Bahasa Inggris Jadi Kendala Mahasiswa Asing Kuliah di Australia

26 November 2018 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kehidupan Kuliah (Foto: theodysseyonline.com)
ADVERTISEMENT
Menurut data NSW and Victorian Auditor Generals, dan Laporan Tahunan Universitas Australia 2017, lebih dari 30 persen mahasiwa internasional menyumbang jumlah total seluruh mahasiswa di lima universitas besar Australia. Lima universitas tersebut merupakan UNSW, Universitas Melbourne, Universitas Sydney, RMIT, dan Universitas Monash.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, tidak semua mahasiswa internasional ini ternyata memiliki kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni untuk menerima materi kuliah. Hal ini pun jadi curhatan salah satu dosen senior humaniora di salah satu universitas Australia ketika menemui seorang mahasiswi yang ingin pindah jurusan.
“Dia bahkan enggak bisa bicara bahasa Inggris dan dia enggak paham apapun yang aku katakan,” kata dosen yang tak ingin disebut namanya itu kepada ABC.
Sang dosen melihat mahasiswi ini ditemani seorang perempuan yang dikira olehnya merupakan teman mahasiswi tersebut. Namun ternyata perempuan itu adalah penerjemah dari sang mahasiswi tadi.
Sang dosen heran karena ia menemukan fakta bahwa mahasiswi tersebut telah melalui tahun pertama kuliah di Australia. Bagaimana mungkin ia kuliah tanpa mengerti bahasa Inggris sama sekali?
ADVERTISEMENT
“Hal ini membingungkanku,” ujar dosen itu lagi.
Dari total mahasiswa asing itu, 30 persen di antaranya merupakan mahasiswa China. Dalam perkuliahan sehari-hari, dosen program master di RMIT Jenny Weight menemukan bahwa tugas bahkan diberikan dalam bahasa Mandarin dan diterjemahkan menggunakan Google Translate.
“Salah satu usaha yang perlu dilakukan yaitu mencoba meningkatkan standar entry level bahasa Inggris, namun ada tekanan terhadap universitas untuk menghasilkan uang dari mahasiswa internasional,” kata Weight masih dikutip dari sumber yang sama.
Berdasarkan data yang sudah ditulis di awal, mahasiswa internasional di mayoritas universitas Australia tersebut juga menyumbang lebih dari 30 persen pendapatan kampus. Hanya Universitas Melbourne yang mendapat 29 persen pendapatan dari mahasiswa internasional.
Menurut Insitute of International Education, setiap tahun ada 5 juta mahasiswa yang kuliah di luar negeri. Australia merupakan negara destinasi kuliah favorit ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dilansir ABC, setiap peningkatan 17 persen jumlah mahasiswa internasional yang kuliah di Australia, hal itu akan menguntungkan ekonomi Australia sebesar 34 miliar dolar Australia (sekitar Rp 350 triliun).
Biasanya universitas menetapkan skor IELTS sebesar 6-7 sebagai standar kemampuan bahasa Inggris minimum. Namun untuk mendapatkan visa pelajar, Pemerintah Federal Australia hanya menetapkan mahasiswa mendapat skor 5,5.
“Mereka perlu dapat nilai lebih tinggi lebih dari 6 atau 6,5. Dan apabila kamu memilih jurusan yang lebih membutuhkan kemampuan linguistik seperti Hukum, Jurnalistik, atau Pendidikan, kamu perlu mendapat skor lebih tinggi,” terang salah satu pihak penyedia tes IELTS.
Mengomentari soal ini, Menteri Pendidikan Australia, Dan Tehan, mengungkap bahwa kemampuan bahasa bagi mahasiswa adalah penting untuk masuk universitas.
ADVERTISEMENT
“Kampus bertanggung jawab untuk memastikan mahasiswanya punya kemampuan bahasa Inggris yang dibutuhkan,” tandas Tehan.