Cerita di Balik Proses Pembuatan Robot Tanggap Bencana, 'Kebatilan'

5 November 2018 19:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MAN 2 Mataram membuat Keranjang Bayi Anti Bencana Alam Nasional. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
MAN 2 Mataram membuat Keranjang Bayi Anti Bencana Alam Nasional. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gempa yang mengguncang Lombok pada Juli lalu menjadi awal niat baik Hadyan dan Budi, dua orang pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mataram, Lombok, untuk membuat robot yang otomatis tanggap bencana berupa sebuah keranjang.
ADVERTISEMENT
Keranjang ini bukanlah keranjang biasa. Nantinya, keranjang ini berfungsi untuk melindungi bayi dari reruntuhan bangunan jika terjadi gempa bumi. Menurut Hadyan dan Budi, fokus mereka pada para bayi berdasar pada ketidakmampuan bayi untuk menyelamatkan diri.
Keranjang ini pun mereka beri nama 'Kebatilan' yang merupakan akronim dari Keranjang Bayi Anti Bencana Alam Nasional.
"Karena bayi belum bisa menyelamatkan diri sendiri, jika terjadi gempa bumi orang tua mereka bisa menyelamatkan diri sedangkan bayi mereka tetap aman karena terlindungi oleh alat kami ini," ujar Hadyan.
Kebatilan dilengkapi dengan sensor cahaya yang bisa menutup otomatis sewaktu gempa. Di dalam keranjang itu juga telah dilengkapi sebuah tabung oksigen yang bisa membantu bayi bernapas.
Karena idenya ini, Hadyan dan Budi berhasil menyabet juara III untuk kategori The Best and Simple Construction dalam kompetisi robotik yang digelar oleh Kementerian Agama RI, Minggu (4/11) lalu.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Hadyan dan Budi hingga saat ini bukannya tanpa halangan. Mereka sempat merasa kesulitan merangkai perangkat elektronik agar dapat bergerak sesuai program yang dibuat. Namun mereka tak pantang menyerah dan terus mencoba.
"Kalau kita tidak berani mencoba maka sama artinya dengan kita mengurung diri dalam kesulitan itu sendiri, tidak ada orang lemah ataupun bodoh hanya saja mereka tidak berani untuk mencoba sesuatu. Itulah prinsip kami," tegas Hadyan.
Dia pun mengenang masa-masa saat merangkai robot yang dikerjakannya dari pagi hingga larut malam. Meski imbasnya harus melewatkan kegiatan belajar di kelas bersama kawan-kawan, Hadyan dan Budi setidaknya sudah menunjukkan kontribusi dengan membuat 'Kebatilan' yang amat jauh dari batil secara harfiah.