news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Anak Warnet: Menginap 2 Malam sampai Tempuh 25 Km demi ke Warnet

10 Oktober 2018 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warnet tempat Anshar dan Tomi sering bermain  (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warnet tempat Anshar dan Tomi sering bermain (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebelum bisa bebas mengakses internet di handphone, anak muda era 2000-an banyak yang pergi ke warung internet alias warnet untuk sekadar buka Friendster atau main game online. Para anak muda yang rajin ke warnet ini terkenal dengan sebutan, anak warnet.
ADVERTISEMENT
Menjadi anak warnet bisa dibilang memberikan sederet kisah unik dan berkesan. Seperti Harry, mahasiswa asal Magelang, yang sudah menjadi anak warnet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Harry menuturkan, mayoritas waktunya di warnet habis untuk bermain game online. Hal ini menyebabkan Harry rela menginap sampai bermalam-malam hanya agar bisa naik level di game online tersebut.
"Pas SD main Counter Strike, SMP Seal Game RPG, SMA berhenti karena sibuk main sama teman. Kuliah balik ke warnet untuk main Lost Saga, Dragon Nest, ROS, dan sekarang PUBG," sebut dia.
"Sehari penuh pernah. Sekolah bolos terus pulang Minggu pagi. Kalau menginap di warnet paling lama dua malam. Pulang cuma mandi, tapi komputer selalu nyala. Maklum, ya, anak SMP masih takut sama orangtua jadi enggak berani lama-lama," lanjut Harry.
ADVERTISEMENT
Berbeda halnya dengan Firya, mahasiswi di salah satu kampus di Palembang, yang baru menjadi anak warnet saat SMP kelas 1 dan 2. Awalnya, ia enggak langsung bermain game online, melainkan berselancar di situs web seperti Friendster, sampai Primbon.
"Baru mulai Ayo Dance kelas 3 SMP, tiap hari main. Itu juga ikut teman aja yang biasa main di warnet. Padahal jaraknya 25 kilometer dari rumah. Jadi pulang sekolah selalu ke warnet, dan bilang ke orangtua aku pergi les. Hahaha...," tutur Firya.
Menghemat uang jajan untuk ke warnet
Banyaknya waktu yang dihabiskan di warnet, tentu berimbas kepada uang jajan Harry. Karenanya, ia rela enggak jajan dan jalan kaki agar uang jajannya bisa untuk bermain di warnet.
ADVERTISEMENT
"Dulu seharian bisa mengeluarkan Rp 30 ribu sampai Rp 60 ribu. Parah, sih, itu. Aku sampai bela-belain enggak naik angkot, jalan kaki, biar uang jajan utuh. Yang jelas 80 persen dari uang jajanku hanya untuk warnet," kata Harry.
Ilustrasi hemat (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hemat (Foto: Pexels)
Enggak jauh berbeda dengan Firya. Karena setiap bermain di warnet ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 15 ribu, maka alumni SMA Plus 17 Palembang itu menyiasatinya dengan bermain di waktu diskon, hingga minta ditraktir teman.
"Uang jajan dulu Rp 25 ribu, jadi Rp 15 ribu untuk warnet sisanya untuk transportasi. Kalau jajan sering ditraktir teman. Dan karena Ayo Dance cukup menguras uang, jadi dulu bertemu 'pacar' virtual yang lumayan kaya, sering membelikan perlengkapan-perlengkapan di Ayo Dance," tutur Firya.
ADVERTISEMENT
Bertemu banyak teman karena warnet
Pilih-Pilih Laptop Nggak Sembarangan (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Pilih-Pilih Laptop Nggak Sembarangan (Foto: Thinkstocks)
Terlepas dari itu, baik Harry maupun Firya mengaku bangga pernah menghabiskan masa muda di warnet. Firya mengatakan enggak malu menjadi anak warnet karena menemukan kebahagiaan di sana. "Warnet itu untuk melepas stres dan bosan. Warnet yang aku datangi juga seru, karena kami mainnya ramai-ramai," ucap dia.
Harry menambahkan, karena warnet ia memiliki banyak teman. "Jadi anak warnet itu asyik. Karena aku enggak punya teman dulu, makanya ke warnet. Jadi bertambah juga temannya, ada yang ketemu di warnet, ada yang di game online," katanya.
Lebih lanjut, Harry mengatakan akan tetap kembali ke warnet, khususnya untuk bermain game online. "Aku enggak pernah merasa bosan. Mungkin sekarang sudah berkurang karena banyak kegiatan lain. Tapi aku tetap akan main lagi ke warnet," tutup Harry.
ADVERTISEMENT