Jennifer Heryanto, Pimpin Perusahaan Perhiasan Besar di Usia Muda

16 Oktober 2019 13:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
ADVERTISEMENT
Perempuan itu harus selalu punya sikap ‘open mind’. Hilangkan sifat ‘baper’ dan mudah tersinggung. Saat Anda merasa belum menjadi ‘apa-apa’ atau ‘siapa-siapa’, maka sikap yang harus dimiliki adalah tahan banting. Orang sukses dengan interpersonal skill yang baik adalah orang yang bisa menerima feedback dengan pikiran terbuka.” - Jennifer Heryanto, COO PT Central Mega Kencana, Founder The Wisemen & Company, Founder Hala Gold dan Sandra Dewi Gold.
ADVERTISEMENT
Muda dan berprestasi, mungkin jadi dua kata yang paling tepat mendefinisikan sosok Jennifer Heryanto. Bagaimana tidak, di usianya yang baru menginjak 28 tahun, ia telah menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) untuk PT Central Mega Kencana (PT CMK), sebuah produsen ritel perhiasan dengan merek seperti Frank & Co., Miss Mondial dan The Palace. Bersama PT CMK, ia pun mendirikan merk perhiasan baru dengan bahan dasar emas yang bernama Hala Gold dan Sandra Dewi Gold.
Selain itu, Jennifer Heryanto juga menjabat sebagai Founder dan Managing Partners untuk perusahaan konsultan The Wisemen & Company, yang bergerak di bidang konsultasi bisnis.
Mencapai semua hal tersebut di usia yang bahkan belum menginjak angka 30 tentu bukanlah hal yang mudah bagi Jennifer. Apalagi ia meraih segala hal tersebut dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
ADVERTISEMENT
”Proses menuju posisi ini adalah salah satu hal yang saya banggakan dari diri saya sendiri. Sampai hari ini, saya itu 100 persen self-made. Bukan warisan, bukan pula modal keluarga. Sejak kuliah, saya mendapat kesempatan beasiswa dari DIKTI. Uang jajan pun saya dapatkan lewat proyek dosen dan kerja sambilan,” ungkap Jennifer Heryanto saat ditemui di Pabrik PT CMK, Ciracas, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Jennifer Heryanto, COO PT CMK dan Founder Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Dok Pribadi/Jennifer Heryanto
Selain memiliki karier dan bisnis yang menjanjikan. Jennifer juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai Best Inspiring & Creative Women Winner dari Kementerian Ketenagakerjaan yang diperuntukkan untuk perempuan-perempuan ‘self-made’ yang berhasil mendirikan bisnisnya sendiri dari awal.
Kepada kumparanWOMAN, Jennifer tak hanya menceritakan perjalanan kariernya, namun juga perannya sebagai ibu dari satu anak. Ia juga membagikan cerita kesehariannya, dan tips-tips bermanfaat yang bisa diaplikasikan pada perempuan muda lainnya.
ADVERTISEMENT
Simak perbincangan kami bersama Jennifer Heryanto di bawah ini.
Apa kesibukan Anda akhir-akhir ini?
Saat ini saya sedang fokus menjalankan dua perusahaan emas di bawah naungan PT Central Mega Kencana. Untuk set up perhiasan emas, kita punya dua brand, yakni Sandra Dewi Gold, dan Hala Gold.
Selain itu, saya juga mengurus perusahaan saya, The Wisemen and Company. Kami lebih banyak bantu perusahaan consumer goods, beauty company, untuk set up brand mereka di Indonesia. Kami manage perusahaan dari luar negeri atau regional yang ada di Indonesia.
Anda memulai karier di usia 19 tahun, usia yang terbilang sangat muda dibandingkan dengan fresh graduates Indonesia yang rata-rata berusia 21-22 tahun. Bagaimana ceritanya?
ADVERTISEMENT
Jadi dulu saya mulai sekolah lebih cepat. Kalau orang tua saya sih bilangnya, dari umur dua tahun, saya sudah minta sekolah.
Saya masuk SD di usia lima tahun, dan kebetulan, di SD itu saya masuk kelas akselerasi. Sekolah Dasar kan umumnya enam tahun, nah saya dulu hanya lima tahun saja.
Saat masuk SMP, saya ikut kelas akselerasi lagi. SMP yang seharusnya tiga tahun, hanya saya jalankan selama dua tahun saja. Alhasil, saya masuk SMA ketika usia masih 12 tahun. Jadi kira-kira, saya hemat umur tiga tahun dibandingkan teman-teman lainnya. Begitu pun dengan kuliah. Saya masuk kuliah di usia 15 tahun, menyelesaikan kuliah selama empat tahun, dan lulus di usia 19 tahun dengan predikat lulusan termuda dan cumlaude.
