Kenapa Banyak Anak Semata Wayang Hidup Sukses?

26 Oktober 2018 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi keluarga bahagia.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga bahagia. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Jika dalam Journal of Population Economics dari The National Bureau of Economic Research menyebut anak pertama cenderung lebih cerdas dalam hal akademik dan punya IQ yang tinggi karena besarnya perhatian orang tua pada mereka, lantas, apa bedanya dengan anak semata wayang yang sudah jelas akan menjadi fokus utama orang tua mereka?
ADVERTISEMENT
Sudah banyak pula contoh anak semata wayang yang hidup sukses seperti Leonardo da Vinci, Thomas Edison, Condoleezza Rice, dan pemain golf, Tiger Woods.
Tapi, enggak jarang juga anak semata wayang ini lekat dengan stereotipe anak manja, susah bergaul, dan egois. Padahal nyatanya, semua itu tentu bergantung pada pendidikan karakter yang diterapkan orang tua masing-masing.
Dikutip dari Business Insider, seorang peneliti anak semata wayang sekaligus profesor di University of California, Berkeley, Frank J. Sulloway, mengambil pedekatan Darwinian untuk menelaah kehidupan dinamis sebuah keluarga. Dia percaya, peran keluarga berdasarkan urutan kelahiran anak dan kompetisi antar saudara kandung mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, anak pertama digambarkan layaknya seorang pemimpin dan teliti. Sementara adik-adiknya cenderung lebih mudah bergaul dan terbuka. Nah, karena anak semata wayang enggak punya saingan, --dalam arti saudara kandung lain, mereka enggak didorong untuk menyesuaikan diri dalam peranan keluarga dan lebih bebas.
ADVERTISEMENT
"Soal kemampuan intelektual dan kesuksesan, anak semata wayang tidak berbeda layaknya anak sulung, karena mereka menerima perhatian penuh dari orang tua dan tidak terdegradasi oleh penambahan anak lain dalam keluarga," kata Sulloway.
Psikolog sekaligus penulis buku “The Future of Your Only Child”, Carl E. Pickhardt menambahkan, sebagai satu-satunya fokus perhatian orang tua, anak semata wayang biasanya dibesarkan dengan sangat istimewa.
“Mereka biasanya didukung penuh oleh orang tua untuk mengembangkan diri baik untuk kebaikan mereka maupun untuk memenuhi harapan orang tuanya. Terlebih lagi, tanpa adanya saudara, mereka lebih terbiasa dengan kehadiran orang dewasa, yang berpengaruh pada keterampilan sosial dan verbal mulai dari usia dini,” ujarnya.
Namun Pickhardt menegaskan, meskipun anak semata wayang kebanyakan adalah pribadi yang perfeksionis, mereka tetaplah enggak sempurna. Karena terlalu fokus pada diri sendiri, mereka kerap menganggap bahwa mereka selalu benar dan paling tahu, serta merasa paling berhak dibanding dengan yang lainnya. Dampaknya, anak semata wayang biasanya menjadi sosok yang jauh lebih dominan dalam menjalin sebuah hubungan.
ADVERTISEMENT