Traveling Menurut Jendela Pandang Kadek Arini

14 April 2018 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadek Arini (Foto: Dok: Kadek Arini)
zoom-in-whitePerbesar
Kadek Arini (Foto: Dok: Kadek Arini)
ADVERTISEMENT
Dikenal sebagai seorang travel blogger, Kadek Arini Stepitul Gayatri atau yang biasa disapa Kadek Arini ini berbagi cerita tentang bagaimana traveling mampu mengubah kehidupannya dan kepribadiannya yang 'biasa-biasa saja' menjadi lebih berani. Dengan antusias, gadis cantik lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga menuturkan awal mula 'jatuh cinta' pada dunia traveling.
ADVERTISEMENT
Berawal dari niatan keluar dari 'comfort zone' dari rutinitas, Kadek memutuskan traveling mencari objek foto sebagai bahan fotografi. Dari situlah ia jatuh cinta pada traveling.
"Traveling itu kayak membawa aku ke dunia yang berbeda," katanya.
"Setiap daerah yang aku datengin itu pasti pengalamannya beda, orangnya beda, dan itu yang membuat hidup aku lebih berwarna gitu. Kayak banyak temen, lebih banyak pengalaman, lebih banyak tempat-tempat yang didatangi. Traveling punya keunikan sendiri dan itu yang bikin aku suka traveling," tuturnya lagi ketika ditemui kumparanTRAVEL di daerah Jakarta Selatan.
Traveling mengubah kepribadian Kadek
Bukan hanya sekadar jalan-jalan karena menemukan sesuatu yang baru atau objek foto semata, Kadek Arini menuturkan bahwa traveling mampu mengubah kepribadiannya. Perubahan ini terjadi karena ia di saat traveling ia tidak mungkin hanya mengandalkan dirinya sendiri, tetapi harus berani bertanya pada orang asing atau bekerja sama dengan sesama traveler lainnya yang ia temui ketika traveling.
ADVERTISEMENT
"Pertama, dari sisi personality, dulu aku orangnya takut mau ke mana-mana, pikirannya suka negatif.
Misalnya kalau mau traveling gitu, punya pikiran kayak, nanti di sana ada yang nyopet enggak, ya? Aman enggak, ya? Kayak gitu. Tapi ternyata setelah dijalanin, traveling ke mana-mana, ternyata itu cuma ada dipikiran aja. Aku jadi bisa berhasil buktiin yang penting itu, kalau kita berpikiran positif, enggak bakalan terjadi apa-apa.
''Everything's gonna be okay. Itu membuat aku jadi bisa selalu berpikir positif," katanya dengan antusias.
Kadek Arini di Kangding (Foto: Dok: Kadek Arini)
zoom-in-whitePerbesar
Kadek Arini di Kangding (Foto: Dok: Kadek Arini)
Selain menjadi wanita yang positif, dari traveling ia juga berubah menjadi pribadi yang lebih berani untuk berbicara dengan orang asing.
"Kedua, aku itu dulu orangnya enggak suka ngobrol, palingan cuma sama yang deket doang, kalau sama strangers tuh 'apa sih dia kan ga kenal', padahal ketika aku traveling, mau enggak mau, aku harus kenal orang baru.
ADVERTISEMENT
Dari situ aku malah banyak dapat inspirasi, dari mulai kelas yang paling bawah sampai yang udah berjabatan saat traveling ya mereka itu enggak membawa jabatan."
Bukan hanya itu saja, traveling ternyata mampu mengubah gaya hidup Kadek Arini. Karena traveling ia jadi semakin menyadari bahwa hidup bukan hanya perkara merek produk atau barang yang dimiliki tetapi lebih pada pengalaman dan karya yang sudah dilakukan.
"Ketiga, semenjak traveling aku sadar kalau hidup itu luas, Aku jadi lebih pengen tahu ada apa sih di belahan negara lain,'
''Itu sih yang bikin aku dari sisi lifestyle jadi lebih down to earth. Engga perlu deh tuh yang namanya barang branded atau apapun, toh yang namanya kalau lagi jalan enggak ada yang tahu. Semuanya sama aja, mendingan uangnya ditabung buat next trip-nya, buat jalan cari pengalaman baru," jawabnya dengan tegas.
ADVERTISEMENT
Tidak semua orang asing berbahaya
Dari traveling, gadis berusia 26 tahun ini belajar bahwa semua orang itu sama, tidak perlu ada pembedaan suku, ras, agama, atau jabatan, dan bagaimana strangers atau orang asing ternyata tidak selamanya seseram yang dibayangkan orang-orang. Ia menuturkan, "Orang asing lah yang mau nolongin kita saat traveling, entah itu kehabisan uang, atau nyasar, karena enggak ada orang lain yang kita kenal."
Penuturan Kadek ini bukannya tidak beralasan. Ia pun tidak segan bercerita pengalamannya saat dibantu oleh orang asing saat sedang traveling di negara asing. Contohnya saja saat ia sedang traveling di Jepang dan tidak tahu arah menuju hotel, ada penduduk lokal yang ingin membantu namun tidak dapat berbahasa Inggris, akhirnya ia malah mengantarkan Kadek sampai ke tempat yang dituju.
