Sejarah Lipstik: Dari Penentu Kasta Sosial hingga Atribut Prostitusi

29 Juli 2019 19:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lipstik. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lipstik. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saya masih ingat lipstik pertama saya saat itu. Di tengah kesibukan wisuda kelulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), saya ‘terpaksa’ harus cari lipstik sebagai pulasan hari wisuda nanti. Hasil riset dan tanya teman sana-sini, saya pun memilih lipstik dengan tekstur creamy dari NYX Cosmetics dengan warna pink muda. Teksturnya yang creamy sempat membuat saya tidak nyaman, belum lagi warnanya yang dirasa kurang ‘pas’ dengan warna kulit saya waktu itu. Bukannya percaya diri, saya justru merasa risih.
Dulu memang rasanya ogah sekali harus memakai lipstik. Malah, saya sering merasa malu kalau bibir terasa menor dengan sentuhan warna yang merona.
Tujuh tahun berselang, setelah melewati masa kuliah dan bekerja sebagai reporter gaya hidup, lipstik justru jadi item wajib yang tak bisa saya lewatkan. Rasanya ada yang hilang kalau bepergian tanpa mengenakan lipstik. Entah itu perasaan insecure, merasa pucat, hingga tidak percaya diri. Tentu, saya tidak sendirian. Banyak perempuan lain merasakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian perempuan, lipstik memang punya kekuatan yang besar-- suatu ikatan 'magis' tersendiri-- mereka bilang. Satu pulasan lipstik bisa memberikan pengaruh besar kepada seorang perempuan. Mulai dari merasa lebih percaya diri, lebih bersemangat, hingga memperbaiki mood. Tak jarang, lipstik jadi item kosmetik wajib yang harus dibawa di dalam tas setiap hari. Sehabis makan, touch up, sehabis salat, touch up, mau foto-foto atau selfie, touch up. Tak jarang pertanyaan: “Lipstik di bibirku masih ada nggak?” jadi lumrah dilontarkan. Ya, lipstik memang sepenting itu.
Ilustrasi lipstik. Foto: Shutterstock
Kepopuleran lipstik pun bisa dilihat dari sudut pandang budaya pop saat ini. Selain digemari oleh perempuan, lipstik sering menjadi ciri khas atau 'signature look' bagi tokoh-tokoh terkenal. Sebut saja, Marilyn Monroe dengan lipstik merah tuanya, Kim Kardashian yang konsisten menggunakan lipstik berwarna nude, hingga Taylor Swift yang mematenkan ciri khasnya dengan lipstik merah darah bertekstur matte.
ADVERTISEMENT
Namun, tahukah Anda bahwa kehadiran lipstik yang populer hari ini, pernah melalui proses sejarah yang panjang?
Ya, kehadiran lipstik tidaklah datang secara instan. Munculnya lipstik pernah dianggap sebagai penentu status sosial, penanda seorang pelacur, diasosiasikan dengan sihir, hingga lipstik yang jadi pelengkap riasan perempuan masa kini.
Kehadiran lipstik di masa peradaban awal
Meski tidak berbentuk lipstik yang kita kenal seperti hari ini, pengaplikasian material, zat, atau warna pada bibir, nyatanya sudah populer sejak masa peradaban awal. Jauh sebelum istilah ‘lipstik’ atau ‘kosmetik’ itu sendiri ada. Kehadiran lipstik pun telah melewati berbagai masa peradaban dan dikembangkan berbagai kebudayaan.
Berdasarkan karya ilmiah Reading Our Lips: The History of Lipstick Regulation in Western Seats of Power yang ditulis oleh Sarah Schaffer, sekitar 5,000 tahun lalu, Bangsa Sumeria (salah satu peradaban kuno di Timur Tengah, terletak di sebelah selatan Mesopotamia) dipercaya yang pertama kali menemukan dan menggunakan pewarna bibir alias lipstik. Bukan sekadar penampilan estetika semata, mereka menggunakan lipstik untuk kesehatan kulit di area bibir. Bahan-bahan yang digunakan pun semua terkandung dari alam, seperti buah, henna, tanah liat, dan serangga.
ADVERTISEMENT
Untuk tampilan yang lebih mewah, mereka memiliki kebiasaan untuk meremukkan batu permata dan menggunakannya sebagai penghias wajah, terutama di bagian bibir dan mata.
