Bandung, Kota Hijrah Para Pemuda

18 Juni 2018 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konvoi bersama Ahmad Heryawan dan Hanan Attaki  (Foto: humas.jabarprov.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Konvoi bersama Ahmad Heryawan dan Hanan Attaki (Foto: humas.jabarprov.go.id)
ADVERTISEMENT
Deru kendaraan bermotor yang berkonvoi mengelilingi pusat Kota Bandung sore itu tampak berbeda. Di barisan depan terlihat Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengendarai Vespa 1974 berwarna hitam miliknya. Di sampingnya, pendiri Pemuda Hijrah, Ustaz Hanan Attaki, bermotor dengan Honda klasik berwarna putih-merah.
ADVERTISEMENT
Di belakang mereka, ratusan kendaraan bermotor mengular penuh tegur sapa dan canda tawa antarsesama peserta konvoi. Mulai dari Masjid Al Lathiif di Jalan Saninten, mereka bergerak ke Jalan Riau, Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Diponegoro, hingga berakhir di Gedung Sate.
Selain konvoi, acara bertajuk Ngabuburide (pelesetan dari ngabuburit--jalan-jalan sore sambil menunggu waktu berbuka puasa) juga diramaikan berbagai permainan seperti BMX, skateboard, panahan, dan parkour. Acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan salat tarawih berjemaah di Lapangan Gasibu.
“Biasanya Lapangan Gasibu dipakai untuk upacara resmi atau acara pemerintahan. Tapi kini ada sejarah baru, untuk pertama kalinya digunakan tarawih bersama ribuan Pemuda Hijrah,” ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai mengikuti acara Ngabuburide, Minggu (3/6).
ADVERTISEMENT
Ya, ribuan anak muda yang memenuhi Lapangan Gasibu hari itu bagian dari komunitas Pemuda Hijrah yang didirikan oleh Tengku Hanan Attaki.
“Alhamdulillah, tahun ini loncatannya besar. Dulu awalnya (anggota Pemuda Hijrah) cuma di Bandung, paling (jumlahnya) di bawah 10 ribu,” ucap Taufik, Humas Pemuda Hijrah, kepada kumparan di Bandung, Rabu (6/6).
Taufik mengatakan, acara Ngabuburide yang diselenggarakan di beberapa kota besar itu merupakan kegiatan puncak Pemuda Hijrah--komunitas yang tumbuh dan berkembang setidaknya sejak empat tahun terakhir di Bandung.
Maka, setelah dikenal karena geng motornya, surga belanja tempat segala factory outlet bertebar, dan destinasi wisata favorit, kini Bandung menampilkan wajah baru yang lebih religius: markas Pemuda Hijrah. Komunitas yang diikuti hingga 1,4 juta akun di Instagram ini berdiri atas inisiasi beberapa pemuda, salah satunya Hanan Attaki asal Aceh.
ADVERTISEMENT
Gaya Hanan yang santai berkupluk dan cara dakwahnya yang kekinian melalui media sosial, menjadi jurus ampuh dalam menggaet anak-anak muda. Lihat saja pengikutnya di media sosial atau betapa ramainya acara-acara kajian yang ia helat atau hadiri.
Bermula dari kegelisahan hati, Hanan sang ustaz milenial menilai dakwah di Indonesia cenderung stagnan dan kurang progresif. Terlebih di kalangan anak muda.
“Banyak anak-anak muda yang merindukan mendapatkan hidayah, tapi tidak tahu bagaimana mendapatkannya,” kata Hanan dalam ceramahnya, Oktober 2017.
Gemas melihat kondisi itu, Hanan bersama lima orang temannya memutuskan membuat gerakan untuk anak muda yang diberi nama Pemuda Hijrah. “Nama Pemuda Hijrah atau Shift seperti yang ada di (keybooard) komputer, artinya pindah atau berubah.”
ADVERTISEMENT
“Kalau kita bicara tentang dakwah, maka sebenarnya kita bicara tentang anak muda. Kita bicara tentang kehancuran pun tentang anak muda,” tutur laki-laki lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, itu.
