5 Citra Negatif yang Sering Dipersepsikan Pada Generasi Milenial

19 November 2018 11:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi Milenial (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Milenial (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kehadiran generasi Z - generasi yang merupakan pergeseran dari generasi milenial tidak juga mengubah topik perbincangan tentang generasi Y ini. Generasi milenial masih menjadi generasi yang paling seru dibahas lantaran memiliki karakter unik dan berbeda. Namun sayangnya generasi milenial kerap kali dicap sebagai generasi yang sulit dimengerti.
ADVERTISEMENT
Imbasnya, muncul citra negatif yang sering dilekatkan pada mereka. Berikut lima hal negatif yang sering dipersepsikan pada generasi milenial.
Manja dan 'bergantung' pada Orang Tua
com-Ilustrasi Manja (Foto: UOB)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Manja (Foto: UOB)
Generasi milenial kerap disangka manja dan masih bergantung pada orang tua. Hal ini berdasarkan data jumlah generasi milenial yang masih tinggal dengan orang tua makin meningkat. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 dan survei penduduk antar survei tahun 2015 yang dilakukan BPS, persentase penduduk usia 25-39 yang tinggal dengan orang tua naik dari 17,9 persen menjadi 22,2 persen.
Me Generation
com-Hobi Vlog (Foto: UOB)
zoom-in-whitePerbesar
com-Hobi Vlog (Foto: UOB)
Lahir di zaman yang sudah modern dengan teknologi membuat generasi milenial sudah terbiasa menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari baik untuk bekerja atau sekadar untuk menikmati waktu luangnya. Kehadiran teknologi dalam kehidupan milenial membuat generasi ini sering disebut-sebut memiliki dunianya sendiri dan tidak terlalu peduli dengan orang lain. Misalnya, mereka tetap percaya diri bersolek di depan kamera untuk ber-selfie ria atau membuat sebuah video di manapun mereka berada.
ADVERTISEMENT
Hobi Pindah-pindah Pekerjaan
Persepsi lain yang rasanya diyakini banyak orang terhadap generasi yang lahir pada awal tahun 1980-an hingga akhir tahun 1990an ini adalah gampang bosan, suka hura-hura, dan suka berpindah pekerjaan. Hal ini berbeda dengan generasi pendahulunya yang bisa berpuluh-puluh tahun bekerja di bidang dan perusahaan yang sama.
Lebih Suka ‘Single' Lama daripada Segera Berkeluarga
com-Lebih suka single lama (Foto: UOB)
zoom-in-whitePerbesar
com-Lebih suka single lama (Foto: UOB)
Salah satu stigma lain yang lekat dengan generasi milenial adalah kurang tertarik untuk buru-buru membangun keluarga. Jika dulu usia 20-an sudah dianggap ‘tua’ bila belum memiliki pasangan hidup, sekarang lajang di usia 30-an pun tidak jadi masalah. Berdasarkan penelitian PEW Research yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 2014, menunjukkan bahwa generasi millenial di negeri tersebut tidak lagi menganggap pernikahan sebagai hal yang terlalu penting. Hanya 26% milenial yang menikah, sementara sisanya mengatakan mereka ingin menikah tetapi masih mengutamakan pekerjaan dan finansial yang kuat sebelum berumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tingkat Konsumtif Tinggi
com-Ngopi Bareng  (Foto: UOB)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ngopi Bareng (Foto: UOB)
You only live once (YOLO) menjadi slogan yang melekat dengan generasi milenial yang besar di era digital. Belanja, traveling, sampai budaya minum kopi premium seringkali dikaitkan dengan kebahagiaan instan kaum milenial agar mendapatkan keseimbangan hidup. Inilah alasan mengapa milenial cenderung impulsif. Demi mendapatkan kebahagiaan dan keseimbangan hidup, mereka rela mengeluarkan uang demi sekadar hobi yang mereka sukai.
Lima hal ini sering dikaitkan dengan milenial. Terlepas ini mitos atau fakta, generasi milenial juga punya sisi positif. Terbukti bahwa generasi milenial ternyata juga punya karakter yang diturunkan oleh generasi sebelumnya: generasi Baby Boomers dan generasi X yang memprioritaskan kebahagian keluarga.
Dalam penelitian Pew Study, 84% dari usia 18-29 tahun saat ini, merasa bertanggung jawab atas masa senja orang tuanya sehingga menjadi salah satu alasan juga di balik kebiasaan generasi milenial menjadi kutu loncat yang hobi pindah-pindah pekerjaan demi mendapatkan pendapatan lebih, agar bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan juga keluarganya.
ADVERTISEMENT
UOB memahami setiap generasi milenial dan generasi lainnya yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dengan segala keunikannya. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, UOB memberikan solusi finansial yang tepat untuk berbagai generasi. UOB, Right By Every Generation.
Artikel adalah bentuk kerja sama dengan UOB.