5 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Nikah Muda

30 Juli 2018 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pasangan Menikah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan Menikah (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, pemberitaan media massa nampaknya tak luput membahas soal pertunangan dari Justin Bieber dan Hailey Baldwin. Keduanya memang belum resmi menikah, namun dalam sebuah postingan di Instagram, Justin Bieber menyatakan siap untuk berkeluarga dengan Hailey. Sontak postingan itu pun ramai jadi perhatian dan perbincangan publik, terlebih usia keduanya masih relatif muda yaitu Justin 25 tahun dan Hailey 21 tahun.
ADVERTISEMENT
Sebelum itu, ada Ariana Grande (25) dan pacarnya Pete Davidson (24) yang terlebih dulu berkomitmen dalam sebuah pertunangan. Meskipun telah mengenal dari 2016, Ariana dan Pete kabarnya hanya berpacaran selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk bertunangan.
Setiap orang memang berhak memutuskan untuk menjalani hubungan yang membuat mereka bahagia. Namun pertanyaannya kemudian, apa indikator yang mengkategorikan sebuah hubugan berlangsung begitu cepat sebelum memutuskan ke jenjang yang lebih serius seperti bertunangan atau bahkan menikah?
Dilansir Teen Vogue, para pakar pernikahan angkat suara soal fenomena ini dan membagikan lima hal yang harus dipertimbangkan terlebih dulu sebelum memutuskan untuk berkomitmen lebih lanjut dengan pasangan, baik itu tunangan atau menikah.
1. Bernegosiasi
Ilustrasi pasangan kekasih (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan kekasih (Foto: thinkstock)
Menurut Stephanie Coontz, Director of Research and Public Education di Council on Contemporary Families, pernikahan zaman sekarang telah banyak berubah sejak 1960 silam. Pada tahun tersebut, menurutnya, setengah perempuan di usia 20-an telah menikah.
ADVERTISEMENT
"Perempuan muda pada saat itu tidak memiliki kesempatan jika ingin bekerja, mereka lebih bergantung pada laki-laki. Namun kini, pernikahan seharusnya tidak membatasi seseorang untuk berkarier, sehingga yang dibutuhkan adalah bernegosiasi,” ujarnya.
Coontz menambahkan, baik pria atau perempuan kini harus lebih fleksibel dan tidak membatasi peran pada gender saja.
2. Finansial
Ilustrasi mengatur keuangan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengatur keuangan (Foto: Pixabay)
Menurut Bradford Wilcox, director dari National Marriage Project, University of Virginia, ada baiknya jika seseorang terlebih dulu untuk menyelesaikan pendidikan sebelum memutuskan untuk menikah. Selain itu, kemampuan finansial juga jadi hal utama yang harus diperbincangkan.
"Saya pikir memiliki pekerjaan sebelum menikah juga penting, demi mendukung fondasi keuangan dalam sebuah pernikahan," katanya.
3. Menyamakan tujuan hidup
Ilustrasi pasangan di pub. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan di pub. (Foto: Thinkstock)
Tak melulu soal materi, pernikahan juga tentang kesiapan mental dan kedewasaan. Wilcox juga mengatakan, pasangan yang menikah muda harus mulai merencanakan hidup mereka ke depannya, termasuk jika ingin memiliki anak.
ADVERTISEMENT
"Apakah orang yang menikah muda mampu membuat keputusan dan menghadapi tantangan di masa depan? Di luar kepribadian dan penampilan, kamu perlu mencari tahu apakah pasanganmu setia dan memiliki tujuan hidup yang sama?” tegas Wilcox.
4. Saling mendukung
Ilustrasi pasangan yang saling mencintai. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan yang saling mencintai. (Foto: Thinkstock)
Tak hanya dukungan dari pasangan saja, dukungan dari kedua belah pihak keluarga juga amat penting, kata Wilcox.
"Pasangan yang memiliki orang tua dan mertua yang mendukung lebih mungkin berhasil, karena mereka memiliki lebih banyak perspektif tentang hubungan," tambahnya.
5. Pernikahan hanyalah langkah pertama
Ilustrasi pernikahan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan. (Foto: Thinkstock)
"Hari pernikahan bukanlah hari terbesar dalam hidupmu," kata Coontz.
Menurutnya, banyak orang salah persepsi mengenai pernikahan itu sendiri. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah akhir yang bahagia. Coontz justru menegaskan bahwa pernikahan hanyalah gerbang untuk memasuki ‘masalah-masalah baru’ dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Sehingga kedua belah pihak, baik si pria dan perempuan, harus menghadapi segala sesuatunya bersama-sama dan saling melengkapi satu sama lain.
"Ini adalah bagian dari perjalanan yang panjang bersama pasangan, sehingga kalian harus bisa saling melengkapi, bukan saling bergantung," pungkasnya.