim seiring peningkatan wisata di negara tersebut,'' tuturnya.