Hanan Attaki. (Foto: Instagram/ @hanan_attaki )
zoom-in-whitePerbesar
Hanan Attaki. (Foto: Instagram/ @hanan_attaki )
Jika biasanya dakwah berlangsung di dalam masjid, Hanan memilih jalanan sebagai arenanya. Dakwah jalanan, kira-kira begitulah namanya, menjadi cara yang ia gunakan untuk mendekati kelompok-kelompok seperti geng motor, komunitas skateboard, dan sebagainya.
Untuk menyampaikan dakwahnya, Hanan harus bisa masuk ke dalam komunitas itu. Hal yang tak begitu mudah. Ia, misalnya, harus ikut belajar bermain skateboard terlebih dahulu demi bisa diterima oleh komunitas itu.
Upaya itu diperlukan untuk menghapus jarak antara dirinya sebagai pendakwah, dengan targetnya. Tujuannya agar tercipta rasa nyaman dan kesamaan persepsi di antara mereka.
ADVERTISEMENT
“Itulah yang memotivasi saya membuat gerakan anak muda yang segmennya langsung street culture (komunitas-komunitas jalanan) yang mempelajari tentang dunia anak muda jalanan. Alhamdulillah sekarang kami bisa bersilaturahim sama anak-anak geng motor, petarung, dan banyak lagi,” ujar Hanan.
Pemuda beriktikaf di masjid di Bandung. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemuda beriktikaf di masjid di Bandung. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Cara Hanan terbukti efektif. Anak-anak muda Bandung yang sempat terjerat lembah hitam narkoba, pergaulan bebas dunia malam, dan kegiatan yang sering kali merugikan, berangsur-angsur berhijrah.
Perubahan yang dibuat komunitas Pemuda Hijrah itu pun diapresiasi langsung oleh orang nomor satu di Jawa Barat, Gubernur Ahmad Heryawan. Ia terang-terangan mengajak anak-anak muda Bandung untuk bergabung dengan komunitas Pemuda Hijrah.
“Alhamdulillah, dengan Pemuda Hijrah ini sekat-sekat hilang. Kalau iman kita ingin bertambah, mari kumpul dengan Pemuda Hijrah. Insya Allah bahagia,” kata Aher.
ADVERTISEMENT
Gelombang hijrah anak-anak muda zaman now, menurut penulis buku #GenerationMuslim Islam Itu Keren, Yuswohady, terjadi karena adanya relevansi pikiran antara jemaah dan ustaz-ustaz gaul yang bermunculan.
“Apa yang dibutuhkan oleh customer atau audiens, di-delivery oleh si ustaz. Baik dari sisi konten maupun konteks,” kata Yuswohady di Jakarta.
Para ustaz muda ini menawarkan nilai baru, dengan pendekatan baru tanpa menggurui, dan menggunakan konten-konten aplikatif yang sesuai dengan persoalan sehari-hari.
“Muslim zaman now kan semakin religius. Pengen semua aspek kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam. Makanya kegiatan keseharian, mulai dari pacaran, arisan, atau bergaul dengan teman, hal yang sepele-sepele begitu harus ada referensinya di Al-Quran atau sunah. Nah, ustaz kekinian ini menerjemahkan aktivitas itu,” ujar Yuswohady.
Imam-imam muda Pemuda Hijrah. (Foto: Instagram/@bahanan93)
zoom-in-whitePerbesar
Imam-imam muda Pemuda Hijrah. (Foto: Instagram/@bahanan93)
Hijrah
ADVERTISEMENT
Salah satu ustaz milenial, Evie Effendie yang berasal dari Bandung, barangkali menjadi contoh bagi para pemuda yang hendak berhijrah. Ia, sebelum aktif berdakwah, adalah anggota salah satu geng motor kenamaan di Bandung.
Bagi Evie, hijrah merupakan suatu perpindahan sifat dan perilaku ke arah yang lebih positif--dari gelap ke terang, dan dari negatif menuju ke positif. Yang terpenting buatnya, Hijrah adalah pindah ke arah yang lebih menyenangkan dan menenangkan.