ADVERTISEMENT
Dengan seringnya melewati proses akselerasi, pernahkah merasa stres mengingat umur yang masih muda, namun harus menyelesaikan beban tanggung jawab yang lebih besar?
Saya sebenarnya nggak hobi belajar. Orang mungkin lihatnya saya 'booksmart', tapi tidak seperti itu. Pernah ada masa saat saya ingin menjalani pendidikan dengan jangka waktu normal. Saya ingin ikut organisasi seperti OSIS, tapi tidak bisa karena kelas akselerasi tersebut.
Makanya, sewaktu masuk SMA, saya sebenarnya dapat akselerasi juga. Tapi tidak diambil, karena saya ingin mendapatkan pengalaman organisasi untuk meningkatkan soft skill lewat kegiatan-kegiatan sekolah.
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
Begitu pun dengan kuliah, saya menyelesaikannya dengan waktu normal, yakni empat tahun. Menurut saya, pada masa kuliah, yang paling penting selain akademis itu sebenarnya soft skill yang kita miliki. Misalnya, kepemimpinan dan organisasi.
ADVERTISEMENT
Boleh diceritakan pengalaman organisasi yang pernah Anda jalani?
Dari SMA, saya menyadari kalau saya itu sangat suka jualan atau mendirikan bisnis. Sejak SMA, biasanya role organisasi yang saya jalankan itu ya yang berhubungan dengan dana atau usaha. Pokoknya yang cari dana untuk kepanitian.
Sampai kuliah pun, saya aktif di Ikatan Mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas Indonesia untuk bagian wirausaha. Sebenarnya, sekarang saya juga masih aktif di organisasi Ikatan Alumni Teknik Industri UI, sebagai ketua di bidang Entrepreneurship and Business Network.
Bagaimana dengan perjalanan karier pertama Anda?
Setelah lulus kuliah, saya langsung bekerja di P&G (Procter & Gamble). Saya masuk sebagai Key Account Manager. Waktu itu, saya ditugaskan untuk area Sumatera, seperti Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau, seperti Batam dan sekitarnya. Di sana, saya fokus untuk mengembangkan ekspansi dan distribusi untuk area tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian, saya pindah ke Jakarta sebagai Account Manager untuk menangani supermarket di area Jakarta. Selang beberapa waktu, saya mendapat promosi sebagai Senior Key Account Manager untuk area yang sama.
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
Meski bergelut sebagai Key Account Manager selama bertahun-tahun, saya juga menjalani perubahan role selama di P&G, yakni menjadi National Market Strategy and Planning Manager. Di jabatan tersebut, saya banyak belajar untuk 'set up' brand baru, launch produk baru, hingga menentukan harga dan promosi sebuah produk. Kami menjadi pintu masuk untuk semua brand dan program yang akan hadir.
Singkatnya, tugas terakhir saya di P&G itu menjabat sebagai SKII Country Leader, ketika saya berusia 23 tahun. Saya handle seluruh operasional dan komersial untuk SKII Indonesia. Setelah SKII, saya berencana untuk menikah dan settle down di Jakarta. Kebetulan, saat itu saya melihat ada peluang bisnis, sehingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari P&G.
ADVERTISEMENT
Bisnis tersebut akhirnya saya dirikan bersama suami dengan nama 'The Wisemen & Company'. Nah, Wisemen sendiri memang fokus di consumer goods dan beauty company. Kami banyak bantu perusahaan, baik luar negeri, maupun multinasional yang sudah ada di Indonesia, untuk set up brand mereka, membuatkan strategi, dan eksekusi dari pengembangan brand-brand tersebut.
Lalu bagaimana akhirnya bisa masuk ke industri perhiasan?
Saat itu PT CMK merupakan salah satu klien Wisemen dan mengajak saya untuk berpartner mengembangkan lini perhiasan baru dengan produk emas. Inilah yang menjadi pembuka jalan saya untuk terjun ke dunia perhiasan. Alhasil, dari tahun lalu, saya mulai bergabung untuk mendirikan perhiasan emas di PT CMK ini. Dalam waktu dua tahun, kami sudah punya dua brand perhiasan emas.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, di PT CMK ini saya lebih fokus untuk handle bisnis di perhiasan emasnya saja. Bisa dibilang, brand perhiasan emas Hala Gold dan Sandra Dewi Gold merupakan gabungan dari partnership Wisemen & Company bersama PT CMK.
