3 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Berpacaran Beda Agama

27 September 2018 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveler yang menikah. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveler yang menikah. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Buat sebagian orang, pacaran beda agama tidak terlalu jadi masalah. Akan tetapi, kalau nekat dijalani, hal tersebut dapat berdampak pada hubunganmu di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Psikolog Hubungan Remaja, Denrich Suryadi, menegaskan hal tersebut. Menurutnya, perbedaan agama tidak menjadi masalah kalau masih dalam koridor pacaran yang masih awal sifatnya. Namun lain halnya jika jenjang hubungannya sudah berbeda.
“Hubungan beda agama kemungkinan besar akan menemui hambatan nantinya ketika menuju jenjang yang lebih serius,” kata Denrich.
Sejumlah faktor menjadi penyebab mengapa perbedaan agama jadi penghambat hubungan kamu. Beberapa faktor yang disebut Dosen Fakultas Psikolog Universitas Tarumanagara itu di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor lingkungan-budaya
Keluarga di Indonesia masih terbilang menjunjung nilai-nilai spiritual yang kuat. Kalaupun kalian terbukti baik-baik saja dengan hubungan kalian, nyatanya keluarga menginginkan agar anggota keluarga baru beragama sama.
“Alasan terkuatnya adalah agar mereka memiliki waktu berdoa bersama, merayakan hari raya bersama, cara pandang yang sama atau memiliki kesamaan secara iman,” jelas Denrich.
ADVERTISEMENT
2. Faktor Kenyamanan dan Penerimaan
Selain faktor eksternal, faktor internal dalam diri kalian juga ikut menghambat jika di kemudian hari kamu merasa kurang nyaman dan penerimaan terhadap perbedaan kalian.
Menurut Denrich, bakal muncul pertanyaan dalam diri, “Apakah saya diterima dalam keluarga pasangan saya yang berbeda agama?”
3. Kemungkinan berkonflik
Pasangan yang berbeda agama berisiko mengalami konflik, apalagi ketika mereka sudah punya anak karena akan terjadi perbedaan cara asuh. Cara asuh anak ini akan dibawa sejalan dengan keimanan masing-masing pihak yang tentunya berbeda.
Jika kamu ngotot jadi orang tua yang beda agama, Denrich menyodorkan pertanyaan agar kamu tahu konsekuensinya. Salah satunya, “Siapkah saya dan pasangan menghadapi perbedaan ketika memiliki keluarga, mendidik anak, mengatasi konflik atau ingin beribadah bersama pasangan?”
Berpacaran dengan rekan kantor. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Berpacaran dengan rekan kantor. (Foto: Thinkstock)
Kalau pada akhirnya kamu menjalin hubungan beda agama yang serius hingga jadi orang tua, pastinya kamu mesti punya perlakuan khusus. Kamu enggak bakal bisa menjalani seluruh ajaran agamamu kecuali harus berkompromi.
ADVERTISEMENT
“Pasangan yang toleran akan lebih banyak kompromi tentang nilai-nilai agama dalam pengasuhan atau menerapkan pola asuh yang universal. Pasangan toleran seperti ini biasanya berasal dari keluarga modern dan memiliki anggota keluarga yang beragam agamanya pula,” tutup Denrich.