Curhat Pelaku Bully: Kata-kata Gue Mampu Mengakhiri Hidup Seseorang

26 April 2018 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi depresi (Foto: Hailey Kean)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi (Foto: Hailey Kean)
ADVERTISEMENT
Icha (nama samaran) tidak pernah menyangka bahwa kata-katanya mampu membuat seseorang mengakhiri hidupnya. Jemarinya begitu lancang mengumpat orang yang bahkan tidak dia kenali.
ADVERTISEMENT
Bermula dari sebuah situs bernama 4chan, Icha (25) memuntahkan semua cemoohannya terhadap korban bully. Korbannya seorang perempuan. Saat itu, usianya mungkin baru sekitar belasan tahun dan masih duduk di bangku sekolah menengah atas di Amerika Serikat.
Ilustrasi 4chan (Foto: Mashable)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 4chan (Foto: Mashable)
4chan adalah situs semacam Reddit, namun isi percakapan dan thread-nya kerap memperlihatkan bahasa dan kata-kata yang kasar.
Satu-satunya nama akun yang bisa digunakan di 4chan adalah ‘anonymous’, maka orang- orang semakin bebas untuk menghujat dan mem-posting apa saja yang mereka mau.
Mem-bully lewat dunia maya juga pernah dilakukan Badru (nama samaran) sekitar lima atau enam tahun lalu, kala Twitter masih hype. Badru (23) mengaku, awalnya menggunakan Twitter hanya untuk have fun saja. “Namanya juga anak kekinian kan, apa-apa pasti media sosial termasuk nge-bully juga di media sosial,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Mem-bully tampilan fisik berjemaah
Badru bercerita pada kumparan (kumparan.com) tentang bagaimana dia dan beberapa temannya mem-bully salah seorang teman SMA yang memang dikenalnya di dunia nyata. Korban, sebut saja F, sering dijadikan objek "candaan" oleh Badru dan teman-temannya karena memiliki kulit yang gelap dan berjerawat.
“Jerawatnya udah kayak permukaan planet mars, kalau mandi harus pake bayclin biar agak putihan, terus kalau handukan pake kanebo, abis dipake kanebonya jadi kayak babat,” kenang Badru yang kala itu menganggap ejekan tersebut hanya sebatas candaan. Body shaming tersebut dilakukan beramai-ramai dengan berbalas mention di Twitter.
Ilustrasi Bully (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bully (Foto: Pixabay)
Tidak habis sampai di situ, Badru dan teman-teman yang lain juga kompak mem-bully F ketika dia meng-update tweet-nya. Apapun topik yang ditulis F lewat cuitannya, semua akan berakhir pada ejekan fisik.
ADVERTISEMENT
Celaan terhadap penampilan juga menyasar pada gadis ‘anonymous’ di 4chan. Icha menceritakan bahwa gadis ini lumayan sering meng-upload fotonya dan banyak memancing komentar negatif. Bahkan Icha mengaku pernah ikut mengomentari fisiknya.
Kalimat tersebut melesat begitu saja untuk gadis yang bahkan tidak dikenalnya ini.
Olok-olok dari orang asing juga sering singgah di kolom komentar Intan (26). Sekitar 2015 akhir ke 2016 awal, Intan sering mengunggah foto OOTD-nya di Instagram. Komentar-komentar seperti 'ih gendut' atau 'ih pede banget sih' mulai merajalela.
Mulanya, dia tidak ambil pusing dengan komentar-komentar tersebut. Namun, semenjak Intan mulai menerima banyak permintaan endorsement, otomatis jumlah postingan fotonya pun bertambah di profil Instagramnya. Dan semakin banyak pula komentar-komentar body shaming tertuju padanya.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya kepancing emosi gitu. Tapi, lama-lama saya mikir lagi, dia tuh enggak kenal saya secara personal. Dua, mungkin dia cuma orang iseng. Ketiga, paling dia cuma enggak tau cara pakai media sosial dengan bijak,” jelas Intan.
Menertawakan depresi, berujung bunuh diri
Alasan mem-bully di media sosial diungkap Icha lebih leluasa dan berani dilakukan karena pelaku bully tidak bertemu langsung dengan orang yang di-bully. Icha juga mengemukakan apa yang dia rasakan setelah mem-bully seseorang.
“Gue menemukan kepuasan tersendiri untuk ngetawain dia (korban), karena dia tidak berdaya,” ujar Icha lepas.
Dia memaparkan pada kumparan (kumparan.com) ada beberapa jenis orang yang sering jadi sasaran bully. Mulai dari yang tidak berdaya, suka curhat di media sosial, dan dianggap jelek secara fisik tapi belaga. Termasuk dengan gadis ‘anonymous’ di 4chan ini yang menurutnya masuk dalam kategori yang dia sebutkan tadi.
Bullying yang dialami oleh remaja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bullying yang dialami oleh remaja (Foto: Thinkstock)
“Postingan dia di 4chan tuh ‘bully-able’ banget, dia sering nulis hal-hal negatif kayak keluhan, depresi, punya kecenderungan suicide, pokoknya drama banget, deh!” ucap Icha.
