Dianggap Tak Hormati Peraih Nobel Nadia Murad, Donald Trump Dikritik

22 Juli 2019 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nadia Murad. Foto: AFP/MARK WILSON
zoom-in-whitePerbesar
Nadia Murad. Foto: AFP/MARK WILSON
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah video yang menampilkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan aktivis muda Nadia Murad (26) di Twitter tengah jadi perbincangan hangat netizen dunia.
ADVERTISEMENT
Video tersebut diambil pada Jumat (19/7) lalu, saat 27 pengungsi sekaligus aktivis yang selamat dari berbagai konflik keagamaan, bertemu dengan Donald Trump di Gedung Putih, Amerika Serikat. Salah satu sosok terkenal di pertemuan tersebut adalah Nadia Murad.
Nadia Murad sendiri adalah seorang pemenang penghargaan prestise Nobel Peace Prize yang terpaksa melarikan diri ke Jerman setelah grup teroris ISIS menyerang komunitas minoritas Yazidi di wilayah pegunungan Irak.
Penyerangan tersebut membuat banyak orang Yazidi terbunuh, termasuk ibu dan enam saudara laki-lakinya. Nadia dan lima ribu perempuan Yazidi lainnya akhirnya diculik untuk diperdagangkan sebagai budak seks.
Nadia merasakan berbagai pedihnya penyiksaan sebagai budak seks di kamp ISIS. Mulai dari bentuk perkosaan, pukulan, penyiksaan, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan setelah ia diculik, Nadia berhasil melarikan diri. Ia pun berkesampatan mendapatkan program pemulihan dari Jerman, yang kemudian membantunya bertekad untuk menjadi aktivis yang menyuarakan hak asasi orang-orang dan perempuan Yazidi untuk memberantas perdagangan seks.
Nadia Murad. Foto: AFP/SABAH ARAR
Gaung aktivisme Nadia pun terus ia serukan, salah satunya dengan menyampaikan ceritanya kepada Donald Trump. Dalam video yang telah viral tersebut, Nadia menceritakan perjalanan dan pengalaman mencekamnya sebagai budak seks kelompok teroris ISIS. Bagaimana ia berusaha untuk bertahan hidup, perjuangannya untuk kabur, dan kini tinggal di Jerman sebagai aktivis hak asasi manusia.
"Mereka (ISIS) telah membunuh ibu dan enam saudara laki-laki saya," ungkap Nadia di tengah-tengah perbincangannya kepada Donald Trump.
Trump pun menimpali cerita Nadia dengan pertanyaan: "Di mana mereka (keluarga Nadia) sekarang?"
ADVERTISEMENT
Nadia pun kembali mengulang jawabannya: "Mereka sudah meninggal dibunuh. Kini telah dikubur di pemakaman masal di daerah Sinjar, Irak. Saya masih berjuang untuk dapat hidup dengan aman. Tolong lakukan sesuatu," pintanya.
Netizen menyayangkan kurangnya empati Donald Trump atas cerita Nadia Murad. Berbagai cuitan Twitter pun mengungkapkan bahwa Trump tampak tak terlalu mendengarkan apa yang sebenarnya Nadia sampaikan.
Tak sampai di situ, Trump pun menambah pertanyaan mengejutkan lainnya kepada Nadia: "Anda mendapatkan Nobel Prize. Itu mengagumkan. Alasan apa mereka memberikan Anda penghargaan tersebut?"
Dan lagi, Nadia Murad kembali mengulang ceritanya untuk memberikan penjelasan khusus kepada Donald Trump. Nadia telah menceritakan pengalaman buruknya untuk mendapat dukungan dari berbagai orang-orang kuat dunia. Namun, respon yang ia dapatkan dari Trump adalah pertanyaan-pertanyaan yang malah minim empati.
ADVERTISEMENT
Video tersebut menjadi viral dan dikomentari oleh berbagai figur publik, politisi, dan orang-orang berpengaruh lainnya. Mereka mengkritisi dan mempertanyakan apakah Donald Trump tahu siapa sosok Nadia Murad sebenarnya. Padahal, Nadia terkenal atas segala bentuk perjuangan, aktivisme dan upayanya dalam memberikan kesejahteraan kepada perempuan-perempuan komunitas Yazidi yang diculik untuk dijadikan budak seks. Hal inilah yang membuat Nadia menjadi perempuan Irak pertama yang memenangkan Nobel Prize pada 2018 silam.
Nadia Murad saat menerima Nobel Peace Prize. Foto: AFP/TOBIAS SCHWARZ
"Trump jelas tak tahu siapa itu Nadia Murad. Ia tampak tak peduli bahkan tak terlalu mendengarkan ceritanya. Satu-satunya yang ia pedulikan hanya mengapa Nadia bisa mendapatkan penghargaan Nobel Prize tersebut," cuit akun @mathieuvonrohr di Twitter.
"Nadia Murad bercerita kepada presiden Amerika Serikat tentang cerita menyedihkan terhadap kekerasan seks yang dialaminya. Namun Trump tak menampilkan rasa iba atau empati, dan hanya ingin tahu bagaimana dan mengapa bisa ia memenangkan Nobel Prize," tambah akun @mehdirhasan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut pendapat Anda?