Womanpreneur: Nova Dewi, Founder Suwe Ora Jamu

21 Agustus 2019 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nova Dewi, Suwe Ora Jamu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nova Dewi, Suwe Ora Jamu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
“Saya dari kecil itu sudah minum jamu. Jadi kalau tidak minum jamu rasanya ada yang kurang. Waktu dulu pindah dan menetap di Jakarta tahun 2011, saya sangat kesulitan untuk mendapatkan jamu. Nah, dari situ saya mulai kepikiran untuk membuka usaha jamu,” dengan logat khas Jawa yang kental, Nova Dewi, pendiri kedai jamu dan kopi, Suwe Ora Jamu bercerita sambil mengenang awal mula ia mendirikan bisnisnya tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang asli Surabaya yang sehari-hari terbiasa mengkonsumsi jamu, Nova merasa kesehariannya ada yang kurang jika tidak menikmati ramuan tradisional khas Indonesia itu. Selain itu, ia juga memikirkan jika di kota yang serba modern ini tidak lagi ada orang yang mengingat jamu sebagai sajian minuman khas negeri ini, orang bisa lupa dengan warisan budayanya sendiri. Oleh karenanya, ia tergelitik untuk mendirikan usaha kedai jamu.
Keinginan Nova untuk mendirikan kedai jamu akhirnya terwujud pada tahun 2012. Mengingat pasar saat ini yang lebih modern, Nova pun mengemas usahanya tersebut dengan cara yang lebih diterima oleh masyarakat urban.
Nova Dewi, Suwe Ora Jamu Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Semua desain dan sajian jamu ini sudah dipikirkan dengan matang agar bisa menggaet milenial. Karena sekarang zamannya sudah modern, banyak orang yang kerja di cafe, jadi saya ingin orang-orang yang datang ke kedai Suwe Ora Jamu bisa bekerja dengan pikiran yang tenang, mendapatkan suasana yang nyaman dan berbeda, sambil minum jamu yang sehat,” ungkap Nova saat kami temui di kedai Suwe Ora Jamu, di Petogogan, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kedai Suwe Ora Jamu telah tersedia kota-kota besar, yaitu di area Jabodetabek (tersedia di sekitar 25 lokasi), Surabaya, dan Bali. Penggemarnya pun semakin meningkat, dari kalangan milenial hingga ibu rumah tangga. Tak hanya perempuan, banyak juga kalangan pria yang suka ramuan jamu modern racikan Suwe Ora Jamu.
Lalu bagaimana cara Nova bergelut untuk membuat jamu agar dilirik oleh mileniai dan apa saja tantangan yang selama ini ia hadapi? Nova Dewi berbagi cerita perjalanannya mengembangkan bisnis Suwe Ora Jamu dalam sebuah obrolan hangat bersama kumparanWOMAN.
Bisa dibilang bisnis Anda ini cukup unik. Ketika semua orang berlomba-lomba membuka coffee shop, Anda memilih membuka cafe jamu. Bisa diceritakan bagaimana awal mula Anda mendirikan bisnis ini? Apa alasannya memilih jamu?
ADVERTISEMENT
Alasan utama saya membuka Suwe Ora Jamu ini adalah karena saya merasa kesulitan menemukan tempat atau penjual jamu ketika baru pindah ke Jakarta. Nah, dari situ saya mulai kepikiran dan tergelitik untuk membuat bisnis jamu. Karena pada dasarnya saya pindah ke Jakarta memang niatnya mau membuka usaha sendiri, tapi belum tahu mau berbisnis apa. Setelah banyak tanya kepada teman dan orang sekitar, saya rasa membuka bisnis jamu ini adalah pilihan yang tepat.
Jadi itu alasan pertama saya; karena saya adalah penikmat jamu. Kedua saya bisa membuat jamu sendiri, dan kalau saya hadirkan jamu ke tengah-tengah masyarakat Jakarta sambil memberikan edukasi soal jamu itu sepertinya bisa menjadi hal yang sangat menarik sekali.
ADVERTISEMENT
Tapi tentunya saya paham bahwa di Indonesia, terutama di Jakarta sedang tren minum kopi yang kekinian. Oleh karena itu, jenis dan konsep kedai Suwe Ora Jamu ini juga disesuaikan. Saya tidak bisa membuat tagline Suwe Ora Jamu sebagai kedai jamu saja, tapi sebagai kedai jamu dan kopi.
