4 Syarat Jadi Relawan Bencana Agar Tidak Merepotkan Banyak Orang

2 Oktober 2018 20:35 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fikri M. Nur Zaman, perwakilan UKM SAR Unpad yang menjadi relawan bencana di Palu. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Fikri M. Nur Zaman, perwakilan UKM SAR Unpad yang menjadi relawan bencana di Palu. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Menjadi relawan bencana tidak bisa sembarangan. Hanya karena punya modal nekat dan tergerak membantu korban saja tidak cukup. Selain peralatan yang dibawa harus lengkap, kamu juga perlu kualifikasi agar tidak malah merepotkan di lokasi kejadian.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, bagi para remaja di luar sana yang ingin berangkat ke Palu atau Donggala tanpa pertimbangan sebaiknya membaca tulisan ini.
Lewat telepon, kumparan mewawancarai Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa SAR Universitas Padjadjaran Fikri M. Nur Zaman. Ia yang saat ini bergabung dengan tim Badan SAR Nasional di Kota Palu menjelaskan beberapa persyaratan dasar agar kamu mampu jadi relawan.
1. Tahu kualifikasimu
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
zoom-in-whitePerbesar
Tim SAR berusaha mengevakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan di Hotel Roaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Apa yang ingin kamu sumbangkan di lokasi bencana ketika menjadi relawan kamu harus tahu. Soalnya, kamu bakal ditanya apa yang kamu bisa lakukan di sana sehingga dapat berkontribusi pada bidang yang tepat.
“Kalau relawan sendiri tergantung ingin berkontribusinya di bidang apa, misalnya ada di bagian penanggulangan bencananya, ada manajemen si bencananya, atau ada SAR-nya. Nah kalau untuk bencana sendiri itu harus menyiapkan mental. Kondisi personel di lapangan (harus bisa) menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi di lapangan,” jelas Fikri.
ADVERTISEMENT
2. Bisa mengelola data
Data terbaru korban gempa Donggala dan Tsunami di Palu. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Data terbaru korban gempa Donggala dan Tsunami di Palu. (Foto: Dok. Istimewa)
Selain mental, dan mungkin fisik, kejelian kamu dalam memanajemen data juga mungkin dibutuhkan. Data ini bakal jadi bahan laporan yang mesti diketahui masyarakat.
“Karena biasanya yang dipakai dari relawan itu (kemampuan) untuk mengoordinir, (misalnya) barang yang masuk, barang yang keluar, bantuan yang masuk, bantuan yang keluar, ataupun korban yang masuk-keluar posko,” kata Fikri.
3. Punya pengetahuan tentang bencana
Tim penyelamat dari Manggala Agni mencari korban gempa dan tsunami di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat dari Manggala Agni mencari korban gempa dan tsunami di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Sebelum Fikri berangkat ke Palu dari kampusnya di Jatinangor, ia terlebih dahulu melakukan rapat operasi untuk mengetahui situasi bencana yang terjadi. Jadi tidak boleh, setelah terjadi bencana, kamu langsung berangkat.
Fikri menjelaskan, “Apa itu bencana? Bencana tsunami dampaknya seperti apa? Misalnya bencana banjir dampaknya seperti apa? Terjadi karena apa? Penanggulangannya seperti apa? Apa yang harus dilakukan ketika itu terjadi lagi? Apa yang harus dilakukan setelah bencana itu terjadi? Nah pengetahuan tentang penanggulangan bencana baik pra, saat, dan setelah terjadi itu harus tahu.”
ADVERTISEMENT
4. Punya pengetahuan bertahan hidup
Relawan bencana Sulteng yang disiagakan di atas KRI Makassar sebelum merapat ke Palu. (Foto: Fikri Nur Zaman/SAR Unpad)
zoom-in-whitePerbesar
Relawan bencana Sulteng yang disiagakan di atas KRI Makassar sebelum merapat ke Palu. (Foto: Fikri Nur Zaman/SAR Unpad)
Mahasiswa jurusan Teknik Informatika Unpad itu menekankan bahwa pengetahuan bertahan hidup ini penting bagi relawan. Pasalnya, kemungkinan terburuk apapun bisa terjadi di lapangan.
“Soalnya sebelum bisa menolong orang kita harus bisa menolong diri sendiri, baik dari segi peralatan, perlengkapan, dan pengetahuan. Yah sebisa mungkin dalam kondisi terburuk personel (relawan) harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Kalau prinsip dari SAR Unpad sih seperti itu,” pungkas Fikri.