Industri Animasi dan Potensinya yang Masih Belum Tergali di Indonesia

31 Oktober 2018 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seorang animator bekerja (Foto: Indranil Mukherjee/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang animator bekerja (Foto: Indranil Mukherjee/AFP)
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu bidang dalam industri kreatif, industri animasi belum terlalu mendapatkan sorotan yang besar di Indonesia. Padahal, sudah ada banyak animator asal Indonesia yang meraih kesuksesan di luar negeri. Hebohnya kabar keterlibatan dua animator Indonesia, Ronny Gani dan Renald Taurusdi, pada film Avengers: Infinity Wars yang membuat keduanya disorot oleh media-media Indonesia beberapa waktu lalu, misalnya, hanyalah sedikit dari banyak contoh kesuksesan animator Indonesia di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Ronny Gani, yang kini bekerja di Industrial Light & Magic, sebuah perusahaan visual effect terkemuka dunia yang juga merupakan anak perusahaan Lucas Film, menilai, industri animasi sejatinya adalah industri yang sangat banyak menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, industri ini sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia, yang membutuhkan banyak lapangan pekerjaan untuk menyerap begitu banyak tenaga kerja di negeri ini.
Kepada kumparan (kumparan.com) saat ditemui di Singapura beberapa waktu lalu, Ronny bercerita bahwa untuk membuat satu karakter animasi hingga jadi saja, dibutuhkan banyak orang dalam berbagai departemen yang terlibat.
“Ada banyak disiplin kerja di industri animasi itu. Ada yang modelling karakter, atau objek, atau aset. Karena itu kan virtual world. Apa yang mau kita bikin, ya harus kita ciptakan,” terang Ronny.
ADVERTISEMENT
“Setelah sculpture-nya jadi, baru kita kasih warna, untuk kasih tekstur di permukaan kulitnya, membedakan tekstur kulit dengan tekstur kuku atau gigi. Hanya dengan visual, kita bisa melihat perbedaannya. Yang satu lebih fleshy, lebih (berisi) daging, yang satu lebih keras. Nah, itu juga ada departemen sendiri. Jadi habis di-sculp, dikasih tekstur, itu beda departemen.”
Ronny Gani, animator asal Indonesia yang telah terlibat berbagai proyek kelas dunia (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ronny Gani, animator asal Indonesia yang telah terlibat berbagai proyek kelas dunia (Foto: Dok. Pribadi)
“Kemudian misalnya udah jadi, bagaimana membuat mereka bergerak. Kalau di sculpture asli (di dunia nyata) kan dikasih kayak besi-besi kawat untuk penulangannya. Itu beda departemen lagi.”
Ronny kemudian melanjutkan, setelah struktur penulangannya jadi, baru karakter animasi tadi dibuatkan sistem gerak. Ini pun dilakukan oleh departemen yang berbeda lagi.
“Gerakannya sudah dapat, kita lempar lagi. Misalnya, kita bikin Kaiju di mana kita bisa ngeliat muscle-nya, otot-ototnya, trus kayak bergetar pas dia jalan, itu ada departemen sendiri lagi yang mengurus simulation. Habis itu baru di lighting, rendering, baru di-compositing.”
ADVERTISEMENT
“Itulah kenapa ketika kamu menonton sebuah film, credit title-nya super panjang. Dan itu baru post-production-nya saja, lho. Post-production itu kan berarti setelah mereka selesai syuting. Syutingnya juga masih banyak,” tukasnya.
Dengan begitu banyak orang dan departemen yang terlibat untuk pembuatan satu karakter saja, bisa dibayangkan betapa banyaknya pekerja yang dibutuhkan di industri animasi. Terlebih lagi, industri animasi dan multimedia bisa dibilang merupakan industri yang relatif baru. Artinya, masih ada potensi besar yang masih bisa tergali ke depannya, yang pastinya akan menghasilkan banyak lapangan kerja baru juga.
Potensi besar inilah yang masih belum banyak diketahui oleh orang-orang Indonesia. Padahal, saat ini, jumlah studio animasi di Indonesia sudah berkembang jauh sejak saat pertama kali ia terjun ke dunia animasi sekitar satu dekade yang lalu.
ADVERTISEMENT
Yang lebih mengesankan lagi, setiap studio animasi ini bisa menyerap hingga ratusan tenaga kerja.
“Dari jaman gua dulu mulai, cuma ada satu studio di Batam. Sekarang, yang di Batam masih ada, di Jakarta ada MNC, ada Little Giant, ada Max Animation, ada One Animation, dan beberapa lainnya. Di Jogja ada MSV, ada Gameloft. Di Bali ada BASE, dan accumulatively, studio-studio ini, itu human resources-nya dari 50 sampai 250. Each,” kata Ronny.
“Paling kecil 50. Paling besar antara BASE di Bali atau Infinite di Batam, Atau mungkin MNC. Itu bisa sampai 300. Each. Dan ini baru dari lokal. Local scene.”
Inilah mengapa ia bersama rekan-rekannya di Bengkel Animasi - sebuah badan pelatihan animasi yang ia dirikan di Indonesia - menyelenggarakan sebuah event bernama Indonesian CG Heroes, yang akan digelar pada Sabtu, 10 November 2018 mendatang di Auditorium Green Office Park 9, Sinarmas Land, BSD, Tangerang. Dalam event yang akan menghadirkan animator-animator kelas dunia asal Indonesia ini, Ronny dan Bengkel Animasi ingin mengedukasi masyarakat tentang potensi besar industri animasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam acara ini, Ronny akan menjadi salah satu pembicara bersama Rini Sugianto, Senior Animator yang ikut mengerjakan Ready Player One; Denny Ertanto, Digital Compositor yang menggarap War for the Planet of the Apes; Andre Surya, CG Artist yang pernah menggarap Iron Man; dan Daniel Tjondropuro, Lead Animator Ubisoft yang ikut menggarap game-game Assassin's Creed.
Indonesian CG Heroes (Foto: Dok. Bengkel Animasi)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesian CG Heroes (Foto: Dok. Bengkel Animasi)
“Ini cuma lima dari ratusan (animator Indonesia). Kita pengen attract mereka, audiences, supaya mereka datang dan benar-benar get the message. Bahwa kita ini bukan unique scenario,” terang senior animator Industrial Light & Magic ini.
“Ronny Gani itu bukan unique scenario yang hanya bisa dilakukan satu orang. Semua orang bisa. Karena ini sebuah industri. Ini bukan sebuah faktor luck. Kalau memang mereka mau, kesempatannya ada. Tinggal bagaimana mereka mau melakukannya dan go for it. Raih.”
ADVERTISEMENT
“Itu yang ingin kita sampaikan secara masif ke masyarakat umum. Karena misalkan paradigmanya enggak kita benerin, akan lambat perkembangan industrinya.”
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Bengkel Animasi.