Warga Korea Selatan Pilih Menginap di Penjara untuk Istirahat

10 Desember 2018 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hotel Prison Inside Me (Foto:  REUTERS/Kim Hong-Ji )
zoom-in-whitePerbesar
Hotel Prison Inside Me (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji )
ADVERTISEMENT
Penjara kerap mendapat image kurang baik di mata masyarakat. Tapi hal ini tidak berlaku untuk penjara yang berada di Hongcheon, Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, hotel prodeo justru kerap disambangi oleh sebagian penduduk Negeri Gingseng dari usia produktif. Mereka yang datang juga karena keinginan sendiri, tanpa paksaan dari orang lain.
Hotel Prison Inside Me merupakan hotel yang menampung tamunya yang didominasi pelajar atau pekerja. Para narapidana datang karena merasa stres yang disebabkan oleh beban kerja yang berat atau masalah hidup.
Bilik Kamar di  Hotel Prison Inside Me (Foto:  REUTERS/Kim Hong-Ji )
zoom-in-whitePerbesar
Bilik Kamar di Hotel Prison Inside Me (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji )
Walau Hotel Prison Inside Me memang merupakan hotel, tetapi didesain mirip penjara, termasuk soal aturan. Tahanan hidup di ruangan berukuran 5 meter persegi dengan toilet kecil dan tidur di alas yoga.
Tamu juga dilarang berbicara dengan narapidana lain, menggunakan jam tangan, hingga membawa telepon genggam. Sama seperti narapida asli, mereka juga mengenakan seragam tahanan berwarna biru.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, napi juga harus menyantap makanan yang sudah disediakan dan tidak boleh membawa dari luar. Adapun santapan di malam hari berupa ubi jalar kukus dengan milkshake pisang. Sementara di pagi hari, pihak pengelola penjara menyajikan bubur nasi.
Makanan yang Dihidangkan di Hotel Prison Inside Me (Foto:  REUTERS/Kim Hong-Ji )
zoom-in-whitePerbesar
Makanan yang Dihidangkan di Hotel Prison Inside Me (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji )
Dibuka sejak 2013, siapa sangka hotel yang berada di timur laut Hongcheon ini menampung lebih dari 2 ribu narapidana yang tidak bersalah. Rata-rata tahanan menginap di hotel selama satu hingga dua hari untuk istirahat sejenak dari aktivitas yang begitu padat.
Noh Ji-Hyang, Co-Founder Hotel Prison Inside Me mengatakan bahwa penjara tiruan ini terinspirasi dari sang suami. Ia menceritakan bahwa suaminya yang seorang jaksa bekerja selama 100 jam dalam seminggu.
“Dia mengatakan jika lebih suka pergi ke sel isolasi selama seminggu untuk beristirahat dan merasa lebih baik,” ceritanya perihal ide awal dibukanya Hotel Prison Inside Me.
Kamar Tidur di Hotel Prison Inside Me (Foto:  REUTERS/Kim Hong-Ji )
zoom-in-whitePerbesar
Kamar Tidur di Hotel Prison Inside Me (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji )
Park Hye-ri, menjadi satu dari sekian banyak narapidana yang 'mendekam' di sana. Manajer program bisnis startup ini rela membayar sekitar Rp 1,3 juta untuk menginap selama satu hari di penjara.
ADVERTISEMENT
“(Penjara) ini memberikan saya kebebasan,” ucapnya, seperti dikutip dari This is Insider.
“Saya terlalu sibuk. Saya seharunya tidak di sini sekarang, mengingat pekerjaan yang harus kulakukan. Tapi saya memutuskan untuk berhenti dan melihat kembali diriku untuk kehidupan yang lebih baik,” tambahnya.
Hotel Prison Inside Me (Foto:  REUTERS/Kim Hong-Ji )
zoom-in-whitePerbesar
Hotel Prison Inside Me (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji )
Seperti diketahui, Korea Selatan memang menjadi salah satu negara dengan budaya kerja yang cukup kompetitif. Menurut para ahli, hal inilah yang menjadi penyebab mengapa negara dengan Ibu Kota Seoul itu mendapat nilai buruk soal tingkat stres dan bunuh diri.
Survei terhadap 36 negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), pada tahun 2017, menyatakan bahwa penduduk Korea Selatan bekerja rata-rata selama 2.024 jam. Hal ini sekaligus menjadikannya sebagai negara yang berada di urutan ketiga dengan jam kerja yang panjang setelah Meksiko dan Kosta Rika.
ADVERTISEMENT