ADVERTISEMENT
"Dia mau nolongin tapi enggak bisa bahasa Inggris, jadi kita diantar, karena hotelnya terpencil gitu, aku cuma kasih lihat petanya, terus aku ikutin dia, dianterin, padahal itu lumayan jauh loh, sekitar satu kilometer. Dan dia itu baru pulang kerja," ceritanya.
Bukan itu saja, ia juga pernah dibayari naik bus untuk satu kali perjalanan oleh penduduk lokal yang ia tidak kenal saat sedang traveling di kota asing. Saat itu ia sedang tidak memiliki uang cash dan ia tidak dapat menemukan money changer ataupun ATM.
Travel blogger yang punya pengikut sebanyak 93,2 ribu di akun Instagram ini menuturkan bahwa komunikasi bukanlah menjadi masalah yang utama saat traveling. Segala sesuatu dapat berjalan dengan baik sesuai rencana asalkan kita selalu berusaha untuk berpikir positif.
ADVERTISEMENT
"Di dunia ini masih banyak orang baik kok. Kalau kita mikirnya negatif terus, kita enggak bakal pernah tau faktanya. Justru kalau kita nemu yang salah atau gimana, itu jadi pelajaran ke kita dan kita jadi tahu," pungkasnya.
'Menebar' Awareness lewat Media Sosial
Selain mengubah kehidupan seorang Kadek Arini, traveling ternyata juga memberikan Kadek pandangan baru terkait isu sosial seperti pendidikan atau lingkungan. Karena lewat kesibukannya traveling, ia jadi sering ikut dalam kegiatan sosial yang mengharuskan ia untuk berada di daerah-daerah terpencil.
Dari pengalaman ini, Kadek menyadari bahwa masih banyak orang-orang yang perlu dibantu
"Aku jadi tahu kalau banyak orang yang masih dibawah kita dan membuat aku berpikir kalau kita harus bergerak. Aku mungkin enggak bisa bantu secara materi, tapi mungkin aku bisa bantu dari sisi sharing. Jadi aku cerita ke orang-orang kalo mereka tuh butuh bantuan lewat media sosial," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Nah itu juga yang bikin aku suka sama media sosial, karena aku bisa punya power untuk menyebarkan hal-hal positif, meskipun dari sisi materi kita enggak bisa bantu, tapi kita bisa bantu dengan cara menyebarkan berita itu," tambahnya lagi.
Contohnya saja saat ia berkesempatan untuk ikut kegiatan sosial di Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam kegiatan sosial tersebut, Kadek membuat perpustakaan untuk anak di salah satu sekolah dasar. Ia menuturkan bahwa dari kegiatan sosial ini masyarakat harus tahu bahwa Flores bukan hanya indah karena alamnya, tapi ada anak-anak yang harus dibangun.
"Setelah itu aku nulis tentang itu di media sosial dan ternyata orang-orang tanggapannya positif juga. Jadi aku tulis kalau misalnya kalian ke Flores, kalian bisa bantu anak-anak ini, misalnya nyumbang buku, karena mereka butuh banget," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga pernah ikut traveling dengan salah satu organisasi nirlaba yang berkecimpung dalam lingkungan, Greenpeace. Mendukung gerakan memblok kanal-kanal air dari hutan Gambut, Kadek menjadi mengerti bahwa kebakaran hutan gambut yang terjadi bukan sekedar karena dibakar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, tetapi juga disebabkan oleh penduduk yang melakukan penyerapan air pada hutan gambut sehingga setelah gambut terbakar, lahannya dapat digunakan untuk kebutuhan pemukiman atau lahan tani.
Penyerapan kadar air ini harus dihentikan agar tidak merusak lingkungan dan mencemari udara, baik di Kalimantan ataupun tempat lainnya yang terkena dampaknya. Hal seperti ini menurut Kadek wajib diberi tahu pada generasi muda namun bukan dalam bentuk berita yang serius.
ADVERTISEMENT
''Anak-anak muda harus tahu hal ini. Selama ini kan yang kita tahu kalo hutan-hutan itu terbakar karena ada yang ngebakar, tapi ternyata itu salah. Hutan itu khususnya gambut, terbakar karena gambutnya kering karena airnya diserap. Kalau disampaikan lewat berita serius, orang-orang enggak mau dengar, tapi kalo disampaikan lewat kalangan bermainnya, mereka mungkin mau dengar," katanya lagi.
Hal ini juga yang membuat Kadek senang membagikan momen traveling-nya di media sosial dengan pesan-pesan moral sesuai dengan apa yang ia temukan saat ia traveling.
"Anak-anak jaman sekarang biasanya malas baca berita dan lebih seneng dengar dari teman seumurannya. Itu sebabnya aku selalu seneng bagiin hal-hal positif di media sosial. That's why, kalo bisa kalo punya power di media sosial jangan share yang negatif, karena itu akan berpengaruh gede banget ke anak-anak sekarang," tutupnya.
ADVERTISEMENT