news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kenapa Musik Indonesia Belum Bisa Jadi Fenomena Dunia?

25 November 2018 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dialog Sore 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' di KASKUS Sore Hore Volume 1, Cerita Rasa Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Minggu (25/11) (Foto: Hesti Widianingtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dialog Sore 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' di KASKUS Sore Hore Volume 1, Cerita Rasa Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Minggu (25/11) (Foto: Hesti Widianingtyas/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ngomongin soal musik memang enggak ada habisnya. Mulai dari genre musik, kiprah seorang musisi, sampai pengaruhnya di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Geliat musik di Indonesia sendiri enggak boleh diremehkan. Banyak musisi Tanah Air yang sudah punya nama di level internasional. Tapi, kenapa musik Indonesia belum bisa menjadi fenomena dunia?
Bassist White Shoes and The Couples Company, Ricky Virgana, menyebut musisi Indonesia sebenarnya enggak kalah dengan luar negeri. Namun, kesempatannya yang belum ada.
“Kalau main di luar, musiknya jelek-jelek sebenarnya. Kalau kita ada kesempatan itu bisa banget. Dan faktor fenomena negara itu (juga menentukan),” kata Ricky, dalam sesi Dialog Sore 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' di KASKUS Sore Hore Volume 1, Cerita Rasa Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Minggu (25/11).
Sementara itu, pengamat musik Adib Hidayat, menilai musik Indonesia berada dalam kondisi yang cukup bagus, dengan kesempatan yang sama bagi tiap musisinya. Enggak ada genre musik yang lebih dominan atau kalah dengan genre lain.
Dialog Sore 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' di KASKUS Sore Hore Volume 1, Cerita Rasa Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Minggu (25/11) (Foto: Hesti Widianingtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dialog Sore 'Di Balik Skema Musik Indie Indonesia yang Mendunia' di KASKUS Sore Hore Volume 1, Cerita Rasa Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Minggu (25/11) (Foto: Hesti Widianingtyas/kumparan)
“Hidup, nih, semua genre dari underground sampai koplo (di Indonesia). Penyebarannya juga merata dengan adanya digital. Tapi, pemerintah juga harus terlibat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Adib mengambil contoh, musik dangdut. Pemerintah Indonesia melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sedang menggaungkan dangdut di kancah global melalui program 'Hello Dangdut'. Tapi, Adib mengatakan bahwa pemerintah enggak perlu membawa penyanyi dangdut ke luar negeri untuk mempromosikan itu.
“Kalau yang datang, penyanyi dangdut lokal, yang nonton orang Indonesia di sana. Beda kalau Rich Brian atau Joey Alexander menyisipkan elemen Indonesia saat manggung. Jadi, harus membawa brand yang dikenal dulu, baru musiknya,” pungkas Adib.
Selain itu, musisi Indonesia harus memiliki koneksi dengan festival musik luar, yang menjadi tempat bertemunya produser musik, musisi internasional, dan penikmat musik dari berbagai negara. Enggak kalah penting juga bagi musisi Tanah Air untuk bertemu dengan agensi yang tepat.
ADVERTISEMENT
“Itu krusial. Saya ingat awal Rich Brian terkenal itu enggak mau wawancara dengan media Indonesia. Jadi, lebih baik wawancara dengan satu media besar, untuk menjaga namanya. Branding ini yang perlu dijaga,” tandas Adib.