Bangsa Mesir khususnya Ratu Cleopatra diketahui menjadikan darah serangga sebagai pewarna alami untuk bibirnya. Ya, mereka menumbuk serangga dengan campuran zat lainnya untuk menciptakan tinta merah yang diaplikasikan langsung ke bibir. Tak jarang, mereka mencampurkan sisik ikan untuk penampilan shimmer kerlap-kerlip pada bibir. Sekarang, efek shimmer itu mungkin lebih dikenal dengan istilah glossy.
Pada masa tersebut, lipstik mulai menjadi penentu status sosial seseorang, laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakannya.
Lukisan Mesir Kuno. Foto: dok. Istimewa
Selain penggunaan serangga, bangsa Mesir juga mengekstrak tinta merah dari tumbuhan fucus-algin, ditambah dengan 0,01 persen iodine, dan campuran kimia bromine. Namun sayang, ramuan ini menyebabkan penyakit kulit yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Mesir yang menjadikan lipstik sebagai penanda status sosial, pada masa Yunani Kuno, lipstik justru menjadi aturan yang harus dipakai oleh seorang pelacur. Para pekerja prostitusi diwajibkan menggunakan lipstik berwarna gelap.
Namun, seiring berjalannya waktu, di antara tahun 700 hingga 300 sebelum masehi, lipstik jadi populer dipakai oleh perempuan kelas atas. Para perempuan Yunani menggunakan lipstik yang mengandung Tyrian purple (dari siput air), buah mulberry, dan pigmen beracun vermilion.
Sekitar 1,000 tahun lalu, bangsa China membuat lipstik pertama mereka dengan menggunakan beeswax, getah lilin yang dihasilkan oleh lebah madu. Ramuan ini digunakan untuk menjaga kesehatan kulit bibir agar lebih lembap.
Lipstik di Dunia Kuno Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
Lipstik di masa pertengahan
Dilansir Stylecraze, dengan masuknya agama Kristen di Eropa, banyak gereja melarang penggunaan lipstik dan segala bentuk riasan wajah. Alasannya, bibir merah seringkali dikaitkan dengan penyembahan setan. Tak jarang, perempuan yang memakai lipstik dianggap dan diasosiasikan sebagai penyihir.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, penggunaan salep bibir tetap boleh dilakukan. Seiring berjalannya waktu, banyak perempuan yang mulai diam-diam menambahkan warna pada salep bibir yang mereka pakai. Bahkan, beberapa terpaksa mencubit, menggigit, atau menggosok bibir dengan berbagai cara untuk membuatnya tampak lebih merah.
Ratu Elizabeth I. Foto: Wikimedia Commons
Perjalanan lipstik untuk bisa diterima masyarakat
Meski sempat dilarang keras, mewarnai bibir kembali populer di abad ke-16 Inggris. Hal ini terjadi berkat dandanan Ratu Elizabeth I yang khas dengan riasan wajah serba putih dan dipadukan dengan tampilan bibir yang merah merona. Hanya perempuan dari kalangan bangsawan, dan aktor saja yang diperbolehkan menggunakan riasan tebal ini.
Meski demikian, hingga abad ke-19, penggunaan makeup berlebihan masih dianggap hal yang tabu bagi perempuan-perempuan terhormat Inggris. Alasannya, makeup sangat identik dengan tampilan pelacur dan aktor panggung.
ADVERTISEMENT
Pandangan terhadap lipstik pun mulai berubah pada abad ke-19 akhir. Untuk pertama kalinya, brand parfum asal Prancis, Guerlain, merilis lipstik pertama mereka pada 1884. Penggunaan lipstik sebagai tampilan yang fashionable bisa benar-benar diterima oleh masyarakat Inggris pada tahun 1921. Ya, perjalanan lipstik untuk bisa dianggap sebagai item stylish untuk mempercantik diri memang membutuhkan waktu yang panjang.
Lipstik Guerlain pertama. Foto: dok. Istimewa
Di Amerika Serikat sendiri, penggunaan lipstik sebenarnya tak pernah jadi hal yang dianggap tabu. Lipstik pertama kali mulai dikenal pada abad ke-19 melalui tinta carmine, sebuah warna yang diekstrak dari serangga cochineal.
Pada masanya, tinta carmine amatlah mahal, dan memiliki warna yang tidak natural. Alhasil, lipstik bukanlah jadi penampilan populer sehari-hari. Hanya aktor saja yang biasanya menggunakan tinta carmine ini untuk tampil di panggung. Lipstik juga bukanlah hal yang lumrah dipakai di muka umum. Banyak perempuan yang justru menggunakan lipstik saat mereka sedang di rumah saja. Belum lagi dengan anggapan bahwa pria lebih suka dengan tampilan perempuan yang natural. Sehingga, tak banyak perempuan yang berani menampilkan lipstik merah di hadapan publik.
