Kreatif, Mahasiswa ITS Ciptakan Desain Jembatan Ombak

15 Januari 2019 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rancangan Jembatan Ombak mahasiswa ITS. (Foto: Dok. ITS)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Jembatan Ombak mahasiswa ITS. (Foto: Dok. ITS)
ADVERTISEMENT
Enggak semua orang bisa merancang jembatan yang kokoh sekaligus estetis bagi para pejalan kaki. Namun tantangan itu coba dipecahkan oleh tiga mahasiswa dari Departemen Teknik Sipil ITS saat mengikuti National Bridge Competition di UGM pada 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Kompetisi rancang bangun jembatan berskala nasional tersebut menantang pesertanya untuk mendesain jembatan yang inovatif sekaligus estetis. Nantinya, jembatan rancangan mahasiswa itu berpotensi diterapkan di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
Tim yang beranggotakan Rain Sultan Al Hadiid, Nugraha Alfanda Wildan, dan Cita Nanda Kusuma mencetuskan desain ornamen ombak sebagai tema jembatan. Berkat ide ini, ketiganya berhasil menyabet first runner up dalam kompetisi tersebut.
Rain Sultan Al Hadiid menjelaskan, desain ombak sengaja dipilih karena menunjukkan ciri khas geografis dari Kabupaten Kulon Progo. Menurutnya, untuk menonjolkan ikon dari suatu daerah tidak harus diangkat dari kebudayaan setempat, sebagaimana yang dilakukan banyak tim lain.
“Kebanyakan tim memilih ornamen batik sebagai ikon Kulon Progo yang ingin diangkat, jadinya malah terlihat mainstream karena banyak yang pakai,” kata Sultan sebagaimana dilansir situs resmi ITS.
Rancangan Jembatan Ombak mahasiswa ITS. (Foto: Dok. ITS)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Jembatan Ombak mahasiswa ITS. (Foto: Dok. ITS)
Sultan dan kawan-kawan juga menyertakan elemen pemecah gelombang berupa struktur beton berkaki empat atau tetrapod dalam desain jembatannya. Ia mengakui bahwa struktur beton semacam ini memang lebih banyak digunakan pada jembatan pejalan kaki dibandingkan untuk jembatan penyebrangan kendaraan bermotor.
ADVERTISEMENT
“Sesuai dengan fungsinya (untuk pejalan kaki), rancangan ini juga dilengkapi dengan pengaman berupa pegangan di sepanjang jembatan,” ujar mahasiswa angkatan 2017 ini.
Selain unik dari segi desain, jembatan karya tim Gareng 86 ini juga unggul dalam aspek efisiensi segmen. Sultan mengungkap bahwa timnya hanya memerlukan empat buah segmen untuk merakit jembatannya.
Jumlah penggunaan segmen ini sekaligus tercatat sebagai penggunaan segmen paling sedikit di antara tim lain. Adapun waktu yang diperlukan untuk merampungkan rakitan jembatannya ini juga terbilang singkat, hanya butuh waktu sekitar dua setengah jam.