Di Balik Keberhasilan Wooden Bike: Konsisten dan Mau Beraksi

21 Oktober 2018 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Founder Kayuh Didi Diarsa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Founder Kayuh Didi Diarsa. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Membangun produk startup hingga bisa diekspor ke berbagai negara tak semudah yang dikira. Bagi Didi Diarsa selaku pendiri produk Wooden Bike, konsisten berusaha dan berani memulai aksi adalah kunci keberhasilan di balik produknya.
ADVERTISEMENT
Tak langsung berhasil membangun produknya, Didi mengaku jatuh bangun menghabiskan puluhan juta hanya untuk riset saja. “Sebelum jadi produk, ini saja risetnya saya bisa habis 30 sampai 50 jutaan,” kata Didi dalam acara Passion Meet Up yang dihelat kumparan x MLDSPOT, pada Sabtu (20/10) di Teater Salihara, Jakarta Selatan.
Sebelum meluncurkan produknya pada 2017, Didi harus menghabiskan waktu selama 6 bulan untuk riset pada 2016. Yang paling susah diakali yaitu soal bagaimana membengkokkan kayu karet bakal rangka sepeda.
“Kita cari ke mana-mana, ke LIPI ke akademisi enggak ada yang bisa. Ada sebenarnya teknik gulung kayu tapi butuh waktu lama dan biaya besar untuk satu rangka,” kata Didi.
Masalah itu justru dapat diselesaikan ketika Didi bertemu dengan seorang tukang kayu yang enggak lulus SD. Tukang itu memberi nasihat kepada Didi agar tidak melakukan teknik gulung kayu.
ADVERTISEMENT
“Ini jangan gini, Mas, lama,” kata Didi menirukan tukang tersebut. “Ya, iyalah lama, orang satu rangka bisa nyampe 2 minggu jadinya dan bayar tukang sampe 2 juta. Terlalu mahal.”
Akhirnya apa yang menjadi usulan tukang yang tak lulus SD itu menjadi teknik utama dalam pembuatan sepeda-sepeda Wooden Bike. Teknik itu saat ini coba untuk dipatenkan Didi di ranah internasional.
“Pak Jokowi saja bingung (saat melihat produk Wooden Bike), ‘Ini gimana, saya aja jadi pengusaha meubel bertahun-tahun enggak bisa membengkokkan kayu seperti ini’,” tutur Didi menirukan omongan Jokowi.
Dengan usaha yang tak dibilang instan, Didi menyarankan para pemuda agar mencoba layaknya Thomas Alfa Edison saat mengembangkan lampu. Harus ribuan kali.
“Yakin dan percaya, kalau memulai sesuatu dari muda maka kemungkinan berhasilnya semakin besar. Take action, miracle happen. No action, nothing happen,” tutupnya.
ADVERTISEMENT