news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tips Cegah Penipuan saat Ikut Open Trip di Luar Negeri

15 Juli 2018 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveling (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveling (Foto: Thinkstocks)
ADVERTISEMENT
Kasus yang menimpa 5 turis asal Indonesia di Maroko cukup memprihatinkan. Mereka diduga ditinggal oleh tour leader-nya saat akan melanjutkan perjalanan ke Spanyol. Selain telah membayar akomodasi dan hotel, korban juga mengaku telah menyerahkan uang jaminan sebesar 3800 USD dan Rp 15 juta.
ADVERTISEMENT
Namun apa yang bisa kita lakukan saat mengalami tragedi semacam di atas?
Hal-hal tak terduga seperti kasus di atas kerap terjadi saat traveling. Sebagai wisatawan kita harus selalu waspada, kritis, dan menyediakan tindakan antisipatif. Misalnya, sebelum berwisata ke luar negeri, sebaiknya mengunduh Safe Travel, aplikasi yang dikembangkan Kementerian Luar Negeri untuk menyediakan informasi tentang negara tujuan.
Aplikasi Safe Travel buatan Kemlu. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi Safe Travel buatan Kemlu. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Aplikasi ini menyediakan informasi dasar namun penting bagi WNI. Diantaranya informasi perbedaan waktu, kondisi keamanan, persyaratan keimigrasian, hingga pelayanan KBRI/KJRI/KRI setempat. Safe Travel juga punya fitur darurat, yang dapat digunakan untuk meminta pertolongan dengan cepat.
Dihubungi oleh kumparanTRAVEL, pihak KBRI Rabat, Maroko, menyatakan telah lebih dulu menghubungi 5 WNI yang ditinggal oleh tour leader-nya itu.
ADVERTISEMENT
“Mungkin mereka belum sempat atau merasa tidak perlu melapor. Tapi KBRI tetap intersep, untuk memastikan kondisi dan keamanan mereka,” papar Hanung Nugraha, Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Rabat.
Hanung lalu mengingatkan pentingnya melapor ke KBRI saat membutuhkan bantuan. KBRI akan berusaha membantu semaksimal mungkin sesuai SOP yang berlaku. Kontak hotline KBRI Rabat pun aktif 24 jam, sehingga dapat dihubungi kapan saja.
com-Traveling (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Traveling (Foto: Thinkstock)
Salah satu bentuk bantuan KBRI misalnya, menerbitkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) jika seorang WNI melapor kehilangan paspornya. Namun jika membantu kepulangan WNI ke Indonesia, harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
“Yang bisa dipulangkan oleh KBRI adalah WNI yang terlantar. Misalnya vulnerable group, TKI yang terlantar, atau anak buah kapal yang terlantar. Sedangkan untuk traveler, seharusnya mampu untuk bertanggung jawab pada perjalanannya sendiri,” papar Hanung.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, wisatawan sebaiknya tidak “cuci tangan” atau mempercayakan semua itinerary pada orang lain meski ikut open trip. Traveler harus kritis dan menuntut transparansi tour leader.
“Pastikan semua itu dikontrol oleh traveler sendiri. Mulai dari invoice tiket pesawat, dokumen travel, itinerary, wisatawan juga harus pegang sendiri,” imbuh Hanung.