Bukber: Ajang Silaturahmi atau Unjuk Diri?

7 Juni 2018 21:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Bukber (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Bukber (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Setelah chat group dipenuhi dengan pesan-pesan bernada religius serta permohonan maaf, ada hal lain yang juga meramaikan notifikasi dari handphone kita saat bulan Ramadhan. Apalagi kalau bukan ajakan untuk buka puasa bersama alias bukber.
ADVERTISEMENT
Bukber memiliki dua nasib yang dengan mudah bisa kita tebak. Dia bisa mulus terlaksana atau menggantung begitu saja jadi wacana. Makanya, dalam setiap ‘wacana’ bukber selalu ada orang yang rela berkorban dan mendedikasikan waktunya untuk rela menghubungi dan menanyakan pada teman-teman di grup chat.
Si inisiator ini biasanya juga bertugas sebagai surveyor lokasi bukber merangkap bendahara. Mungkin jika tidak ada si satu teman inisiator ini, ajang bukber sebagai penyambung silaturahmi tidak akan pernah terjadi.
com-bukber (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-bukber (Foto: Thinkstock)
Namun, beberapa waktu belakangan, acara bukber diredefinisi bukan hanya sebatas silaturahmi, tapi juga sebagai ajang pamer diri. Benarkah?
Shinta (25) berkeluh kesah soal salah seorang temannya yang terkesan ‘unjuk diri’ dan pernah menyindirnya dalam suatu acara bukber.
ADVERTISEMENT
“Gue paling males waktu mau foto bareng tapi handphone (hp) teman gue lebih bagus. Terus gue diejek ‘lo sibuk, banyak duit, masa enggak mampu beli hp bagus’,” tutur Shinta pada kumparan.
Dia merasa cukup kesal namun tidak terlalu ambil pusing dengan celetukan tersebut. Teman Shinta memang tergolong suka pamer, dia menceritakan bahwa handphone bagusnya dibeli secara cash.
“Waktu beli di gerai resmi, dia juga update di media sosial,” ujar Shinta.
Bukber juga seringkali dijadikan aji mumpung saat Ramadhan untuk reuni. Tidak heran, pertemuan kembali dengan teman-teman lama disambut antusias beberapa orang karena sudah lama tidak bertemu, atau, hanya sekadar menjawab rasa penasaran saja.
Saat bukber cum reuni ini berlangsung, tentu banyak perbedaan yang bisa kita lihat dari teman-teman. Perbedaan itu wajar, mengingat status mereka juga berubah. Dari yang tadinya pelajar, menjadi mahasiswa, dari yang mahasiswa kini beberapa telah menikah bahkan memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Com-Lulus, Saatnya Berpisah dengan Teman-Teman. (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Lulus, Saatnya Berpisah dengan Teman-Teman. (Foto: Thinkstocks)
Hal inilah yang dirasakan oleh Anindya (25). Anin, sapaan akrabnya, memiliki geng sedari SMA. Beberapa teman dalam gengnya tersebut ada yang sudah menikah, termasuk dirinya.
“Beberapa sekarang sudah menikah, jadi lebih dewasa. Enggak kayak dulu waktu SMA yang manja,” kata Anin.
Tidak hanya dari segi personality, status mereka yang beranjak dari pelajar menjadi pekerja tak ditampik juga terlihat dari segi penampilan. Perempuan misalnya, dari yang tidak terlalu peduli penampilan, kini sudah mulai terlihat dandan.
“Ada yang gemukan, kurusan, terus yang biasanya pake motor sekarang sudah bawa mobil,” papar Shinta.
Acara bukber yang disulap jadi ajang reuni ini tak pelak menghidupkan kembali memori yang pernah terjadi dulu ketika masih duduk di bangku sekolah atau berkuliah. Pasti selalu ada orang yang menjadi bahan becandaan dan diulik masa lalunya. Sialnya, Shinta termasuk dalam salah satunya.
ADVERTISEMENT
“Dulu gue pernah punya mantan teman sekelas, kalau ada bukber gitu jadi bahan (becanda) banget abis-abisan. Ditambah gue juga dulu tukang tidur di kelas,” kenang Shinta.
‘High school memories’ memang melekat dan punya segudang cerita berkesan. Meski masa-masa indah tersebut enggak mungkin bisa terulang lagi, setidaknya kamu masih bisa mengatur janji untuk kumpul bersama teman-teman. Salah satunya ‘menggunakan’ alasan bukber ini.
Seperti yang dilakukan Anin dan gengnya. Karena kesibukan masing-masing, maka agenda untuk kumpul dan temu bareng jadi lebih sulit jika tidak ada momen tertentu.
“Bukber jadi salah satu momen buat ngumpul. Karena kalo kumpul pas enggak ada momen banyak yang enggak bisa datang,” ujarnya.
Kumpul-kumpul dan bukber tentu akan kurang afdal kalau enggak foto-foto. Kumpul dengan teman tanpa foto layaknya makanan tanpa bumbu, ada yang terasa kurang pas karena sudah menjadi suatu ‘kewajiban’.
com-Ketemu teman (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ketemu teman (Foto: Thinkstock)
Nah, foto-foto ini tentu tidak hanya mengendap begitu saja di galeri handphone kamu, kan? Please, deh, buat apa Instagram diciptakan jika momen tersebut tidak di-share?
ADVERTISEMENT
Maka, enggak salah kalau Instagram juga disebut sebagai 'diary-gambar-elektronik' yang punya fungsi sama seperti galeri. Cuma, biasanya yang ditampilkan di feeds Instagram kebanyakan yang dinilai memorable, paling bagus dan menarik aja, toh? Kecuali kalau kamu cukup pede update foto selfie kamu yang banyak banget itu.
Jadilah foto-foto saat bukber juga jadi sebuah keharusan untuk di-share. Tapi, jangan suuzan dulu Bro, Sis, yang budiman, mungkin enggak ada secuil pun maksud pamer, kok. Cuma ya, sayang aja kan makanan dan cafe yang 'Instagramable' ini enggak di-update di profil Instagram.
Lebih jauh, Anin memaknai Instagram layaknya album yang memperlihatkan momen-momen penting sekaligus 'pengingat' dalam hidupnya.
“Momen yang gue anggep ‘susah terjadi’ bakal gue share di Instagram, jadi sewaktu gue pengin lihat tinggal buka Instagram,” tegasnya.
Instagram. (Foto: USA-Reiseblogger via Pixabay (Public Domain))
zoom-in-whitePerbesar
Instagram. (Foto: USA-Reiseblogger via Pixabay (Public Domain))
Momen bukber memang bisa mempererat tali silaturahmi, terlepas dari apapun tujuanmu. Tapi, apa guna jika kamu masih sibuk nunduk dan asik dengan gadget sendiri?
ADVERTISEMENT