Sudah memiliki posisi yang settle di perusahaan multinasional P&G, apa yang membuat Anda berani keluar dari zona nyaman dan mendirikan bisnis sendiri?
Alasan pertamanya memang karena personal, yaitu untuk menikah dan menetap di Jakarta. Karena tidak bisa dipungkiri, jika kita bekerja di perusahaan multinasional retail, harus siap untuk ditempatkan di daerah-daerah Indonesia.
Selain itu, saya juga melihat bahwa menurut data dari market research, Indonesia akan jadi Top 4 Country di tahun 2030. Jadi memang, peluang bisnis itu besar banget di Indonesia. Saya pikir, kalau kita set up sendiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, rasanya distribusi untuk pertumbuhan Indonesia akan lebih signifikan, dibandingkan bekerja untuk orang lain.
ADVERTISEMENT
Lewat Wisemen & Company ini sebenarnya awal mula dan ‘stepping stone’ saya untuk terjun ke bisnis perhiasan. Seperti yang tadi saya bilang, bahwa bisnis perhiasan di PT CMK merupakan bentuk partnership bersama Wisemen & Company.
Saat Anda memulai karier di P&G sebagai Key Account Manager di luar kota, Anda masih berusia 19 tahun dengan kondisi baru lulus kuliah. Apa tantangan yang dihadapi saat itu?
Tantangannya mungkin saya harus adaptasi dan mempelajari culture di daerah tersebut, bahasa apa yang digunakan, dan lainnya. Itu berbeda sekali dengan Jakarta.
Awalnya pasti challenging, apalagi berhubungan dengan latar belakang tim yang berbeda-beda. Dulu, cara saya meyakinkan tim adalah dengan memberikan data-data. Saya percaya, jika memang kita masuk ke perusahaan baru dengan jabatan tertentu, kita harus membuktikannya dengan data. Lama-lama, kepercayaan tersebut akan terbentuk.
ADVERTISEMENT
Contohnya, saat itu di Riau sedang zamannya ekspansi distribusi, yang mengharuskan kita untuk distribusi ke kota-kota kecil. Saya melibatkan ikatan alumni UI dari kota-kota tersebut, sehingga, pembukaan cabangnya sangat cepat sekali bergeraknya. Itu adalah titik pertama saya mendapatkan pencapaian di awal penugasan.
Pembuktian ini membuat tim berpikir bahwa usia bukanlah masalah. Meski saya dari Jakarta, tapi saya bisa set up distribusi yang baik di Riau dan Sumatera Barat. Dari situ, kepercayaan pun semakin terbentuk dan lebih mudah untuk penugasan selanjutnya.
Bagaimana dengan sekarang? Dengan posisi Anda sebagai pemimpin di dua perusahaan sekaligus.
Saya selalu percaya bahwa leadership itu rumusnya gampang. Leadership itu menurut saya adalah bagaimana kita bisa memanusiakan manusia, sebagaimana manusia itu ingin dimanusiakan. Artinya, kita mengerti masalahnya apa, lalu kita gunakan data, dan kita cari solusinya bersama.
ADVERTISEMENT
Jika kita solutif dan jadi tumpuan tim, dijamin mereka tidak akan memandang gender atau usia kita. Sejauh ini, semua hal itu yang sudah saya terapkan sebagai pemimpin, dan saya tidak pernah mendapatkan pengalaman negatif yang berkaitan dengan gender dan usia.
Dari segi operasional dan lainnya, sebenarnya tidak ada tantangan tersendiri yang berhubungan dengan gender, karena saya bekerja dalam lingkungan yang sehat.
Kalau bicara tantangan saat ini, mungkin datang dari saya pribadi ya. Saya harus 'pintar' menyesuaikan waktu. Saya sudah menikah dan sudah punya anak, jadi bagaimana menciptakan balance antara keluarga dan dunia profesional.
Jennifer Heryanto, COO PT CMK dan Founder Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Dok Pribadi/Jennifer Heryanto
Sebagai COO, bagaimana gaya kepemimpinan Anda? Terutama jika Anda memiliki tim atau rekan yang usianya lebih senior dari Anda.
ADVERTISEMENT
Kalau summary dari gaya kepemimpinan saya itu, saya bilangnya 5E. Pertama, Envision. Saya share apa visi perusahaan setahun sampai 10 tahun ke depan supaya semua tim mempunyai visi yang sama. Kedua, Engage. Saya bukan tipe leader yang manage by fear, tapi dengan merangkul. Saya biasanya menyempatkan momen lunch bersama dengan tim saya.