Jadi di kedai ini kami memang menyediakan kopi, tapi kami memberikan menu kopi yang berbeda. Kopi-kopinya sudah di-infused dengan rempah-rempah Indonesia. Kalau untuk nama, kami memang sengaja memilih nama Suwe Ora Jamu yang terkenalnya dari lagu Waljinah, penyanyi campursari, tujuannya agar orang lebih familiar dengan brand kita.
Anda saat kuliah mengambil jurusan bisnis, apakah dari dulu memang sudah ingin menjadi seorang pebisnis?
Dari dulu cita-cita saya sangat simple. Saya ingin memiliki bisnis yang sangat Indonesia banget dan bisa memiliki dampak untuk negeri ini. Selama kuliah, saya belajar bisnis untuk memahami apa saja yang perlu dilakukan agar bisnis yang dijalani bisa berlanjut. Karena saya percaya bahwa bisnis itu bukan sekadar jual barang, ada value yang harus diterapkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mungkin karena saya tumbuh di Surabaya yang perkembangan bisnisnya juga sangat pesat, jadi saya tertarik untuk bisa memiliki bisnis sendiri dan belajar lebih banyak tentang bisnis.
Namun setelah lulus kuliah saya tidak langsung membuka bisnis. Saya mencoba bekerja di berbagai bidang, mulai dari bidang retail, di coffee shop, di pabrik, bahkan saya juga pernah bekerja di bidang hospitality, resto management.
Hal tersebut saya lakukan untuk mengasah kemampuan, mempelajari bisnis langsung dari praktiknya.
Lalu apa pelajaran penting yang Anda dapat dari pekerjaan sebelumnya yang berguna saat mendirikan bisnis Suwe Ora Jamu?
Saya belajar bahwa bisnis itu tidak mudah untuk dijalankan. Jika kita benar-benar serius menjalani bisnis, we have to jump in all the way. Tidak bisa setengah-setengah. Hal yang banyak saya pelajari dari pekerjaan sebelumnya lebih ke teknis, mulai dari marketing, networking, mengumpulkan data, dan belajar untuk berkomitmen.
Suwe Ora Jamu Salihara Foto: Adisty Putri Utami/kumparan
Jamu ini bisa dibilang sebagai salah satu sajian khas Indonesia. Apakah Anda juga memiliki misi untuk melestarikan budaya Indonesia lewat usaha ini?
ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan saya membuka Suwe Ora Jamu ini memang untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Sebagai penikmat jamu saya cukup prihatin karena di kota sebesar Jakarta, eksistensi jamu ini hampir tidak ada. Kalaupun ada pasti di pinggiran Jakarta.
Jadi yang ada di pikiran saya adalah bagaimana caranya untuk bisa menghadirkan jamu agar jamu ini selalu ada di hati dan keseharian masyarakat modern dan generasi muda yang hidup di Jakarta. Kalau kita hanya menunggu jamu gendongan untuk melakukan hal ini, sepertinya sudah tidak mungkin lagi.
Oleh karena itu saya menghadirkan jamu dalam bentuk botolan yang sudah siap saji dan bisa disediakan di cafe atau lokasi-lokasi yang biasa jadi pusat perkumpulan anak muda. Apalagi zaman sekarang banyak juga yang bekerja di cafe. Saya juga berusaha mencari lokasi yang berdekatan dengan hal-hal yang berkaitan dengan budaya, seperti di Bentara Budaya dan di Salihara. Jadi masih ada relasinya dengan kegiatan-kegiatan budaya karena memang salah satu tujuannya adalah membantu melestarikan budaya negeri ini.
ADVERTISEMENT
Mengenalkan jamu ke masyarakat urban dan milenial pasti bukanlah pekerjaan yang mudah. Apa yang membuat Anda terus bergerak membangun bisnis ini?
Saya merasa jamu ini adalah tradisi dan sangat mengakar sekali di Indonesia, jadi sayang kalau jamu tidak dikenal oleh generasi muda. Itu yang membuat saya terus semangat dan harus rajin-rajin mengulik apa saja yang sedang digemari oleh anak-anak muda. Keinginan saya saat ini adalah membuat anak muda bisa dengan bangga bilang, ‘Saya adalah peminum jamu’ seperti saat mereka minum kopi.