ADVERTISEMENT
Pantauan Icha, gadis ini sering mempertanyakan mengapa dia acap kali dikucilkan di lingkungannya. Hingga pada suatu hari, dia mengungkap keinginannya untuk bunuh diri di sebuah forum yang terdapat di 4chan.
Parahnya lagi, para pengguna 4chan yang lain justru mendukung keinginannya untuk menyudahi hidup.
Kira-kira, begitu balasan yang diterima oleh si gadis dari para pengguna 4chan. Mirisnya, bukannya berhenti, para pengguna lain terus menimpalinya, lagi dan lagi.
Bullying: bahan candaan atau kejahatan?
Setelah gadis di 4chan ini menghilang cukup lama, sebuah postingan kembali muncul. Namun kali ini dia mengaku sebagai kakak dari si gadis. Dia memberi kabar bahwa adiknya telah bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Siapa nyana bahwa postingannya soal bunuh diri benar-benar dianggap serius. Gadis itu memilih jalannya yang sunyi dengan meregang nyawa sendiri.
Ilustrasi remaja yang bunuh diri. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja yang bunuh diri. (Foto: Pixabay)
Icha benar-benar menyesal setengah mati. Setelah kejadian nahas yang menimpa gadis tersebut, dia sadar seberapa besar pengaruh kata-kata dalam hidup seseorang.
Di balik rasa menyesalnya, Icha dan kedua temannya memutuskan untuk membuat sebuah komunitas yang memiliki fokus pada orang-orang depresi dan punya kecenderungan untuk bunuh diri. Mereka mengabdikan waktunya untuk mendengarkan sekian banyak curhatan yang masuk.
Tak disangka, ternyata komunitas ini berpengaruh untuk membantu orang-orang yang malu untuk berbicara atau mengungkap kesedihannya. Sampai sekarang, sudah ada sekitar 15-20 orang yang menjadi relawan untuk mendengarkan curhatan dan memberi solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Sedikit berbeda dari Icha, Badru justru tidak menganggap serius cemoohannya pada F. Badru menilai F sebagai sosok teman yang memang doyan bercanda.
“Pernah sih ada momen kayak… aduh gue kayaknya kelewatan batas deh. Jadi merasa bersalah sendiri. Tapi pas liat temen yang kami bully ini biasa-biasa aja enggak tersinggung. Yaudah biasa lagi,” ujar Badru.
Menurutnya, dari candaan itu, dia, F, dan teman-teman lain bisa lebih dekat. Aneh memang. Namun Badru dan teman-temannya bisa mengetahui apakah seseorang bisa nyambung dengan mereka melalui selera bercanda yang sama atau tidak.
Bullying (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bullying (Foto: Thinkstock)
Masih banyak orang yang tidak menyadari, apa yang mereka lakukan termasuk pada tindakan bullying. Begitu pula dengan si korban bully yang menganggap bahwa ejekan untuk dirinya adalah sebuah candaan.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikolog Anak, Anna Surti Ariani, mengejek seseorang baik secara fisik maupun yang menyinggung isu-isu lain seputar SARA, etnis, status ekonomi, hingga orientasi seksual juga termasuk tindakan bullying secara verbal.
“Biasanya bentuk bullying yang satu ini tak kasat mata, namun dampaknya bisa dirasakan oleh hati,” tegas Anna.
Pernyataan Psikolog Anna Surti Ariani juga diamini oleh Icha. Dia beranggapan karena kita tidak tahu seberapa kuat mental seseorang, maka kita harus bisa jaga perasaan, perkataan dan sikap kita.
“Nge-bully seseorang itu pasti awalnya cuma punya niat untuk lucu-lucuan aja. Tapi sebenernya kita kan enggak tahu seberapa besar impact buat orang yang di-bully. Jadi mau niatnya becanda atau serius, di-bully itu emang enggak enak,” jelas Icha.
Bullying (Foto: Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Bullying (Foto: Dokumen Pribadi)
Senada dengan yang dikatakan Icha, Intan menambahkan bahwa dalam bentuk apapun, bullying tidak pernah dibenarkan.
ADVERTISEMENT
“Itu mindset yang harus ditanamkan pada siapa saja yang main media sosial. Pernah enggak sih denger istilah 'Ibu jari netizen lebih jahat dari ibu tiri’? Itu saya setuju banget. Netizen berani mem-bully karena dia enggak pernah ketemu langsung dengan yang dia bully,” tambah Intan menegaskan.
Yap, seperti yang dikatakan oleh Intan dan Icha, kita tidak akan tahu seberapa besar impact dari kata-kata yang sudah kita lontarkan pada para korban bully. Tidak mau, kan, karena tindakan bully, kita jadi penyebab kenapa seseorang bisa melakukan aksi bunuh diri?
Infografik Cyberbullying (Foto: Putri Sarah Arifira)
zoom-in-whitePerbesar
Infografik Cyberbullying (Foto: Putri Sarah Arifira)