Ketiga, Enable. Saya suka meningkatkan kapabilitas dari tim saya. Saya nggak suka mengerjakan sesuatu sendiri. Saya akan dampingi mereka, membantu mereka untuk berkembang dan mandiri dalam melakukan pekerjaan. Keempat, Energize. Bagi tim yang baru masuk, saya biasanya membuat sesi 'get to know session' untuk lebih mengenal satu sama lain.
Dan terakhir, kelima, Execution. At the end, kita ini kan di real industries yang ujung-ujungnya angka. Sebagus apapun kerja yang kita lakukan, sebagus apapun strategi yang dijalankan, kalau angka bicara sebaliknya, ya tetap tidak perform. So, gimana caranya kita bisa execute untuk hasil yang maksimal.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan pribadi, pernahkah Anda mendapat stereotip yang biasa dialami banyak perempuan? Misalnya, jangan mengejar karier terlalu tinggi, jangan sekolah terlalu tinggi, dan lainnya.
Kalau stereotip pasti ada, ya. Datangnya bisa dari berbagai lingkungan. Mulai dari ‘kalau perempuan nggak usah sekolah tinggi, nanti juga jadi ibu rumah tangga’. Kemudian dibilang ‘jangan sekolah akselerasi terus, nanti kehilangan masa-masa mudanya’. Something like that.
Tapi kalau dari saya, saya nggak pernah mendengarkan hal-hal negatif dari luar. Saya hanya percaya pada cita-cita dan rencana saya sendiri. Jadi saya nggak peduli. Kalau ada stereotip, saya nggak pernah debat, Saya biarkan, tapi saya buktikan dengan prestasi dan pencapaian.
Beruntungnya lagi, saya punya keluarga dan suami yang suportif. Suami saya itu selalu menganut prinsip kesetaraan antara suami dan istri dalam berkarya. Makanya, keluarga yang suportif menjadi pendukung utama saya sampai hari ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara Anda membagi dan memilah-milah waktu kerja sebagai pekerja profesional di PT CMK dan pemilik bisnis di The Wisemen & Company?
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
Di Wisemen sendiri, sekarang kita sudah punya tim profesional untuk manage hal-hal operasional. Sehingga, saya sekarang lebih banyak kasih arahan dari belakang layar saja.
Kalau dibilang lebih fokus ke perusahaan mana, saya lebih banyak fokus di CMK untuk saat ini, karena skalanya kan besar. So, untuk urusan juggling waktu antara dua perusahaan, sebenarnya tidak terlalu jadi masalah saat ini.
Beruntungnya, di dua perusahaan ini, saya punya tim yang sangat capable. Mereka juga selalu mau maju dan mau berkembang. Sehingga, mayoritas dari pekerjaan utama saya bisa dibilang selesai. Saya tinggal mengarahkan saja agar lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai perempuan karier, Anda juga merupakan seorang istri dan ibu. Bagaimana cara Anda menyesuaikan waktu untuk kehidupan pribadi dan pekerjaan?
Salah satu trik sebagai working mom adalah kita harus punya support system yang kuat. Support system itu bisa didefinisikan dengan suami yang suportif, lalu keluarga besar yang mendukung.
Saya sengaja cari rumah yang berdekatan dengan rumah orang tua, jadi mereka bisa membantu ketika dibutuhkan. Kami juga punya asisten rumah tangga yang bisa diandalkan. Nah, dengan demikian, akan lebih mudah untuk juggling waktu antara dunia profesional dan keluarga.
Saya sendiri, ketika sampai rumah, langsung fokus untuk anak. Urusan rumah tangganya sudah selesai oleh support system saya.
Kalau saat ini, sebisa mungkin saya sudah di rumah sebelum jam 8 malam. Jam 8 malam ke atas itu saya luangkan khusus untuk anak sampai dia tidur.
ADVERTISEMENT
Pernahkah ada perasaan bersalah kepada anak karena kesibukan yang Anda miliki?
Kalau merasa bersalah sih, sebagai ibu, pasti ada dan pernah merasakan momen-momen tersebut. Terutama jika sedang business trip dan tiba-tiba anak sakit.
Tapi bagi saya, guilty feeling itu jadi penyemangat untuk bekerja semakin produktif. Sudah mengorbankan waktu bersama anak di rumah, artinya di kantor harus lebih efektif dan produktif supaya pekerjaan bisa selesai dan segera pulang.
Bagaimana dengan waktu untuk diri Anda sendiri? Masih punya waktu tertentu untuk melakukan 'self-care' dan 'me-time'?
