Yuk, Mengenal Lebih Jauh Tentang Turbulensi di Pesawat

15 Februari 2019 10:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saat naik pesawat, sejauh mata memandang yang terlihat adalah penampakan awan bak cotton candy. Gunung yang menjulang tinggi, birunya air laut, rumah warga yang berjejer, semua yang terlihat dari atas begitu mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Namun, semua berubah ketika ada guncangan dan pilot meminta untuk mengencangkan sabuk pengaman. Tentu banyak yang takut karena turbulensi menggetarkan burung besi, tak jarang banyak yang berasumsi pesawat akan jatuh.
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
Dilansir CNTraveler, sebenarnya turbulensi tidak menyebabkan pesawat jatuh. “Pesawat dirancang agar bisa menerima guncangan yang luar biasa,” kata Patrick Smith, penulis Ask the Pilot dan Cockpit Confidential.
The Federal Aviation Administration juga mengatakan sekitar 58 penumpang terluka setiap tahun, dua pertiganya didominasi oleh awak kabin dan penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman saat terjadi turbulensi. Artinya, ada 20 orang dari 800 juta penumpang yang terluka karena turbulensi.
Ilustrasi Sabuk Pesawat untuk Menghindari Goncangan dari Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
Meski tidak berbahaya dan umum terjadi, turbulensi tetap menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Sebagian besar turbulensi disebabkan karena kondisi cuaca, seperti badai petir.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisannya, The Sun menyebutkan ada banyak jenis turbulensi. Mulai dari Clear Air Turbulence (CAT), Wake Turbulence, Mechanical Turbulence, Convection Turbulence, Inversion Turbulence, Frontal Turbulence, Mountain Wave Turbulence, dan Thunderstorm Turbulence.
Meski tidak dapat diprediksi, bila melihat 'tanda-tanda' akan terjadi turbulensi, biasanya pilot akan mengubah rute agar terhindar dari ‘terowongan angin’. Atau dengan terbang lebih tinggi (jika memungkinkan) atau lebih rendah dengan konsekuensi dapat menghabiskan lebih banyak bahan bakar.
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
“Pada umumnya ada lebih banyak kemungkinan turbulensi melintasi ITCZ (Intertropical Convergence Zone), ketika terbang ke selatan melintasi Afrika, misalnya,” ujar pilot British Airways, Steve Allright, kepada Independent.
Sementara masalah tempat duduk, tak ada perbedaan yang berarti. Di mana pun duduknya, bila terjadi turbulensi yang cukup kuat, semua pasti akan terasa.
ADVERTISEMENT
"Tempat duduk yang paling ‘halus’ adalah di atas sayap, dan yang paling ‘kasar’ biasanya adalah barisan paling belakang dekat ekor,” pungkasnya.