Cara Sekolah di Kolombia Menangani Kasus Kehamilan Dini Remaja

5 Februari 2018 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Testpack. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Testpack. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Selain narkoba, masalah yang banyak menimpa remaja saat ini adalah perilaku seks bebas. Perilaku ini bisa saja menimbulkan kehamilan dini pada remaja perempuan. Akhirnya, beberapa remaja perempuan harus menjadi seorang ibu di usia belia.
ADVERTISEMENT
Padahal, saat masa remaja, kondisi fisik dan mental seseorang sedang mengalami perkembangan dengan pesat. Jika seorang remaja perempuan mengalami kehamilan dini, maka bukan hanya mentalnya saja yang bisa terganggu, tetapi juga kesehatan reproduksinya.
Selain orang tua, sekolah juga turut mengambil peran untuk mengatasi permasalahan ini. Sebab, pendidikan bisa menjadi jalan efektif untuk mengedukasi para remaja akan bahaya seks bebas dan risiko kehamilan dini yang bisa terjadi.
Seperti yang dilakukan oleh sekolah Fransisco De Paula Santander, Kolombia. Pihak sekolah menerapkan program ‘Bebé, piénsalo bien’ atau baby, think it over.
Seperti dikutip dari laman National Geographic, ‘Bebé, piénsalo bien’ merupakan program yang membuat para pelajar, tanpa terkecuali harus mengasuh bayi robot yang dijalankan oleh perangkat lunak.
ADVERTISEMENT
Selama 48 jam, para siswa tadi harus mampu memenuhi kebutuhan bayi, seperi memberi makan, mengganti popoknya, meringankan rasa sakit perut, hingga menghibur saat bayi robot tersebut sedang menangis.
Tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran para remaja terhadap risiko menjadi orang tua di usia muda dan juga mencegah kehamilan di kalangan remaja.
Christian Rodriguez, salah satu fotografer yang fokus dalam mendokumentasikan remaja perempuan yang mengasuh anaknya, mengangkat program ini ke dalam salah satu proyeknya yang bertajuk “Teen Mom Project”.
Dia mengatakan bahwa program ini bisa mengubah stigma yang berkembang di masyarakat dan mencegah kehamilan dini secara efektif.
“Saya selalu melihat orang menyalahkan para ibu dan ayah dari remaja yang hamil pada usia dini. Sangat mudah untuk menilai situasi orang lain. Padahal, ada banyak faktor yang mempengaruhi fenomena kehamilan para remaja ini,” katanya kepada National Geographic.
ADVERTISEMENT
Program ini sendiri sudah diterapkan pada 2014 lalu. Hasilnya, pengurangan tingkat kehamilan remaja ini terlihat signifikan, yakni turun hampir 35 persen.
Mengedukasi para siswa untuk mengurangi kehamilan dini di daerah Amerika Latin ini juga dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi. Pasalnya, kehamilan dini membuat para remaja perempuan memilih untuk berhenti dari sekolah.
Padahal, setiap 10 persen anak perempuan yang datang untuk mengenyam pendidikan di sekolah bisa membuat Produk Domestik Bruto (PDB) nya meningkat sebesar 3 persen.
Well, menurut kamu, program ini harus diterapkan di Indonesia enggak, ya?