Untuk ini saya punya jadwal khusus, baik exercise, personal grooming, dan lainnya. Saya punya kalender google bareng suami. Misalnya, Selasa dan Kamis, adalah hari saya melakukan olahraga. Kalau hari Sabtu, untuk grooming. Jadi saya memang memberikan jadwal untuk kebutuhan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Kalau lagi jenuh, biasanya saya catch up dengan teman lama, atau kenalan dengan orang baru. Dengan mengobrol, biasanya membantu saya untuk membuka perspektif baru. Jadi saya pasti menyempatkan untuk segala bentuk me-time.
Di usia Anda yang masih muda ini, masih banyakkah mimpi, harapan, atau aspirasi yang belum tercapai?
Untuk saat ini, visi saya lebih untuk membesarkan dua perusahaan yang saat ini sudah kami set up. Potensinya sangat besar. Semakin bisnisnya berkembang, maka semakin banyak pula lowongan pekerjaan yang bisa kami bangun. Mimpi kami, sih, sebenarnya ingin ekspor. Kami ingin menjadi pemain nomor satu untuk perhiasan emas di Indonesia. Kami juga ingin memberikan kontribusi ekspor yang besar untuk Indonesia.
Kalau personal, saya lebih go with the flow saja. Saya suka give back to community, contohnya saya memiliki program beasiswa Wise Future dari Wisemen sebagai bentuk give back saya pada kampus dan dosen-dosen saya dulu. Jadi kami memberi beasiswa pada siswa yang kurang mampu, yang berpotensi menjadi seorang future leader.
ADVERTISEMENT
Melihat posisi Anda sekarang dan berbagai hal yang sudah dicapai, apa yang membuat Anda paling bangga?
Proses menuju posisi ini adalah salah satu hal yang saya banggakan terhadap diri saya sendiri. Sampai pada hari ini, saya itu 100 persen self-made. Bukan warisan, bukan pula modal keluarga. Bisa dilihat track record-nya, sejak kuliah, saya dapat beasiswa dari DIKTI. Untuk biaya kuliah, saya dapat uang dari project dosen. Saya juga suka nulis cerpen, jadi uang sambilannya lumayan untuk biaya hidup.
Begitu lulus, saya langsung dapat pekerjaan yang Puji Tuhan sudah bagus. Jadi dari situ, saya sudah merasa cukup untuk diri sendiri. Jadi dari kuliah, saya memang sudah berusaha membentuk diri untuk menciptakan keadaan finansial yang mandiri bagi diri saya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat mendirikan Wisemen, modal saya dan suami itu hanya Rp 4 juta, yang hanya cukup untuk beli laptop saja. Sampai hari ini, size company kami sudah milyaran rupiah, karena semua bertahap dari situ. Bukan yang gede tiba-tiba secara instan.
Jennifer Heryanto, COO PT. CMK dan Founder dari Hala Gold & Sandra Dewi Gold. Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan
Apa tips dari Anda untuk perempuan lainnya yang menginginkan sebuah 'advancement' dalam karier mereka?
Kalau menurut saya, baik perempuan maupun laki-laki, kunci utamanya itu gigih. Tidak pantang menyerah untuk suatu hal yang diinginkan. Banyak yang saya lihat, orang itu tidak konsisten dalam melakukan hal yang sama. Misalnya, di satu bidang, ada masalah, lalu menyerah, dan ganti industri.
Kedua, perempuan itu harus selalu punya sikap ‘open mind’. Hilangkan sifat ‘baper’ dan mudah tersinggung. Ini adalah trait yang harus dihindari, bahkan dihilangkan. Terutama bagi fresh graduates, saat Anda merasa belum menjadi ‘apa-apa’ atau ‘siapa-siapa’, maka sikap yang harus dimiliki adalah tahan banting. Orang sukses dengan interpersonal skill yang baik adalah orang yang bisa menerima feedback dengan pikiran terbuka. Saya banyak melihat orang-orang yang punya potensi tinggi, tapi mudah tersinggung. Alhasil, jadi block kariernya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ketiga, khususnya untuk working mom, harus build support system yang baik. Banyak perempuan yang sudah berkeluarga, memiliki potensi yang tinggi, namun sayangnya, tidak punya dukungan yang memadai. Jadinya, tidak bisa berkembang secara maksimal. Jika sudah tahu aspirasinya untuk bisa bekerja profesional meski berkeluarga, ya kita mesti menciptakan support system yang baik.
Menurut Anda, apa 5 karakter yang harus dimiliki setiap perempuan jika ingin mendapatkan perjalanan karier yang cemerlang?
Open mind, mampu beradaptasi, engaging, gigih, dan tepat janji. Apa yang kita janjikan, harus bisa diwujudkan.