Selain itu, kan saya Bonek (Bondo nekat atau modal nekat)...wong Suroboyo (Orang Surabaya) haha jadi harus berani. Kita harus percaya akan itu.
Memang dari awal ada banyak sekali pendapat yang mempertanyakan kenapa saya memilih jamu, kenapa tidak kopi yang memang sudah pasti banyak peminatnya dan pasti jalan. Saya hanya bilang, itu semua karena saya percaya kalau kita akan bisa mempopulerkan jamu dan menunjukkan pada orang banyak bahwa jamu adalah bagian dari budaya kita. Tapi untuk sampai disana, we have to start small. Untuk bisa sukses, we have to believe in our product, believe in ourselves that we can do it, so it has to be balance. Kalau tidak ada sinergi dari keduanya tidak akan bisa.
Nova Dewi Founder Suwe Ora Jamu Foto: dok. Suwe Ora Jamu
Apa saja tantangan yang selama ini dihadapi dan bagaimana cara Anda mengatasinya?
ADVERTISEMENT
Dalam menjalani bisnis dibutuhkan sebuah konsistensi dan rasa tidak mudah menyerah yang tinggi. Kalau sudah nyemplung ke bisnis, tantangannya tidak hanya satu, but everyday is our challenge. Tinggal bagaimana cara kita mengatasinya saja agar bisa bertahan dan terus maju.
Maka dari itu setiap pebisnis harus memiliki rencana yang matang. Dan karena saya adalah tipe orang yang suka stick to the plan, seringkali tantangan yang saya hadapi adalah rencana-rencana yang tidak sesuai dengan harapan saya.
Namun dari situ, saya jadi bisa lebih kreatif dan belajar banyak untuk menemukan solusi. Dan karena bisnis ini adalah passion saya, jadi saya bisa enjoy dalam menghadapi semua tantangannya. Saya bisa melihat tantangan-tantangan yang ada sebagai cara untuk bisa terus maju.
ADVERTISEMENT
Kalaupun ada rencana yang tidak sesuai harapan, saya tidak pernah menganggap itu sebagai kegagalan, mungkin hanya waktu dan strateginya yang belum tepat. Karena kalau gagal kan berarti bisnisnya sudah benar-benar tidak bisa jalan. Saya selalu berusaha untuk melihat kegagalan itu dari perspektif lain agar bisa terus maju. Jadi kalau bisnis tidak jalan ya mungkin yang salah programnya atau marketingnya kurang tepat.
Kedai Suwe Ora Jamu di Petogogan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ada persiapan tertentu yang Anda lakukan sebelum memulai bisnis ini?
Saya membekali diri dengan belajar dulu untuk menjadi orang yang profesional di dunia jamu. Belajar soal bisnis lewat pengalaman kerja dan dari buku, serta pebisnis lain. Mengikuti sekolah khusus untuk nutrisionis agar mendapatkan sertifikasi. Setelah itu baru saya baru saya memantapkan diri. Itu yang harus disiapkan sebelum memulai bisnis agar saat bisnisnya sudah berjalan tidak ada lagi keraguan.
ADVERTISEMENT
Adakah pengalaman yang membuat Anda merasa down? Bagaimana cara Anda untuk bisa bangkit kembali?
Tentu saja pernah. Kalau sedang down, biasanya saya akan melakukan ‘me time’ agar bisa menenangkan diri. Karena sebagai womanpreneur kita harus tahu kapan waktunya untuk mundur sejenak supaya bisa melihat masalah-masalah yang ada dan memikirkan solusinya.
Selain itu saya juga akan memilih untuk berkumpul dengan pemuda lain dan pebisnis, mengunjungi acara-acara yang berkaitan dengan bisnis atau bahkan datang ke pameran atau bazaar. Saya akan menganalisa apa yang membuat mereka sukses, karena saya yakin jawaban yang saya butuhkan bisa jadi ada di sana. Seiring berjalannya waktu saya menyadari bahwa kita memang harus banyak belajar dari bisnis dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, we have to think clearly. Karena sebagai perempuan biasanya kita banyak berpikir menggunakan emosi, jadi kadang logikanya kurang. Untuk bisa seimbang, kita harus memiliki mentor yang bisa membantu. Biasanya saya akan mencari sosok role model yang sejalan dengan saya, agar bisa saya ikuti perjalanannya dan kalau mereka bisa dijangkau, saya akan approach langsung dan mengajak diskusi.
