Tradisi Mengunyah Khat, 'Bunga Surga' dari Afrika yang Destruktif

29 Mei 2018 9:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
ADVERTISEMENT
Melihat penduduk mengunyah sirih mungkin bukan hal yang aneh bagi kamu. Melihat bibir dan gigi mereka yang memerah akibat campuran daun sirih, kapur, dan gambir.
ADVERTISEMENT
Ternyata kebiasaan kunyah-mengunyah ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara tetangga lainnya. Hanya saja campuran, materi bahannya, atau caranya berbeda.
Di Myanmar penduduknya mengunyah paan atau lebih dikenal sebagai pinang, sedangkan penduduk di Somalia mengonsumsi khat. Meski memiliki nama atau bahan yang berbeda, sensasi dari kebiasaan ini kurang lebih sama, yaitu memberi rasa relaks dan 'melayang'.
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
Tradisi kunyah-mengunyah ini masih digandrungi oleh banyak peminat, seperti yang dilakukan warga di Somalia. Tradisi itu membuat daun khat dilegalkan di negara-negara bagian Afrika seperti Ethiopia, Somalia, Yaman, Djibouti dan Kenya.
Mulai dari wanita, pria, hingga anak-anak muda melakukan kebiasan mengunyah khat. Biasanya dikonsumsi pada sore hari sambil bersantai. Daun khat dipercaya dapat meningkatkan gairah kerja, membuat tubuh bugar dan terasa tidak mudah lelah.
ADVERTISEMENT
Khat atau Qat adalah sejenis semak dengan tinggi sekitar 1,4 sampai 3,1 meter. Bernama latin Catha edulis, tanaman ini dijuluki 'bunga surga' oleh para penikmatnya. Berasal dari Afrika Timur dan Semenanjung Arab, tanaman ini berefek stimulan dan dapat menyebabkan kecanduan karena mengandung zat cathinone dan cathine.
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
Di Somalia, kebiasaan mengunyah khat telah dilakukan sejak masih remaja, yaitu di usia sekitar 14 tahun. Dilansir New York Times, para pelajar bahkan mengonsumsi khat sebelum mengikuti ujian.
Bagi para penikmatnya, mengunyah khat dianggap sebagai suatu tradisi sosial yang mesti dihormati. Mengunyah khat dianggap sebagai salah satu cara 'berbagi' atas kekacauan kekerasan yang dirasakan penduduk Somalia pada 20 tahun terakhir.
Padahal budaya mengunyah khat ini dapat memberikan dampak buruk dalam jangka panjang, seperti insomnia, anoreksia, depresi, kerusakan hati, hingga serangan jantung.
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Konsumsi Khat. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)
Walau budaya mengunyah 'bunga surga' ini berasal dari Afrika, Indonesia sendiri juga pernah 'mencicipi' daun ini. Khat masuk ke Indonesia seiring dengan kedatangan turis dari Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Dedaunan ini bahkan pernah tumbuh subur di daerah Cisarua, Bogor pada pada era 1980 hingga 90-an. Padahal laporan WHO terkait konsumsi khat di beberapa negara pada 1980 membuat peredaran daun itu dibatasi. Inggris bahkan melarang peredaran daun khat sejak tahun Januari 2013 silam.
Selain merusak tubuh, mengunyah khat ternyata juga mampu merusak hubungan keluarga penduduk Somalia. Dilansir Reuters, salah satu sumber menuturkan bahwa banyak pernikahan di Somalia yang rusak akibat kebiasaan para suami mengunyah khat.
''Pria mengunyah khat itu adalah pria yang tidak baik. Mereka mengunyah di samping anak-anak mereka yang kelaparan," tutur sumber tersebut.