“Hijrahnya karena apa? Jangan karena materi, perempuan, kedudukan, jabatan, harta, atau pangkat. Hijrahnya karena Allah. Biar enggak lelah, harus lillah (untuk Allah),” kata Ustaz Evie kepada kumparan di bilangan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (7/6).
ADVERTISEMENT
Evie Effendie. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Evie Effendie. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Menurut Evie, banyak pemuda berhijrah karena sudah bosan dengan segala aktivitas negatif yang telah mereka lalui.
“Saya mesantren gak pernah beres, kuliah nggak pernah tamat, sekolah nggak pernah jelas. Sekolahan saya di jalan. Tapi kan Islam itu agama yang meliputi semua kalangan--rahmatan lil ‘alamin,” tutur Evie.
Rasa lelah dan kebutuhan akan perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan pun jadi keniscayaan. “Masa mau gitu-gitu aja. Kita nggak berhijrah pun, umur kita berhijrah dari satu tahun, dua tahun, tiga tahun, sampai dewasa. Maka berhijrahlah.”
Dengan kata-kata yang dirangkai indah, serta latar belakang pengalaman pribadinya sebagai pemuda badung, Evie jadi salah satu inspirasi. Ia paham, pendengar perlu contoh sosok yang pernah senasib.
ADVERTISEMENT
“Karena yang kami hadapi orang-orang sepengalaman, satu latar belakang, satu masa lalu dengan kami, ya bahasanya bahasa kekinian, kerohanian. Jangan kekunoan, tapi tidak sampai kepada yang dimaksud,” kata Evie.
Sejuta pemuda jadi jemaat (Foto: Instagram/SHIFT @pemudahijrah)
zoom-in-whitePerbesar
Sejuta pemuda jadi jemaat (Foto: Instagram/SHIFT @pemudahijrah)
Kisah hijrah Evie Effendie juga diikuti Ari (19 tahun). Ari merupakan anggota salah satu geng motor yang cukup besar di Bandung, yakni Brigez. Geng motor ini dahulu dikenal karena ulahnya yang meresahkan.
Lambat laun Brigez kini berubah menjadi lebih religius. Muncul kelompok yang menamakan diri sebagai ‘Brigez Road To Jannah’ atau Brigez Menuju Surga. Menurut mereka, anggota Brigez yang suka berbuat onar di jalan adalah anak baru yang sedang mengejar eksistensi lebih dulu.
ADVERTISEMENT
Ari semula merasa asing, ragu, dan bingung saat pertama kali mengikuti kajian Pemuda Hijrah. Namun suasana yang ramah, dan rasa nyamannya mendengar isi ceramah yang mengena di hati, membuat ia kemudian memantapkan diri untuk berhijrah.
Ari tak sendiri. Anggota geng motornya lainnya, Sidik Maulana (22), juga berhijrah. Sidik berasal XTC, geng motor tertua di Bandung.
“Saya dulunya nakal, anak geng motor XTC, berantem ke sana kemari. Sekarang masih aktif, tapi udah enggak begitu lagi. Ketuanya udah bilang enggak boleh (berantem). Sekarang agenda kami baksos (bakti sosial). Banyak juga anggota geng XTC yang ikut kajian (Islam) seperti ini udah pada berubah,” kata Sidik.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih satu tahun ia telah mengikuti kajian bersama Pemuda Hijrah. Sidik pun merasa hidupnya lebih baik dan berubah ke arah positif.
“Manfaatnya banyak banget. Lebih untuk kehidupan. Misalnya, kalau udah salat mau ngelakuin maksiat itu malu,” ujarnya.
Hijrah bagi anak-anak muda mantan berandalan itu tak lagi sekadar perubahan dari segi penampilan, tapi tentang upaya untuk menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi sesama.
