5 Cara Menyelesaikan Perbedaan Pendapat dengan Rekan Kerja

14 September 2019 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berargumen dengan rekan kerja. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berargumen dengan rekan kerja. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Berbeda argumen dengan temanmu, kerap kali menghadirkan konflik yang enggak bisa kita hindari begitu saja. Adanya perbedaan pendapat salah satunya bisa terjadi di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar orang, mungkin mencoba menghindari perselisihan tersebut dengan cara acuh tak acuh terhadap situasi alias bersikap bodo amat. Namun, tahukah kalian? Ternyata, keterlibatan kita dalam suatu konflik, menjadi hal yang penting, lho.
Dilansir Times of India, menurut para ahli, terlibatnya seseorang dalam sebuah konflik akan mendorong suasana kerja yang lebih inklusif, tapi enggak semua memiliki perselisihan yang sehat, terkadang argumen-argumen tersebut menjadi sangat pahit untuk didengar.
Jadi, daripada kamu ikut turut terjebak dalam konlfik tersebut, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghentikan pertengakaran dengan rekan kerjamu. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
1. Hindari komunikasi yang kritis
Pernah enggak, saat kamu terlarut dalam suatu konflik, salah satunya akan jauh lebih dominan daripada kamu? Sehingga kamu enggak ada waktu untuk menyela omongannya.
ADVERTISEMENT
Cara terbaik untuk memotong argumennya adalah dengan tetap yakin pada kalimat pendekmu, karena semakin banyak kita berbicara, justru semakin terdorong orang lain untuk terlibat. Gunakanlah fakta untuk menyampaikan argumenmu dan menghindari tuduhan lainnya.
2. Kendalikan emosimu
Sungguh menjengkelkan, kalau temanmu mengutarakan argumen yang berbeda dari faktanya, sehingga emosimu semakin terkuras atau mungkin sampai berteriak pada lawan bicaramu. Hal tersebut hanya akan memperburuk keadaan, gaes.
Sangat penting untuk bersikap tetap tenang, karena pikiran yang gelisah enggak akan pernah membuat orang tersebut paham dengan maksudmu, justru akan membuat kesalahpahaman lainnya.
Mengekspresikan sesuatu tanpa menjadi emosional akan menyampaikan pesan yang lebih baik dan mudah untuk dipahami, lho.
3. Buanglah sifat egoismu
Memiliki sifat ‘selalu benar’ hanya akan menambah bahan bakar dalam suatu konflik. Dengan cepat, sifat tersebut bisa meningkatkan masalah dan memperburuk situasi. Dengarkan temanmu terlebih dahulu, cobalah untuk bersikap sabar, setelah itu, kamu bisa melawan argumennya dengan sebuah fakta.
ADVERTISEMENT
4. Cari resolusi, bukan sekadar solusi
Mungkin, sebagian besar mengira solusi adalah salah satunya cara untuk meredakan konflik, namun, itu hanyalah hal yang berjangka pendek. Diibaratkan dengan baju, kamu hanya menyetrika agar kerutannya hilang, lalu apakah selamanya kerutan itu akan hilang?
Jadi, coba cari resolusi yang tepat antara kedua belah pihak agar enggak ada kesalahpahaman lagi dengan keputusan itu. Sebaiknya diselesaikan dengan bermusyarah, ya.
5. Yang sudah berlalu, biarlah berlalu
Setelah sampai pada tahap resolusi, kamu sudah menyelesaikan masalah dengan baik dan cermat, anggap argumen atau konflik yang terjadi telah selesai. Jangan pernah melibatkan orang ketiga atau bergosip dengan rekan kerja lainnya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Mario Teguh: “jangan nilai orang dari masa lalunya, karena kita semua sudah tidak hidup di sana. Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya”.
ADVERTISEMENT
Jadi penting, ya, untuk percaya satu sama lain.