Lalu siapa mentor dan sosok panutan Anda dalam dunia bisnis?
Mentor saya adalah sahabat-sahabat saya di dunia bisnis. Sebagai pebisnis kita harus mau terbuka dengan orang lain atau dengan mentor, karena kalau tidak terbuka ya kita tidak bisa mendapat input apa-apa.
Dan menurut saya mentor yang terbaik adalah mentor yang bisa cerita dan terbuka tentang apa yang dilakukan jika menghadapi masalah. Jadi kita yang mendengarkan atau belajar bisa punya solusi baru yang terinspirasi dari mereka untuk menghadapi masalah masing-masing.
Varian rasa dari Suwe Ora Jamu yang memanfaatkan warna dari bunga untuk menarik minat generasi milenial. Foto: Avissa Harness/ kumparan
Suwe Ora Jamu tidak hanya menyajikan jamu-jamu tradisional seperti yang dulu pernah ada, tapi Anda juga meramu jamu yang sudah disesuaikan dengan lidah zaman sekarang dan mengemasnya dengan cara yang cukup unik. Apa lagi inovasi-inovasi yang Anda lakukan supaya membuat Suwe Ora Jamu bisa dilirik milenial?
ADVERTISEMENT
Saat ini inovasinya lebih ke product development, membuat minuman dalam bentuk yang berbeda. Sekarang mungkin kami menyediakan jamu ready to drink dalam botol dan menghadirkan rasa dan warna yang beragam. Misalnya jamu berwarna ungu yang berasal dari bunga telang atau jamu warna merah yang pakai bunga rosella. Dua jamu itu dibuat untuk menarik peminat.
Selain itu, saya juga menyiapkan jamu dalam bentuk kering, ada juga yang diseduh dan direbus. Tak hanya itu, kadang kami menyajikan jamu dalam bentuk sajian cocktail jadi supaya bisa menghadirkan produk yang sama tapi dengan pengalaman yang berbeda.
Saat ini tidak sedikit perempuan yang ingin memulai usahanya sendiri. Ada tips untuk mereka yang sedang meniti bisnis dari nol seperti Anda?
ADVERTISEMENT
Tanyakan pada diri sendiri; apakah Anda ingin menjadi entrepreneur? Sekadar ingin menjadi bisnis owner, atau ingin menjadi entrepreneur tapi membutuhkan partner? Kalau ingin menjadi entrepreneur, ya berarti harus mulai dari awal. Ketahui passion Anda apa, lalu perbanyak belajar dan meyakinkan diri dari awal. Harus siap dengan segala tantangan, harus berani jatuh bangun. Tapi kalau hanya ingin jadi bisnis owner, ya kita tidak perlu mulai dari awal, asalkan punya uang pasti juga bisa. Lalu kalau membutuhkan partner, cari dengan baik dan teliti agar bisa mendapatkan rekan yang sejalan dan sepemikiran dengan Anda, niat mereka juga harus sama kuatnya dengan niat Anda dalam memulai bisnis.
ADVERTISEMENT
Tadi katanya sejak kecil Anda selalu minum jamu. Kalau boleh tahu, selama ini apa saja manfaat jamu yang sudah Anda rasakan untuk diri sendiri?
Yang jelas saya rasakan adalah stamina sangat terjaga, tubuh menjadi lebih segar, dan yang bisa dilihat jelas adalah kesehatan kulit saya.
Berbicara soal kulit, apakah Anda juga memanfaatkan bahan-bahan tradisional jamu untuk merawat kulit?
Biasanya setelah membuat jamu beras kencur, sisa ampasnya saya buat untuk scrub tubuh. Begitu juga dengan jahe yang biasanya saya gunakan sebagai masker. Karena antioksidan dari bahan-bahan jamu itu sangat baik untuk kesehatan kulit.
Lalu selain minum jamu, adakah cara lain yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan dan stamina?
Hal yang pasti saya lakukan adalah minum air 2 liter per hari, itu wajib. Lalu tidur yang cukup, karena kalau tidak saya bisa mudah sakit. Kegiatan lain paling saya yoga, meditasi, rajin jalan kaki, dan berenang kalau sempat.
ADVERTISEMENT