Cerita Kesuksesan para Profesional di Passion Meet Up

21 Oktober 2018 19:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Passion Meet Up, kumparan x MLDSPOT. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Passion Meet Up, kumparan x MLDSPOT. (Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Acara Passion Meet Up yang dihelat kumparan x MLDSPOT pada Sabtu (20/10) di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan telah menampilkan sejumlah kisah sukses para profesional yang menjalani passion-nya.
ADVERTISEMENT
Andanu Prasetyo sebagai pembicara pertama, memulai kisahnya dengan berbicara soal kesuksesan dalam mengelola usaha Kopi Tuku. Gagal dengan usaha distronya, pria yang akrab disapa Tyo itu banting setir berjualan kopi.
“Gue ingin menjadikan minum kopi itu sebagai tren di masyarakat,” kata pemilik kedai kopi yang sudah punya tiga cabang di Jakarta.
Padahal, pada awalnya Tyo sendiri adalah orang yang tidak mengerti kopi sama sekali. Salah satu passionate people penasaran bertanya, lantas mengapa dia tetap menjalani sesuatu yang sebenarnya bukan passion-nya?
Mindset aku sendiri akan lebih baik ketimbang menjalani apa yang kamu sukai, aku harus bisa menyukai apa yang kujalani. Jadi awalnya mungkin tidak suka kopi, tapi di situ aku punya rencana untuk memperbaiki diri, masa depanku, itu yang kulakukan,” kata Tyo.
ADVERTISEMENT
Kalau Tyo ini tak suka dengan apa yang dijalaninya, berbeda dengan Ronald Steven, Music Director Asian Games 2018. Ia justru ingin menjalani apa yang ia sukai meskipun mendapat banyak tentangan.
Orang tuanya sendiri pun hingga meninggal tak pernah menyetujui Ronald untuk main musik, terutama ayahnya. Namun Ronald kukuh menjalani passion-nya tersebut. Bahkan, ia malah sempat gagal mendapatkan hati orang tua dari mantan pacarnya.
Ketika Ronald memilih untuk menekuni musik sebagai kariernya, orang tua pacarnya malah berkomentar, “Ronald ini baik, tapi future-nya gimana, ya?”
Dikomentari sinis seperti itu Ronald sempat putus asa dengan menggantung alat musiknya beberapa saat. Namun tak lama kemudian, ia bangkit dan kembali main musik.
Ronald mengaku di sela-sela kuliah di jurusan komunikasi, ia menyempatkan membaca buku-buku tebal soal musik sampai berhari-hari lamanya. Ia pun terbukti mampu membiayai biaya kuliahnya sendiri dari bermain musik dari panggung ke panggung.
ADVERTISEMENT
“Cuma musik doang yang membuat gue bertahan kayak begini,” kata Ronald.
Founder Kayuh Didi Diarsa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Founder Kayuh Didi Diarsa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Setelah dipercaya menggarap musik Asian Games 2018 bersama Addie MS, Ronald pun baru merasakan manfaat dari menjalani passion-nya secara konsisten.
“Kalau loe fokus, kamu akan sampai pada tujuanmu bagaimanapun juga,” kata dia.
Selain Tyo dan Ronald, Yukka Harlanda bercerita kesuksesan di balik produk Brodo. Selanjutnya, Giffi Yohanes menginspirasi para passionate people dengan menciptakan produk mesin dan spare part bekas untuk dijadikan alat rumah tangga di Garage Engine.
Didi Diarsa juga melengkapi inspirasi di balik kesuksesan produk sepeda kayunya yang dinamakan 'Kayuh Wooden Bike'.
Semoga kamu terinspirasi dengan kisah mereka!