Akankah Freelance Mampu Gantikan Pekerjaan Full Time di Masa Depan?

30 November 2018 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bekerja di Luar (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bekerja di Luar (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan bekerja penuh waktu, bekerja menjadi seorang freelancer juga pasti memiliki untung dan rugi. Namun, yang paling menonjol dan membedakan antara keduanya adalah kebebasan untuk mengatur waktu atau jam kerja.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bekerja menjadi freelancer juga memungkinkan kita untuk mengambil lebih dari satu pekerjaan. Dengan catatan, jika kita memang benar-benar mampu mengatur waktu dan pekerjaan secara disiplin.
Bukan enggak mungkin, kan, kalau ke depannya, orang-orang terutama generasi milenial atau generasi Z akan lebih cenderung memilih bekerja sebagai seorang freelance? Bahkan, dikutip dari Forbes, sebuah riset dari LinkedIn saat ini mengungkap bahwa jumlah freelancer mencapai total 34 persen dari angkatan kerja. Kemudian pada 2020, angka tersebut diperkirakan akan mencapai 43 persen. Pekerjaan freelance ini memang cenderung lebih disukai generasi milenial dan generasi Z karena menawarkan fleksibilitas, kebebasan, dan akuntabilitas yang enggak ditawarkan perusahaan full time job.
Tapi sebenarnya seberapa menjanjikan sih bekerja sebagai freelance terutama di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Rizka Septiadi, seorang strategic recruitment practioner, menyebut bahwa pekerjaan freelance dari Indonesia memang tersedia, namun kurang banyak. Jadi, kebanyakan freelancer yang berkualitas di Indonesia akan mengambil pekerjaan freelance secara global, yang client-nya berasal dari luar Indonesia.
Kurangnya apresiasi dan peraturan perlindungan yang jelas mengenai freelance juga belum diseriusi pemerintah. Menurut Rizka, peraturan soal freelance hanya sebatas masa bekerja, tidak detail tentang hak seperti cuti dan pembayaran upah.
"Contohnya sepupuku, dia background-nya designer grafis, di sini karyanya kurang dihargai, seperti pembuatan font atau logo, harga jasa untuk S1 dengan drafter lulusan sekolah kejurusan dipukul rata, hanya karena bentuk logo yang kecil dan dianggap proses pembuatannya mudah, padahal kalau dari S1 pasti akan memberikan value lebih seperti konsep yang kuat, manual guidance logo itu, atau lainnya tidak sekedar logo visual saja," ujar Rizka.
ADVERTISEMENT
Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa negara maju seperti Amerika atau Eropa yang memang sudah berkembang pesat website market place untuk menawarkan pekerjaan freelance seperti freelancer.com, upwork.com, talent.hubstaff.com, fiverr.com atau peopleperhour.com.
Rizka menambahkan, tak perlu jauh-jauh ke Eropa atau Amerika, Hongkong saja sudah menerapkan peraturan untuk karyawan freelance. Dia pun menyinggung, menjadi freelance di Indonesia belum memungkinkan untuk mengganti full time job. Jika ingin bekerja sebagai freelancer, ada baiknya kamu pun mempersiapkan diri untuk memasuki pasar global.
"Kandidat dari Vietnam, Flipina dan India itu saingan terberat dari talent Indonesia, baik dari kualitas dan harga. Jadi untuk freelancer Indonesia, kalau ingin terjun ke dunia ini, harus bisa bersaing dengan pasar global. Mental harus dibenahi, kualitas juga harus diperbaiki," sarannya.
ADVERTISEMENT