news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apakah Peraturan Kedisiplinan Sekolah Masih Relevan di Zaman Kekinian?

26 September 2018 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi siswa SMA (Foto: Instagram @chips_54)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa SMA (Foto: Instagram @chips_54)
ADVERTISEMENT
Sedari dulu, sejumlah sekolah memiliki peraturan kedisiplinan yang kurang lebihnya sama, seperti rambut enggak boleh gondrong, disetrap depan kelas, sampai hukuman fisik yang diberikan kepada siswa. Namun, masihkah peraturan sekolah itu relevan di zaman kekinian?
ADVERTISEMENT
kumparan menanyakan hal ini kepada pengamat pendidikan Ina Liem. Ina mengatakan, banyak peraturan sekolah kini yang sudah saatnya dikaji ulang.
"Harus dikaji ulang. Masalahnya, sekolah zaman sekarang juga sudah terkotak-kotak berdasarkan tingkat ekonomi," kata dia saat dihubungi kumparan, Rabu (26/9).
Sebagai contoh, fungsi seragam sudah mulai dilupakan. Dulu seragam bertujuan agar siswa enggak bersaing menunjukkan kekayaan. Namun sekarang, banyak sekolah swasta yang seragamnya berbeda-beda, dengan atribut tambahan yang justru memberatkan biaya.
"Ada juga sekolah yang seragam baju sama, tapi sepatu bebas. Dampaknya? Berlomba-lomba beli sepatu mahal. Padahal yang terpenting moral values yang diberikan oleh sekolah ke siswa dan orang tua, bukan sekadar memberikan buku aturan," pungkas Ina.
Enggak hanya itu, Ina menilai sekolah juga enggak punya alasan logis kenapa rambut laki-laki harus pendek. Padahal, enggak ada bukti data yang menunjukkan korelasi panjang rambut dengan prestasi akademis.
ADVERTISEMENT
"Kalau rambut panjang, kan, sebenarnya enggak mengganggu publik, ya. Hanya mengganggu mata orang-orang konvensional. Kenyataannya kita juga bisa lihat para koruptor rambutnya rapi, ya. Hahaha...," ucap dia.
Siswa SMA Kolese De Britto boleh berambut gondrong, Jumat (31/8/18). (Foto: Greg Adiloka)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SMA Kolese De Britto boleh berambut gondrong, Jumat (31/8/18). (Foto: Greg Adiloka)
Hukuman fisik yang berdampak positif
Ina menyebut, dalam mendidik diperlukan dua prinsip penting, yakni hukuman dan penghargaan. Akan tetapi, bukan dalam bentuk hukuman kekerasan fisik, yang masih dilanggengkan di sejumlah sekolah.
"Di daerah masih banyak yang menggunakan hukuman fisik. Sedangkan di kota besar, justru banyak yang enggak berani memberikan hukuman karena guru takut kepada orang tua," ujarnya.
Lebih lanjut Ina menganggap, hukuman dengan sentuhan fisik seperti membersihkan lantai dan jendela boleh-boleh saja. Asalkan, bukan dipukul dengan sapu.
"Hukuman lari dan bersih-bersih sebetulnya membutuhkan fisik juga, tapi justru sehat, kan, olahraga dan berdampak positif. (Tapi) Hukuman fisik kekerasan itu sudah enggak relevan," tutup Ina.
ADVERTISEMENT