5 Mitos yang Beredar di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum

6 Februari 2018 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mahasiswa Hukum. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa Hukum. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Dari dulu sampai sekarang, salah satu jurusan yang selalu jadi pilihan teman-teman kita yang mau lanjut kuliah adalah jurusan Hukum. Katanya, jurusan ini dianggap punya prospek karier yang bagus di masa depan.
ADVERTISEMENT
Masuk sebagai salah satu jurusan paling diminati, enggak jarang kalau jurusan ini punya banyak ‘mitos’ yang beredar di kalangan mahasiswa Hukum. Umumnya, mitos berikut ini kerap ditanyakan oleh mereka yang baru ingin memasuki fakultas tersebut.
Nah, salah satu mitos yang beredar mengatakan bahwa anak hukup pasti hapal undang-undang di Indonesia. Apa benar? Well, biar enggak penasaran, mending kita langsung tanya teman-teman kita, yang sudah lebih dulu mencicipi serunya jurusan ini.
1. Anak Hukum biasanya ‘berduit’
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: REUTERS/Thomas White)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: REUTERS/Thomas White)
Kamu yang berstatus sebagai mahasiswa jurusan Hukum pasti sudah biasa dengan pakaian modis yang selalu digunakan saat pergi ke kampus. Karena hal ini, enggak heran kalau sebagian orang menganggap bahwa anak Hukum adalah anak-anak ‘berduit’. Tapi, apa benar?
ADVERTISEMENT
“Biasanya, mahasiswa Hukum itu dibilang kaya-kaya. Sepertinya, ini terjadi karena mahasiswa jurusan Hukum itu modis dan rapi, padahal belum tentu kaya. Kerapian itu tergantung gaya lingkungannya. Biasanya, junior itu mengikuti gaya senior mereka yang sudah lebih dulu di kampus,” ujar Yohanes Poda Sintong, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) tahun 2013 kepada kumparan (kumparan.com).
2. Kalau lulus akan jadi orang sukses
Ilustrasi Sukses (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sukses (Foto: Thinkstock)
Saat kamu menjadi mahasiswa Hukum, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa ketika lulus nanti, kamu akan menjadi orang sukses. Enggak jarang, hal ini yang menjadi alasan orang tua bangga kalau anaknya masuk jurusan Hukum. Alasannya adalah prospek karier yang bagus di masa depan.
“Padahal, persaingan menjadi pengacara, hakim, jaksa, atau notaris itu susah. Enggak sedikit juga lulusan Fakultas Hukum yang melenceng dari profesi tersebut,” tutur Yohanes Poda Sintong.
ADVERTISEMENT
3. Paling berani
Berani (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Berani (Foto: Pexels)
Karena mereka dituntut harus menyuarakan dan membela para klien, mahasiswa jurusan Hukum sering dianggap paling berani di antara seluruh mahasiswa. Mereka juga dikenal enggak segan untuk protes dan vokal terhadap ketidakadilan yang dialami. Hal ini dibenarkan oleh Gloria Bunga, alumni Fakultas Hukum Universitas Parahyangan (Unpar) tahun 2008.
“Anak Hukum itu biasanya paling berani. Mereka vokal dan enggak malu bersuara,” tambahnya.
4. Pasti hapal undang-undang
Ilustrasi mahasiswa Hukum. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa Hukum. (Foto: Pixabay)
Ini, nih, mitos paling sering diomongin tentang anak-anak Hukum. Meski undang-undang jadi salah satu ‘makanan wajib’ mereka, bukan berarti orang yang kuliah di jurusan ini harus jago menghapal undang-undang.
“Padahal, sebenarnya enggak semua bisa menghapal seluruh peraturan dalam undang-undang, kan,” kata Marcel, mahasiswa Universitas Padjadjaran 2016.
ADVERTISEMENT
5. Enggak punya perasaan
Ilustrasi Mahasiswa Hukum (Foto: Pexel)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mahasiswa Hukum (Foto: Pexel)
Banyak orang menganggap bahwa orang-orang yang berada di dalam Fakultas Hukum ini kebanyakan enggak punya perasaan. Dilansir situs Findlaw, seorang pengacara, jaksa, atau hakim, harus mengesampingkan perasaan iba saat memutuskan sesuatu di pengadilan. Hal ini sering menimbulkan mitos bahwa mereka seperti robot dingin yang tak berperasaan.
“Sebenarnya, kan, kami cuma bersikap tegas. Bukan berarti enggak punya perasaan. Kadang, kami juga menggunakan perasaan, kok, dalam memutuskan sesuatu di pengadilan,” kata Yunita, mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) 2014.