Seperti kisah Tri Nurul Susanto (19 tahun) yang juga telah mengikuti kajian Pemuda Hijrah setahun belakangan. Ia merasa beroleh banyak manfaat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau mendenger suara azan, mau nunda-nunda salat aja (rasanya) bagaimana gitu. Jadi, jangan sampai kata-katanya aja hijrah, tapi hatinya enggak hijrah. Jangan sampai kaya gitu. Yang penting hati (karena niat) mulainya dari hati,” kata Tri.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang belia, Tri kini lebih berhati-hati dalam bertindak. “Misalnya minjem sendal temen tanpa bilang-bilang dulu. Kadang mikir minjem dulu, entar dibalikin. Tapi kan kita enggak tau dia rida apa enggak (dipinjam sandalnya).”
Konvoi bersama Aher dan Ustaz Hanan Attaki. (Foto: humas.jabarprov.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Konvoi bersama Aher dan Ustaz Hanan Attaki. (Foto: humas.jabarprov.go.id)
Ribuan anggota Pemuda Hijrah yang menjadi peserta Ngabuburide pada Ramadhan kemarin menjadi wajah seberapa masif gerakan mereka berkembang. Belum lagi keramaian di Masjid Al Lathiif di Jalan Saninten, Cihapit, Bandung, yang menjadi markas dan pusat kegiatan Pemuda Hijrah.
Mematahkan anggapan masjid kian sepi menjelang Ramadhan berakhir, para Pemuda Hijrah menggelar acara iktikaf bersama. Maka betapa banyak anak muda berduyun-duyun memenuhi masjid, hingga memasang tenda di dalamnya untuk tempat beristirahat sejenak di sela padat peribadatan.
ADVERTISEMENT
Mereka tak lagi menghabiskan waktu untuk berburu barang diskon atau bersenang-senang di jalanan, tapi memilih datang ke rumah Tuhan untuk beribadah.
Masjid Masjid Al Lathiif semakin padat ketika acara iktikaf dihadiri oleh pentolan Pemuda Hijrah, Hanan Attaki dan Muzammil Hasballah. Ribuan orang berkumpul memadati masjid hingga tumpah ruah ke jalanan. Panitia iktikaf sampai-sampai harus memblokade jalan.
Ketika iktikaf kian khusyuk dan malam makin larut, satu per satu tetes air mata para jemaah itu jatuh di atas sajadah mereka yang terhampar. Suara merdu ayat suci Al-Quran yang dilantunkan Hanan menyentuh kalbu mereka.
“Kalau diimamin Ustaz Hanan, kena banget ke hati, sampai pada nangis,” tutur Sidik, diamini Tri. “Meresap banget pasti. Nangis udah, banjir, haha.”
Anak muda beriktikaf di masjid di Bandung. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak muda beriktikaf di masjid di Bandung. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Hampir semua masjid di Bandung, menurut Sidik, terisi penuh oleh Pemuda Hijrah. Tak seperti dulu, baginya kini masjid adalah tempat paling pas untuk ‘nongkrong’.
ADVERTISEMENT
“Kalau dulu kami, anak nakal, lihat mereka yang ngaji, begini kami kata-katain ‘Woi ustaz, ada ustaz’. Sekarang (kebalikannya). Kalau ada yang nakal dan melenceng, kami katain ‘Woi, pada ke mana aja baru nakal sekarang? Dulu ke mana?’ Jadi sekarang mah yang baru nakal kami kata-katain. Udah nggak zamanlah nakal di Bandung,” ujarnya.
Qari muda Muzammil Hasballah berpendapat, gelombang hijrah anak-anak muda ini merupakan indikasi kebangkitan umat Islam.
“Insya Allah, bukan hanya Bandung, tapi bahkan Indonesia dan dunia. Kan usia gerakan ini juga masih sangat muda. Hitungannya baru beberapa tahunlah,” kata Muzammil kepada kumparan, Senin (11/6).
ADVERTISEMENT
Bagi Muzammil, para ustaz dan dai hanya perantara.
“Yang menggerakkan para ustaz, mengeluarkan kata-kata, menyuarakan agama, atau mem-branding bahwa Islam itu keren, agama yang bermanfaat, yang rahmatan lil ‘alamin, itu semuanya dari Allah.”
------------------------
Ikuti jejak Pemuda Mencari Surga di Liputan Khusus kumparan.