Berkenalan dengan Delegasi Asean Youth Fellowship dari Indonesia

2 Desember 2018 15:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gustika, Hanifah, Venita dan Andar (Foto: Okke Oscar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gustika, Hanifah, Venita dan Andar (Foto: Okke Oscar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebagai Chair of ASEAN 2018, Singapura berperan penting untuk menumbuhkan semangat kebersamaan di tengah segala perbedaan masyarakat ASEAN. Untuk itu, Singapore International Foundation (SIF) dan National Youth Council (NYC) bekerja sama dan membuat sebuah program baru bernama ASEAN Youth Fellowship (AYF).
ADVERTISEMENT
Pencetusan AYF ini bertujuan untuk memberi wadah pada potensi-potensi muda ASEAN melalui pengembangan kepemimpinan, menguatkan hubungan ASEAN, serta diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada komunitas muda lain yang lebih luas.
Dari 120 orang yang berpartisipasi dan mendaftar sebagai delegasi 10 negara di ASEAN, terpilihlah 40 orang yang diseleksi secara independen oleh National Youth Council (NYC). 40 delegasi ini berasal dari tiga sektor yaitu dari public (pemerintahan), private, dan people (masyarakat).
Indonesia sendiri memiliki lima delegasi yang mewakili dua dari tiga sektor yaitu public dan people. Mereka adalah Venita Eng (Yayasan Kanker Indonesia), Gustika Fardani Jusuf (Alumni King's College London), Andar Nubowo (Fellow Rajaratnam School of International Studies), Hanifah Cahya Utami (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), dan Andi Henra Wijaya (Yayasan Cahaya Hati Indonesia).
ADVERTISEMENT
Indonesia kabarnya juga menjadi negara yang paling banyak mendaftar dalam seleksi AYF, menurut informasi salah satu panitia dari SIF.
Andar menambahkan, banyaknya partisipan dan pendaftar dari Indonesia ini dikarenakan kontribusi Indonesia terhadap ASEAN yang cukup banyak meski pada akhirnya delegasi dari Singapura masih jauh lebih banyak karena menjadi tuan rumah.
Kelima delegasi Indonesia itupun kemudian menceritakan bagaimana awalnya mereka bisa terlibat dan terpilih sebagai delegasi. Rata-rata, mereka semua menempuh jalan yang sama dengan dinominasikan oleh SIF untuk bergabung dalam AYF ini dan harus mengikuti serangkaian seleksi yang kemudian akan diseleksi oleh NYC.
"Sekitar tiga bulan setelah deadline pengiriman aplikasi formulir, September atau Oktober, baru dikasih tahu pengumuman. Sebelumnya kita diminta isi satu aplikasi semacam cv, kemudian ada essay mengenai peranan anak muda dalam ASEAN di masa depan, serta disuruh memberi tanggapan tentang tren yang mau kita bawa ke ASEAN," jelas Hanifah yang bekerja di bagian kerja sama internasional di Kemendikbud ini.
ADVERTISEMENT
Setelah terpilih menjadi delegasi Indonesia, mereka pun diminta untuk membuat pledge of commitments yang nantinya akan diberikan pada Minister Culture and Youth, semacam Kementerian Pemuda di Singapura.
Pengalaman berharga menjadi delegasi Indonesia untuk AYF pun menimbulkan kesan dan harapan tersendiri bagi mereka masing-masing. Gustika bahkan menyoroti banyaknya networking bagus yang tercipta dari fellowship ini.
"Di sini kita kenal banyak delegasi dengan specialty tertentu, jadi topik yang dibahas lebih banyak dan luas. Yang ikut bukan hanya dari satu bidang aja, ada dokter, CEO, politisi, social entrepreneur, dan lain-lain," ungkap Gustika yang merupakan lulusan Ilmu Perang dari King's College London.
AYF juga mampu menghilangkan semua stereotip akibat pemberitaan negatif soal konflik yang terjadi antarnegara di ASEAN. Menurut Venita, para delegasi lain dari 10 negara di ASEAN justru sangat well educated sehingga berpikiran terbuka dan menganggap semua setara.
ADVERTISEMENT
"Lebih baik kita bergabung daripada berpisah-pisah layaknya kompetisi, tenaga kita akan lebih bagus. Masalah klaim-klaim terdahulu mengapa tidak disadari bahwa kita punya banyak kesamaan yang sebenarnya dirayakan dan dinikmati saja," pungkasnya.