ADVERTISEMENT
Lalu pada 1890, tinta carmine mulai dikombinasikan dengan formula lainnya seperti minyak dan lilin. Ramuan tersebut menghadirkan tampilan lipstik yang terlihat lebih natural, menampilkan warna-warna merah yang tampak halus tak berlebihan.
Dilansir Lipstick History, sekitar tahun 1930, lipstik dianggap sebagai simbol seksualitas atau tanda menuju kedewasaan. Anak remaja pun menganggap bahwa memakai lipstik bisa otomatis membuat mereka jadi lebih dewasa. Pada masa itu, banyak orang Amerika Serikat yang tidak menyukai jika anak remaja mulai mengenakan lipstik. Bahkan, sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1937 mengungkapkan, setidaknya 50 persen anak remaja perempuan Amerika Serikat pernah bertengkar dengan orangtua mereka hanya karena masalah lipstik.
Potret perempuan Amerika Serikat menggunakan lipstik tahun 90an. Foto: Wikimedia Commons
Masalah anak remaja dan lipstik ini tidak jauh dari pandangan skeptis tentang pelacuran. Meski sudah berabad-abad berlalu, kaitan lipstik dengan prostitusi masih jadi hal yang sulit untuk dipisahkan. Banyak orangtua merasa khawatir, jika anak-anak remaja mulai menggunakan lipstik, mereka bisa disalah artikan sebagai perempuan nakal atau pelacur.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, seiring dengan maraknya dunia perfilman dan aktris-aktris terkenal yang mempopulerkan lipstik, penggunaan lipstik pun mulai bisa diterima oleh masyarakat Amerika Serikat untuk penampilan sehari-hari pada tahun 1912.
Tren lipstik yang mengikuti arus perubahan zaman
Saat lipstik mulai populer di abad ke-20, hanya beberapa warna lipstik saja yang tersedia di pasaran. Salah satu yang paling populer adalah warna merah tua. Namun, seiring berjalannya waktu, lipstik pun hadir dengan pilihan yang semakin beragam.
Pada tahun 1950, warna merah tua semakin populer. Alasannya, aktris Marilyn Monroe dan Elizabeth Taylor menjadikan warna ini sebagai ciri khas mereka. Tentu, imej mereka yang dianggap sebagai perempuan tercantik pada masanya, membuat merah tua jadi warna yang timeless dan mewah hingga hari ini.
Marilyn Monroe. Foto: Dok. Wikimedia Common
ADVERTISEMENT
Dalam perjalannya, lipstik dengan warna-warna tak biasa dan nyentrik pun sempat populer mengikuti dengan perkembangan zaman. Mulai dari lipstik warna hitam di tahun 70-an saat budaya punk dan gothic sempat populer, lalu warna-warna neon di tahun 80-an, hingga warna netral seperti cokelat di awal tahun 90-an.
Tren lipstik mulai berubah di tahun 2014 hingga awal 2015, lipstik-lipstik bernuansa nude jadi warna yang populer dan diminati berbagai masyarakat dunia. Riasan bergaya ‘No Makeup-Makeup Look’ juga jadi tampilan yang hits dengan perpaduan lipstik nude tersebut. Berbagai selebriti pun mempopulerkan tampilan nude lipstik ini. Sebut saja, Kim Kardashian, Paris Hilton, Gigi Gorgeous, dan masih banyak lagi.
Kim Kardashian Foto: Instagram @kimkardashian
Memasuki tahun 2016, bentuk lipstik ‘stick’ mulai menurun karena hadirnya liquid lipstik yang tiba-tiba menjadi 'booming’. Otomatis, liquid lipstik dengan model tube dan gagang aplikator jadi item kosmetik wajib setiap perempuan. Liquid lipstik ini dianggap lebih mudah untuk diaplikasikan dengan hasil akhir yang lebih rapi.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, tren lipstik masih terus berubah-ubah.
Mulai dari tampilan lipstik yang bold, lipstik nude, lipstik gradasi, lipstik glossy, dan masih banyak lagi. Di balik evolusi tersebut, tak dapat dipungkiri, hingga detik ini lipstik masih menjadi produk kosmetik paling populer yang diminati oleh berbagai kalangan. Berbagai brand internasional maupun lokal, berbondong-bondong untuk menciptakan inovasi lipstik yang bisa terus diminati dan relevan di mata masyarakat.