Traveling Sekaligus Belajar Bahasa Isyarat di Desa Bengkala, Bali

14 Desember 2017 18:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu warga kolok di Desa Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu warga kolok di Desa Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Bali selalu jadi destinasi yang dinanti. Keindahan barisan pantai dan kekentalan budayanya membentuk harmoni yang sempurna.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunikan budaya itu tersembunyi di pedalaman Bali Utara, tepatnya di Desa Bengkala, Buleleng. Desa itu memiliki jumlah penduduk tuli terbesar di Indonesia, yakni 42 orang diantara 3064 jiwa populasi. Komunitas tuli Desa Bengkala telah ada sejak 150-200 tahun yang lalu. Saking mengakarnya, mereka menciptakan bahasa isyarat lokal sendiri!
Bahasa isyarat itu disebut Kata Kolok, sama seperti sebutan warga tuli di sana. Kolok artinya tidak bisa mendengar dalam Bahasa Bali. Uniknya, baik tuli maupun berpendengaran baik, kebanyakan warga Bengkala dapat menggunakan Kata Kolok, lho!
Ya, warga berpendengaran baik dan tuli hidup berdampingan secara rukun di Desa Bengkala tanpa ada diskriminasi. Terlahir tuli bukan seperti kecacatan di sana. Mereka lebih mengganggapnya seperti bagian dari budaya.
Keluarga Kolok di Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga Kolok di Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
Lalu bagaimana jumlah warga tuli bisa tinggi di Bengkala?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian gabungan antara peneliti Indonesia dan Amerika Serikat, banyaknya jumlah kelahiran tuli di Bengkala disebabkan oleh mutasi gen resesif dari generasi ke generasi. Pada penelitian lanjutan, diduga bahwa hal itu disebabkan oleh kebiasaan warga Desa Bengkala untuk menikahi sesama warga desa atau endogami lokal.
Menurut teori genetika, kebiasaan itu berakibat pada kolam gen di desa tersebut yang makin tidak variatif. Apalagi jumlah penduduk Bengkala relatif kecil. Alhasil, gen ketulian di sana muncul lagi dan lagi pada bayi.
Jika kamu berkunjung ke Desa Bengkala, kamu bisa menginap di rumah warga dengan meminta izin pada kepala RT setempat dan tentunya jika pemilik rumah bersedia. Terdapat lima rumah penduduk yang semua anggota keluarganya tuli. Menarik!
Aktivitas warga Bengkala di sungai (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas warga Bengkala di sungai (Foto: Shika Arimasen Michi/Kumparan)
Saat kamu tinggal di salah satu rumah tersebut, kamu akan diajari Kata Kolok. Bisa dibilang kamu terpaksa harus belajar. Bagaimana mau berkomunikasi dengan mereka jika tidak paham satu-satunya isyarat yang mampu meleburkan kalian?
ADVERTISEMENT
Tapi di sana lah letak keseruannya. Warga kolok Bengkala sangat ramah dan terbuka pada wisatawan. Tak jarang wisatawan asing juga rela jauh-jauh ke Bengkala untuk berinteraksi dengan mereka. Meskipun demikian, mereka ternyata sudah mahir menggunakan gadget untuk memudahkan komunikasi kalian.
Suasana sore di Desa Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sore di Desa Bengkala, Bali (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Kamu akan mendapatkan pandangan baru usai perjalanan dari Bengkala. Bahwa hidup berdampingan akan lebih indah jika kita mau bertoleransi, seperti warga desa Kolok. Serta kamu bisa mampir ke Pantai Lovina yang berjarak sekitar 26 kilometer dari sana. Yuk jelajahi!